Fourteen

3.7K 484 63
                                    

Sambil dengerin mulmed-nya gaes :)

-
-
-
-

Fani menghela napasnya dengan berat, ia sepertinya akan menyerah untuk mendapatkan Ardi kembali. Sejak dirinya memutuskan menjadi cewek "ramah". Err maksudnya ramah dalam artian,m dirinya selalu mengiyakan,  setiap ajakan cowok-cowok untuk mengajaknya hang-out atau mengantar-jemputnya sekolah. Dia yakin Ardi mengetahui kelakuannya belakangan ini, baik mendengarkan atau pun melihat dirinya secara langsung, dan tentu saja ia peduli akan reaksi Ardi. Mungkin dengan kelakuan kekanak-kanakannya Ardi akan menemuinya kembali dan meminta penjelasannya. Tapi dugaannya salah, Ardi tidak melakukan apa yang dia pikirkan. Mantannya itu bahkan bersikap biasa saja, atau mungkin memang sudah tidak peduli lagi tentangnya dan itu tentu saja membuatnya berpikir seperti ini. Menyerah dan membiarkan Ardi menggantungkan hubungannya. Yeah hubungan diantara mereka sampai saat ini menggantung, Ardi tidak pernah memutuskannya, apalagi dengan dirinya yang mengucapkan kata keramat tersebut.

Tapi dengan menjauhnya jarak diantara mereka dan sifat tidak jelas Ardi selama lima bulan ini, membuat dirinya dan teman-temannya berspekulasi jika hubungan mereka telah berakhir. Apalagi sikap Ardi yang mengacuhkannya dan kedekatan Ardi dengan Shela--- musuhnya itu selama ini, membuat secara langsung mereka membenarkan gosip yang beredar.

Hari ini Fani disuruh menggantikan anak pemandu sorak atau dikenal sebagai cheerleaders. Awalnya ia menolak karena ia malas dan tidak bisa tapi guru olahraga wanita disekolahnya tetap memaksa, gurunya itu bilang jika ia hanya mengikuti gerakan yang dilakukan oleh teman-temannya saja. Karena salah satu dari mereka tidak bisa masuk, Fani yang tidak bisa menolak pun menyerah. Dan jadilah ia di sini diantara teman-teman seangkatannya maupun juniornya, berdiri di barisan paling belakang karena dirinya yang tinggi dan tidak mau mencolok.

Ia berdo'a semoga Ardi tidak masuk dalam pertandingan persahabatan ini, karena sudah lama sekali Ardi absen dengan eskul ini. Tapi sepertinya dugaannya melesat, karena Ardi bersama teman-teman basketnya mulai memasuki lapangan. Cowok yang menggantungkan perasaannya itu memakai kaus berwarna hitam di padukan dengan rompi basket sekolah berwarna putih, persis seperti yang dikenakannya saat ini.

Sudah berapa lama ia tidak melihat Ardi dengan pakaian basketnya? Dan sekarang ia melihat Ardi lagi dengan seragam kebanggannya. Ardi terlihat jauh lebih tampan dan seksi ketimbang berpakaian seperti itu,

Onyx hitam itu melihat kearahnya yang langsung saja ia mengalihkan pandangannya, tak ingin Ardi melihatnya yang sedang memandanginya. Mata jernihnya memandang kedua tangannya yang tengah mengepal pom-pom, ia merasa konyol sekarang. Dulu ia selalu memandang sebelah mata eskul pemandu sorak, karena baginya mereka hanya sekumpulan cewek yang senang memamerkan lekuk tubuh mereka. Tapi sekarang, sepertinya ia harus menelan ludahnya sendiri, karena ternyata sulit juga untuk menjadi seorang cheerleaders.

Fani yang sibuk dengan lamunannya tidak menyadari jika salah satu dari anggota basket tengah berjalan ke arahnya. Cowok dengan seragam berbeda dengan seragam basket di sekolahnya itu menatap Fani dalam sambil menyunggingkan senyuman. Membuat beberapa anak yang memerhatikan Fani dan cowok yang baru beberapa kali mereka lihat penasaran, menanti apa yang ia lakukan.

Fani yang tengah menundukkan wajahnya karena mulai bosan dengan acara yang akan dilaksanakan sebentar lagi itu memilih untuk melihat sepatunya. Sepatunya yang berwarna putih ungu itu lebih nyaman dipandang, ketimbang keadaan sekitarnya yang mulai ramai. Dia bersumpah tidak mau lagi untuk menggantikan salah satu anak cheerleaders. Jika tidak mengingat yang menonton acara ini bukan kepala sekolahnya, ia akan pergi begitu saja.

"Kayaknya, sepatu lo lebih menarik ketimbang liat muka gue." sahut sebuah suara yang beberapa kali ini mulai mengisi gendang telinganya.

"Eh,"

One More TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang