25. Hampa

358 10 0
                                    

Libur semester telah tiba, semua teman-temanku merencanakan liburan ke berbagai daerah, merekapun berencana mengajakku untuk pergi bersama, tapi lagi-lagi rencana itu harus kandas karna proyek kerja dosen. Senin pagi aku sudah harus menghadap dua dosen untuk mendiskusikan program kerja mereka yang belum terselesaikan, aku tidak punya alasan untuk menolak karna setelah selesai ujian akhir semester, aku belum juga bergegas pulang ke kampung halaman atau merencanakan pergi liburan. Sebenarnya libur kali ini aku ingin pulang, tapi lagi-lagi setelah selesai ujian aku langsung tumbang, kali ini bukan karna ruang ber-AC yang membuatku demam, tapi sakit yang cukup parah hingga aku harus dilarikan ke Rumah Sakit setelah 2 hari pergi ke klinik tapi tak kunjung sembuh. Ratih saat itu mengantarku ke RS karna sudah tau keadaanku yang makin parah, sebenarnya aku sangat takut untuk berhadapan dengan alat-alat medis, tapi apa daya sakit yang ku alami benar-benar serius. Ratih membuat story di WA karna sikapku yang lucu saat seorang perawat ingin menyuntikan obat di lenganku, karna ardian menyimpan nomor ratih, tentu saja dia melihatnya.

Setelah pulang dari RS, aku mengechat Ardian, lantas saja dia marah dan cemas karna dipikirnya saat itu aku hanya demam biasa, yaa.. Dia memang sudah biasa dengan keadaanku yang tumbang setelah pertempuran melawan soal-soal dari dosen, jadi kemana dia saat aku sakit dan mengapa bukan dia yang mengantarku ke RS itu sudah jelas. Setelah ku jelaskan keadaanku, akhirnya dia mau mengerti. Kamis ini dia ingin bertemu denganku setalah selama 1 bulan kami tidak bertemu, jarang komunikasian, apa lagi untuk chat basa-basi. Ya begitulah kami saat ini, malas sekali melakukan hal-hal BUCIN, pacaran sewajarnya saja, tanpa harus merubah sesuatu yang ada pada diri kita. Apa yang kamu suka, lakukanlah ! Simple kan.

"Aku udah di depan" pesan WA nya padaku

Aku segera membuka kan pintu dan membiarkan dia masuk. Aku tetap fokus menonton drama Cina yang sedang aku putar di laptop. Akhirnya dia meletakan tas yang dia bawa, dan melepas jaketnya. Sambil memeluk boneka ku, aku bertanya padanya dengan tetap tidak menghiraukan kehadirannya.

"Abis kabur darimana ?" tanyaku mengejek

"Dari kampus, langsung kesini" jawabnya ketus

"Bolos kah apa?"

"Ndak lah, tinggal sehari lagi kuliah, besok ngumpul laporan terus pulang deh" jelasnya panjang.

Aku langsung menoleh ke arahnya, ku tatap wajahnya yang tersenyum lebar dengan kedua alis yang direngitkan ke atas.

"Bohong" ucapku lantang seolah tak percaya bahwa esok dia akan pulang ke Kalimantan

"Benar ini kalo ndak percaya" dia membuka hp barunya dan menunjukkan tiket onlinenya

" kok baru bilang sekarang" jawabku kecewa

"Kan aku kesini mau jenguk bukan mau pamitan" ucapnya meledek

"Oh gitu, aku dah sehatpun"

"Kenapa sakit parah ndak bilang ni?"

"Ndak apa, lagian kan masih sibuk ujian praktikum"

"Padahal aku pulang praktikum itu mau langsung ke RS abis lihat story ratih"

"Ayyy ndak capek kah apa?"

"Hilang capeknya kalo lihat sayang baik-baik sama aku" rayunya saat itu yang tau aku kesal karna kabarnya yang akan pulang ke kampung halaman.

"Lapar ndak ? Makan yok" ucapnya kembali

"Belum, bentar lagi"

"Ayolah aku belum makan dari pagi ini"

" tu makan, aku mau habiskan satu episode lagi" ku sodorkan biskuit yang ada di dekatnya.

"Ya udah, aku mau maen game dulu, pakek hp baru"

"Hisss lagak (bergaya) lah tu" ucapku cuek

Setelah selesai makan malam, kami saling menatap, kemudian dia mengajakku berfoto untuk mengetest kamera barunya, selain itu dia juga mengatakan bahwa ingin foto pertama di hp barunya adalah fotoku, ya setelah aku tau dia merekam ku diam-diam saat aku sedang menonton drama Cina. Sudah puas kami berfoto dengan gaya yang aneh-aneh dan pose yang lucu hingga tertawa tak henti-henti. Panggilan telpon masuk di hpnya, itu panggilan dari abangnya.

"Dah aku pulang ya, bang Tian dah tunggu" ucapnya sambil bergegas memakai jaketnya.

"Siniii.." ucapnya dengan tubuh berdiri dan menyodorkan tangan ke arahku yang masih duduk.

Aku menyambut tangannya, ditariknya aku berdiri dan dia memelukku erat-erat, benar-benar kurasakan detak jantung dan hangat tubuhnya yang telah tertutup oleh jaket. Air mataku mengalir begitu saja, sebenarnya ini bukan kali pertama aku akan menjalani LDR dengannya, tapi tak tau kenapa rasanya begitu enggan untuk berjauhan, mungkin ini karna kami tidak terlalu sering berkomunikasi apalagi untuk bertemu karna kesibukan dari kami masing-masing. Aku tak ingin melepaskan pelukannya, sampai dia mendengar isak tangisku yang tak henti. Dibelainya kepalaku dengan lembut tanpa mengucapkan apa-apa, seolah dia pun merasakan kesedihanku malam itu.

"Suuttthh cup-cup-cup jangan nangis, sebentar kok ndak akan lama, biasanya ditinggalpun ndak nangis" ucapnya terus-menerus.

"Sini-sini duduk, banjir ini nanti kosnya" ajaknya duduk kembali

"Kirain preman benar ini, ndak mau nangis, la kok ini nangis ndak brenti2" ucapnya merayu.

"Preman juga bisa nangis tau" jawabku dengan suara yang sumbang

"Ounch-ounch-ounch... Dah diam jelek kalo nangis"

"Emang pernah cantik?"

"Ehh cantik lah pacarku, apalagi kalo ndak nangis"

"Sini.." dia mengambil tanganku, dan tanpa sengaja menyentuh bekas tusukan jarum injeksi sehari yang lalu

"Auu sakit"

"Ehh maaf sayang, lupa aku. Ooo.. Jangan-jangan nangis karna tangannya sakit ya ini" ucapnya yang berusaha membuatku tenang.

"Endak lahhh"..

"Terus ngapa nangis?"

"nanti kalo kangen gimana?" ntah pertanyaan apa yang ku lontarkan, yang pasti aku belum siap jauh darinya

"La kan bisa VC sayang, bisa aku telpon, udah jangan nangis lagi yoo"

"Ya udah nanti tak bawain oleh-oleh, sayang mau apa?" ucapnya lagi

"Aku mau sayang" ucapku merengek dengan air mata yang bercucuran.

"Aduh-aduh-aduh..." jawabnya sambil meraih tisu dan mengusap air mataku

"Dah ini". Tiba-tiba dia meragakan seolah-olah sedang memakaikan cincin di jari manis tanganku.

Aku hanya tersenyum dengan menatapnya yang masih tersenyum lebar.

"Ndak mau bohongan" ucapku

"Tunggu aku pulang ya, malam minggu pertama aku pulang ke sini nanti kita jalan" ucapnya lagi untuk membuatku sabar menanti kehadirannya.

"Janji yo"

"Iya janji.... Dah aku mau pulang mau kerjakan laporan, jangan lupa minum obatnya ya"

"Ndak mau"

"Ya udah kalo ndak mau, aku yang minum" ucapnya untuk mencairkan suasana

"Ya udah bawa lah"

"Hisshh bandell" ucapnya dengan menarik hidungku.

"Dah aku pulang yo, jangan nakal, jaga diri baik-baik, love you" tambahnya lagi dengan mencium keningku.

Ini benar-benar malam yang berat bagiku, aku merasa kebahagian yang kumiliki pergi bersamanya hingga tidak ada lagi kebahagiaan yang tersisa untuk aku melewati hari-hari tanpanya. Aku merasa hanya dia lah yang aku miliki di sini saat aku jauh dari keluargaku, ditambah lagi teman-temanku yang pulang ke kampung halaman mereka masing-masing, membuatku menjadi ruang kosong yang tak berhuni, begitu hampa dan sunyi, hanya suara rindu yang paling keras terdengar saat malam manghantui. Ar cepatlah kembali, walau disini kita tidak sering berjumpa, tidak sering berkomunikasi, setidaknya aku tau kamu masih mengawasiku dari dekat.

Between Friday And Sunday Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang