˚.༄ Hujan

4.6K 670 14
                                    

Felix sedang duduk termenung disisi teras kelasnya yang berada di lantai dua, menopang dagu runcingnya sambil mendongak menatap angkasa.

Langit sedang menangis, menjatuhkan ribuan titik-titik air yang menyerbu bumi seketika.

Menghela nafas, lelaki manis dari Australia itu menatap jam diponselnya dan kembali mendesah. Ini sudah lewat setengah jam dari waktu yang Changbin janjikan untuk menjemputnya.

Apa karna hujan ya?

Entahlah.

Felix tidak yakin jika Changbin lupa akan janjinya, meski lelaki itu dingin dan acuh, tapi Changbin bukan tipe orang yang suka ingkar janji. Jadi Felix memutuskan untuk kembali menunggu, menatap tetesan hujan yang cukup deras dengan udara yang mulai dingin menusuk. Tapi Felix tidak peduli, dia sangat menyukai hujan, karna hujan mengingatkannya pada Changbin, pada pertemuan pertama mereka.

Semua terjadi dihalte tak jauh dari sekolah disore hari yang sedang turun hujan. Felix yang sedang berteduh seorang diri menggosok-gosokkan kedua tangannya agar cukup hangat. Sebenarnya dia membawa payung, namun tak yakin untuk menembus hujan yang sedang mengamuk. Disaat kesendirian itulah, matanya menangkap sosok lelaki yang sedang berjalan terseok melewatinya, berhenti dan berdiri seperti patung diujung jalan tepat disisi tiang lampu. Tatapannya kosong menatap aspal yang basah dan becek.

Eh? Apa pria itu sudah kehilangan akal? Felix menggumam seorang diri, sedikit perasaan khawatir menyelimutinya tentang pria itu, yah walau dia tidak mengenalnya juga. Tapi.. dia bisa sakit!

Felix yang dasarnya baik hati segera membuka lebar payung bergambar pikachunya, lalu berjalan cepat mendekati pria tersebut, mengabaikan amukan hujan ataupun genangan air yang membasahi sepatunya. Lelaki manis itu lalu sedikit berjinjit untuk melindungi tubuh tegap pria itu dari derasnya hujan dengan payung kecilnya.

"Kau bisa sakit," Felix berteriak cukup kencang diantara derasnya hujan. Sementara si pria disebelahnya itu menunduk dan memandang tepat wajah Felix tanpa ekspresi. Awalnya Felix ketakutan melihat mata tajamnya, tapi..

"Kau.. siapa?" Pria itu bertanya serak, wajahnya pucat dan tubuhnya menggigil, membuat Felix melupakan ketakutannya dan semakin cemas.

Dan,

Bruk.

Pria itu pingsan dipelukannya.

Well, itu adalah awal dari pertemuan mereka. Pria itu adalah Changbin, Seo Changbin, berumur 21 tahun dan tercatat sebagai salah satu mahasiswa Teknik Mesin di Universitas Seirin. Changbin bukan orang yang terbuka, berbalik dengan Felix yang seperti buku, mudah untuk dibaca. Changbin cukup menakuti semua orang dengan wajah datar dan tatapan membunuhnya. Tapi Felix tahu, alasan di balik wajah itu.

Changbin punya masa lalu buruk, dia punya kenangan di ujung jalan tepat disisi tiang lampu saat hujan. Itulah alasan kenapa Changbin hujan-hujanan didekat tiang lampu saat Felix pertama kali menemuinya. Changbin punya alasan dan Felix tak pernah mengusik atau mencari tahu lebih dalam alasan itu, itu privasi Changbin.

Sifat Changbin yang 'mengerikan' itulah yang membuat Felix jatuh cinta sehingga membawa keduanya dalam sebuah hubungan yang bernama 'pacaran' hampir sebelas bulan ini. Felix juga tak tahu harus menjawab apa saat teman-temannya bertanya kenapa dia menjalin hubungan dengan Changbin. Alasan? Felix bahkan tidak punya.

Bruumm~

Deru tertahan motor terdengar, membuat Felix yang tengah melamun terjengkit kaget. Segera dia menengok kebawah dan matanya berbinar menemukan sosok yang dia tunggu sudah datang. Dengan semangat dia lalu meraih tasnya dan berlarian menuruni anak tangga menuju lantai dasar menemui Changbin yang berjalan menembus derasnya hujan dengan jas hujan warna abu-abunya.

"Hyunggggg!" Panggilnya ceria dan tanpa sadar menembus hujan demi menuju kearah pacarnya. Hal itu sontak membuat Changbin mendelik. Tidak! Felix kehujanan.

"APA YANG KAU LAKUKAN?" Changbin berteriak menyaingi derasnya hujan, lelaki itu bertanya kasar saat Felix sudah berdiri didepannya dengan wajah polos dan seragam setengah basah.

"Hyung—"

"Kau bisa sakit! Demi Tuhan! Dimana otakmu?" Changbin mendesis, melepas jas hujannya lalu memakaikan pelindung hujan itu ditubuh Felix yang diam menunduk tak protes. Jas hujan abu-abu itu kebesaran dan menenggelamkan tubuh Felix, so cute!

"Hyung,"

Felix mencicit pelan, mendongak menatap rahang pacarnya yang mengeras. Felix bodoh! Tindakanmu itu kekanakan, kau tahu! Changbin pantas marah dan berkata kasar karna dia khawatir. Felix masih menunduk, sampai Changbin selesai memakaikannya jas hujan. Changbin basah tapi dia tidak peduli.

"Jangan lakukan lagi, kau bisa sakit." Changbin lalu menggandeng jemari Felix menuju motor sport yang dia parkir tak jauh dari sana.

"Changbin hyung!"

"Hn,"

"Kau terlambat!" Felix berteriak mencoba mengalahkan deru hujan saat Changbin membantunya naik keboncengan belakang dan memakai helmnya.

"Maaf." Hanya itu, tanpa ada alasan atau penjelasan. Lelaki itu lalu menarik kedua lengan Felix agar melingkari perutnya sebelum menghidupkan mesin motor dan melaju menembus derasnya hujan. Dapat dia rasakan pelukan erat Felix diperutnya serta kepala lelaki manis tersebut dibelakang lehernya. Changbin tersenyum tipis.

Felix pernah melindunginya, dan kali ini giliran dia melindunginya dari hujan.

𝐓𝐨 𝐂𝐡𝐚𝐧𝐠𝐥𝐢𝐱✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang