Three

4.4K 560 58
                                    

Fani memasuki kelas dengan langkah gontai, dia memikirkan Ardi yang kemarin melewati rumahnya. Jelas-jelas rumahnya dan rumah Ardi berjauhan tapi kenapa Ardi bisa melewati rumahnya? Rumah kedua temannya pun tidak ada yang satu komplek dengannya, lalu kenapa bisa mantannya itu melewati rumahnya membuat hatinya kembali galau.

Rara yang sudah datang dan berada di bangkunyaseketika menaikkan alisnya tinggi, ketika melihat sang sahabat yang berjalan gontai ke arahnya.

"Kenapa?" tanya Rara setelah Fani duduk di sampingnya.

Fani mengembuskan napasnya dengan berat, kedua tangannya ia taruh di meja lalu wajahnya ia sembunyikan pada kedua tangannya itu.

"Kemarin... Ardi lewatin rumah gue." ujarnya lirih dengan nada yang begitu lemah.

"Hah!" balas Rara tak percaya.

Fani berdecak kemudian mengangkat wajahnya dari kedua tanganya tersebut.

"Iya kalau elo gak percaya, lo bisa tanya sama Pak Rio." dumel Fani kesal karena sahabatnya itu meragukannya.

"Terus ngapain si Ardi lewatin rumah lo?"

Fani berdecak mendengar pertanyaan Rara.

"Mana gue tahu, kan gue juga tanya gitu sama lo tadi." dengus Fani yang semakin jengkel dengan sahabatnya itu.

"Apa jangan-jangan tuh cowok ngikutin lo?" selidik Rara memandang Fani dengan mata yang sengaja disipitkan.

Alis Fani terangkat tinggi lalu sedetik kemudian dirinya mengeluarkan suara tawa, yang membuat beberapa temannya yang baru masuk langsung melirik ke arah mereka.

"Haha... Ngaco lo, kurang kerjaan banget si Ardi ngikutin gue. Lagian buat apa coba tuh anak lewatin rumah gue "

"Ya kangen misalnya?" Goda Rara yang langsung mendapat dengusan Fani.

"Betewe, Fan gue pinjem ponsel lo dong. Pulsa gue abis nih, gue mau kasih tau Abang gue buat gak usah jemput gue nanti pulang sekolah."

Fani pun memberikan ponselnya kepada Rara ia lantas berdiri dari duduknya.

"Gue titip dulu deh ponselnya di elo."

"Lah emangnya lo mau ke mana?" tanya Rara bingung.

"Mau ke ruang guru." balasnya sambil berlalu meninggalkan kelas.

Kini Rara tengah asyik memegang ponsel Fani, sesuai dengan perkataan yang dirinya utarakan kepada Fani untuk mengirim sms pada Abangnya. Seharusnya dia membiarkan ponsel Fani di dalam saku seragamnya, namun jemarinya begitu gatal ketika melihat notifikasi dari Pak Rio---guru PKL yang menurut rumor menyukai sahabatnya itu---Fani.

Jemari nakalnya langsung saja membuka pesan tersebut dengan senyum menyebalkan.

Pagi Fan.
Semoga harinya menyenangkan 😊

Rara tersenyum geli begitu membacanya. Dia semakin penasaran dengan pesan-pesan lainnya yang dikirimkan oleh Pak Rio kepada sahabatnya. Asal kalian tahu Fani itu termasuk cewek yang tidak suka dengan kata-kata yang terlalu berlebihan, dan Pak Rio jenis orang yang selalu melebihkan kata-kata dalam setiap pesannya. Pantas saja Fani membalasnya begitu singkat dan tak jarang sahabatnya itu tidak membalasnya. Dia ingin tertawa melihat pesan yang membuat dirinya geli sendiri.

Selamat tidur Fani,
Semoga memimpikan saya. Karena setiap malam saya selalu memimpikan kamu, mungkin itu salah satu pertanda bahwa kita berjodoh :)

Ingin sekali Rara menyemburkan tawanya, namun dirinya tidak ingin sampai anak-anak menghampirinya karena penasaran. Pesan tersebut tentu tidak dibalas oleh Fani dan hanya membacanya saja, jelas saja sahabatnya itu tidak akan membalas, kata-katanya saja menggelikan seperti itu.

One More TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang