➴Fiction

3.5K 509 24
                                    

"selamat menikmati." si pelayan berambut abu-abu panjang itu berucap setelah meletakkan dua cangkir latte diatas meja, sementara si pemesan yang memiliki rambut pirang serta freckles di bawah matanya itu hanya tersenyum kecil.

"terimakasih,"

"apa kau menunggu seseorang?"

"ya."

"ah baiklah, semoga harimu menyenangkan." si pelayan beranjak pergi, meninggalkan lelaki manis itu sendiri disana, menunggu. suasana café cukup lengang, hanya beberapa pengunjung yang datang ditemani lagu mendayu milik billie eilish yang diputar melalui pengeras suara disudut. suara lonceng kecil kemudian terdengar, menandakan seorang pelanggan memasuki café.

"hai fel, apa kau menunggu lama?"

si pirang mendongak cepat dan menarik senyuman lebar. "hai kak changbin," kemudian menggeleng cepat hingga poni yang nyaris menutupi matanya itu bergoyang lucu. "tidak, aku juga baru sampai dan memesan." felix menatap lelaki berkemeja putih didepannya dengan pandangan penuh puja, meski nampak pucat tapi changbin tetap tampan dan terlihat bersinar.

yang lebih tua mendudukkan diri dikursi tepat didepan si pirang, menatap felix yang meraih cangkirnya, mengesap espresso bercampur susu hangatnya sementara dia hanya diam tanpa berniat menyentuh cangkir lattenya yang mungkin akan mendingin setelah ini. lelaki tampan itu menghela nafas, menatap prihatin pada lelaki didepannya. hei, kemana perginya pipi gembil milik felix dan senyum ceria laki-laki itu? kenapa dia terlihat kurus dan seperti orang yang sakit sekarang?

"felix jangan begini. kita sudah tidak bisa bersama lagi, aku harus pergi dan kau harus melupakanku."

di kursinya felix berusaha menahan tangis mendengarnya. "tapi kenapa?" sahutnya dengan bibir bergetar, manisnya latte terasa begitu pahit di tenggorokannya saat ini. "aku mencintaimu." bisiknya menahan tangis.

changbin seo menghela nafas untuk yang kesekian kalinya, menyakitkan melihat orang yang dia kasihi menangis, tapi dia juga tidak bisa melawan takdir yang meminta mereka untuk berpisah.

"lupakan aku, kau lelaki baik felix. ada banyak orang diluar sana yang bisa mencintaimu."

"tapi yang aku cinta hanya kakak!" felix tanpa sadar berteriak sembari memukul mejanya, membiarkan sisa latte dicangkirnya tumpah. apa yang dia lakukan menarik perhatian pengunjung disana, tapi felix tidak peduli, dia hanya ingin menangis sembari mengatakan bahwa changbin tidak boleh pergi darinya. "kenapa ini semua tidak adil? kita bahkan sudah menyiapkan pertunangan, tapi kenapa kau harus meninggalkanku?"

"maaf." hanya itu yang bisa changbin katakan sebelum beranjak.

"ja-jangan pergi kak." felix bangkit berdiri, dengan panik mencoba menahan changbin yang ingin pergi. "kak, tolong jangan tinggalkan aku."

"tidak bisa, aku harus pergi." changbin tersenyum manis, senyum terakhir sebelum dia pergi dan meninggalkan felix yang jatuh terduduk dilantai sembari tersedu-sedu.

semua pengunjung dan para pekerja café hanya bisa menatap felix dengan pandangan iba yang kebingungan.

"yoohyeon eonni, lelaki itu..bicara dengan siapa?" si rambut abu-abu yang tadi mengantarkan dua cangkir late ke meja felix kemudian membalas pertanyaan lelaki mungil berbehel di sebelahnya.

"aku tidak tahu jeonginnie. dia memesan dua cangkir latte, mengatakan temannya akan datang. kemudian seperti yang kau lihat, dia mulai berbicara sendiri dan histeris. mungkinkah dia sudah gila?"

baik yoohyeon, jeongin maupun semua pengunjung yang ada disana tidak berani melakukan apapun, hanya beramsusi jika felix itu sedikit...yah gila. ayolah siapa yang tidak beranggapan demikian saat melihat lelaki itu bicara sendiri dan tiba-tiba hsteris? tak lama lonceng di pintu kembali terdengar, seorang lelaki berjas putih berjalan masuk dengan terburu diikuti lelaki lain dibelakangnya, mendekati felix yang masih histeris sembari menarik-narik helaian pirangnya.

"sial, seharusnya aku tidak membiarkannya pergi." ucap lelaki yang memiliki rambut blonde, berusaha memeluk tubuh kurus felix yang memberontak. sementara si manis yang memakai jas putih itu mengeluarkan jarum suntiknya.

"seungminie, apa yang akan kau lakukan?"

"kak chan, tapi maaf aku harus memberi adikmu obat tidur karna skizofrenianya kambuh lagi, dia pasti sedang berkhayal bertemu dengan changbin, jika dibiarkan dia bisa kembali depresi dan mencoba bunuh diri."

chan mengerang. "lakukan." seungmin mengangguk kemudian menyuntikkan obat tidur itu dilengan felix yang lama kelamaan mulai melemas. sembari menghela nafas, dokter muda itu menatap pasiennya dengan pandangan sedih.

"pasti felix merindukan changbin, tunangannya yang meninggal karna kecelakaan tunggal itu."

𝐓𝐨 𝐂𝐡𝐚𝐧𝐠𝐥𝐢𝐱✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang