Fani Octaviani gadis cerewet, yang terkadang di takuti teman-temannya ketika dirinya marah. Fani yang menjabat sebagai ketua kelas, ketua Brapera dan wakil ketua Osis di sekolahnya hanya bisa kalah oleh sang mantan. Yah, jika anak-anak lain begitu takut akan sifat tegas dan ketajaman mulut Fani, berbeda sekali dengan Fani yang akan takut hanya dengan sang mantan kekasih---Ardi.
Sudah lima bulan dirinya dan Ardi putus, entah alasan apa yang membuat hubungan diantara mereka berdua berakhir. Karena yang diketahuinya ia tidak melakukan kesalahan apapun, tapi cowok itu malah memutuskan hubungannya sepihak dan perlahan mulai menjauhinya. Fani jelas tidak terima dengan keputusan sepihak Ardi, namun cowok itu tetap kukuh pada pendiriannya membuat mau tak mau Fani pasrah akan keputusan Ardi.
Fani jelas marah dan kecewa akan Ardi dan tak sering pun dirinya selalu menangis diam-diam atau di depan sahabatnya. Ardi cinta pertamanya, wajar jika dirinya masih mencintai cowok itu mengingat hubungannya yang terjalin dua tahun lamanya. Fani kemudian teringat akan dua tahun lalu saat Ardi menembaknya.
Hari itu, hari terakhir di adakan MOS dan seluruh anak yang mengikuti MOS telah menyerahkan dua buah surat. Satu surat dengan warna kuning, surat yang menyatakan rasa ketidak sukaan pada senior. Dan kedua surat berwarna merah muda yang menyatakan kekaguman atau ketertarikan beserta alasannya. Satu persatu kakak seniornya itu membacakan surat-surat juniornya.
Tibalah surat Fani yang di bacakan oleh salah satu senior yang kurang disukainya. Senior yang bernama Chaca itu menyeringai lalu mulai membacakan isi surat Fani yang berwarna kuning.
Teruntuk Kakak senior err aku tidak tahu namanya siapa, yang aku tahu. Kakak senior itu sering mengikat rambutnya dengan ekor kuda dengan tali rambut berwarna pelangi. Hai Kak, aku Fani. Junior yang selalu kau suruh ini dan itu, aku tidak tahu kenapa kau selalu menyuruhku. Namun yang aku tahu dengan pasti, kau pasti ingin balas dendam pada seniormu terdahulu kan, makanya kau membalasnya lewat diriku. Aku tidak marah sungguh, hanya saja caramu terdengar sangat kekanakan.
Senior yang membacakan surat Fani tersebut langsung menatap Fani tajam, karena secara tidak langsung Fani telah menyindirnya. Fani sendiri hanya diam saja tidak terlihat takut sekalipun, lalu kemudian surat kembali di bacakan dan lagi-lagi surat Fani. Bedanya kini surat tersebut berwarna merah muda, yang artinya surat kagum atau rasa ketertarikan. Dan surat itu di bacakan oleh kakak kelas yang menjabat sebagai ketua osis. Cowok dengan senyum manis itu seketika menatap Fani dengan senyum tampannya, kemudian membacakannya.
Well, gue Fani anak kelas 10A. Cewek yang tiga hari ini selalu ngintilin elo. Siapa sih nama lo? Lo tuh kayak suka, tapi gengsi tauk gak. Gue ngintilin elo, elo judes belagak gak suka, begitu gue biasa-biasa aja giliran elo yang merhatiin gue. Well jadi... Siapa nama lo?
Riki telah selesai membacakan surat darinya dengan senyum menyebalkan menurut Fani, tapi mungkin bagi anak-anak yang lain begitu tampan. Fani pura-pura tidak melihatnya ia lebih memilih mengajak ngobrol sahabat dari kecilnya--Rara, daripada harus mendengar koor anak-anak yang menyorakinya meskipun dirinya berani bertaruh jika mereka semua tidak begitu mengenalnya.
Surat-surat pun kembali di bacakan dan fokus Fani telah hilang sejak beberapa menit lalu untuk mendengarkan. Fani lebih memilih mendengarkan sahabatnya tentang senior yang di sukainya, ketimbang beberapa senior yang sedang membacakan surat teman-temannya.
Tak berapa lama kemudian, aula yang di pakai untuk kumpul tiba-tiba saja sunyi. Rara yang menyadari akan hal itu seketika mendongak lalu menatap ke sekitarnya. Menelan ludahnya dengan gugup begitu dirinya melihat semua mata memandang ke arahnya, termasuk beberapa senior di depan tengan memandang ke arahnya err mungkin lebih tepatnya, memandang pada sahabatnya. Apa dirinya ketahuan karena sedari tadi dirinya dan Fani sibuk mengoceh tanpa memedulikan keadaan sekitar. Sial jika seperti itu tamat lah riwayatnya di tangan para senior sok berkuasa itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
One More Time
Teen FictionFani mantan kekasih Ardi. Mantan dari cinta pertamanya, dia tidak tahu alasan mereka berdua putus. Yang jelas dia masih menyayangi pria itu, memang benar kata orang cinta pertama itu susah untuk di lupakan dan itu juga berlaku bagi Fani. Fani kesal...