Sore ini, Chanyeol melamun di halaman rumahnya sendirian. Dia menatap lurus kolam ikan yang berisikan ikan-ikan koi cantik, mengikuti setiap pergerakan ikan dan terhenti ketika pikirannya sudah tak bisa dikendalikan.
Kejadian di sekolah tadi siang membuat semuanya berubah. Mulai dari bagaimana cara pandangnya terhadap dirinya sendiri, terhadap Min Seok dan juga terhadap Na Yeong. Hingga sikap dingin yang perlahan muncul ketika berada di dekat sahabatnya. Semuanya membuat dirinya geram, dia sudah tak tahan. Akhirnya dia berjalan menuju ruangan ayahnya, mungkin dia bisa menemukan solusinya.
Tok tok tok
"Masuk!" Teriak Mun Sae dari dalam. Chanyeol bergegas membuka pintu dan melihat ayah-angkatnya sedang menatap keluar jendela.
"Ayah..."
"Duduklah" ucapan Mun Sae tak terbantahkan oleh Chanyeol. Dia bergegas duduk di sofa dan menatap ayahnya ragu.
"Ayah..."
"Jangan benci mereka"
"Apa?"
"Jangan benci sahabatmu, nak. Mereka tak bersalah, aku yang membawamu kesini" jawab Mun Sae yang mengerti kekhawatiran anaknya itu. Mun Sae sudah tahu hal ini dari Na Yeong, yang membuat dirinya menjadi sangat sedih hari ini.
"Aku... aku tak bisa menyalahkan siapapun"
"Kau memang tak bisa menyalahkan siapapun. Karena ini memang sudah jalan takdirmu, kau harus menerimanya"
"Tapi kenapa kalian semua menyembunyikannya dariku? Apakah aku tak berhak mengingatnya kembali?" Tanya Chanyeol dengan nada yang mulai meninggi, nafasnya terengah menahan emosi yang sedari tadi ia simpan baik-baik.
"Kami tak menyembunyikannya darimu, kami hanya menunggu waktu yang tepat. Kami peduli dengan keadaaanmu, nak. Kami takut kamu terluka kembali"
"Kenapa... kenapa..." isak tangis tak bisa Chanyeol bendung. Dia menerima kenyataan pahit disaat semua orang sudah mengetahuinya terlebih dahulu. Dia merasa dikhianati, namun disisi lain Chanyeol merasa bahwa apa yang selama ini terjadi hanyalah takdir yang mengalir.
"Ayah meminta maaf padamu jika ayah sudah berbohong padamu selama ini. Ayah tak akan memaksamu jika kamu akan pergi meninggalkan kami" ucap Mun Sae bergetar, Chanyeol langsung menatap ayahnya dan menggeleng kuat.
"Tidak, ayah. Jangan tinggalkan Chanyeol, aku... aku tidak suka sendirian" Chanyeol langsung menghampiri ayahnya dan memeluknya erat. Tangisnya semakin pecah dalam pelukan ayahnya. Mun Sae membalas pelukan anaknya ini sambil mengelus punggungnya.
"Aigoo... kalian ada apa ini saling berpelukan?" Tanya sang ibunda menggoda dua orang didepannya yang sedang asyik berpelukan. Mun Sae langsung melepaskan pelukannya dan beralih memeluk istri tercintanya itu.
"Sekarang kita tak perlu khawatir dengan masa lalu anak kita, dia sudah tahu semuanya"
"Syukurlah jika kau menerima semuanya dengan lapang dada, nak. Tapi kau masih punya satu masalah yang harus diselesaikan"
"Masalah? Masalah apa?" Tanya Chanyeol yang sangat kebingungan dengan maksud ibundanya.
"Jenguklah Na Yeong di rumah sakit. Dia pasti sudah menunggumu" ucapan ibundanya barusan mengingatkannya pada seorang yang sedang terluka dan membutuhkannya. Benar, Na Yeong terluka parah karena pertarungannya tadi dengan Hae Jin. Sebenarnya dia tidak tahu betul bagaimana bisa mereka bertarung sehebat itu dan bagaimana kejadian terakhir sebelum dia juga jatuh pingsan.
Chanyeol langsung bergegas menuju rumah sakit dan melihat keadaan pacarnya itu. Dia tidak tahu bagaimana keadaan Na Yeong karena handphone miliknya hancur, entah karena apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
FOR YOU (PCY) - END
FanfictionCast: -Park Chanyeol -Jeon Nayeong -Kim Min Seok -Lee Hae Jin Semua yang terjadi adalah takdir, dan aku akan menuntunmu menuju jalan takdir tersebut -Jeon Nayeong Jika ini adalah takdir, maka takdirku adalah mencintaimu -Park Chanyeol