Aku berlatih bersama Velian menggunakan senjata yang ada di tempat penyimpanan senjata milik paman Thomas. Ia benar-benar terlihat serius untuk menjalankan misi dan masuk ke dalam istana. Aku tidak tahu apa yang ia pikirkan saat ini, tapi aku bisa merasakan sedikit ambisinya.
"Berhenti!"
Aku dan Velian menoleh dan menghentikan serangan kami. Sarah menatapku lekat dengan wajah tidak suka.
"Aku ingin melawanmu."
Aku hanya terdiam mendengar ucapannya yang lugas.
"Tapi Sarah—"
"Velian aku mohon. Aku butuh teman berlatih juga." Sarah melirik kearahku. "Aku penasaran dengan kemampuannya."
Velian menghela nafas dan pada kahirnya ia bilang, "Baiklah. Kalian berlatih, aku akan membantu paman Thomas."
Sarah mengangguk sementara Velian sudah menatapku. "Kau berlatih dulu dengan Sarah."
Ya," sahutku seadanya.
Aku dan Sarah saling menatap lekat, tapi aku masih tidak mengerti kenapa ia begitu sengit menatapku. Ia berjalan mengambil dua pedang kecil dan memainkannya dengan lihai.
"Kau ingin berlatih dengan pedang kecil itu?" tanyaku heran. "Aku akan mengambil topeng pengaman untukmu."
Aku meraih dua topeng tembaga untuk melindungi wajah kami ketika berlatih. Aku sengaja menawarkan topeng karena aku tahu ada sesuatu dengan latihannya.
Aku memberikan topeng itu padanya dan ia langsung memakainya. Aku meraih dua pedang kecil yang sama dengannya.
"Kita mulai!" ucapnya.
Kami mulai saling serang dan pergerakan tangannya begitu cepat. Ia mendesakku dengan serangan bertubi-tubi dan aku hanya bisa menangkisnya. Suara desingan pedang terasa memekakan telinga dengan sengit. Aku tidak tahu apa yang terjadi dengannya, dia begitu kesal denganku dan sepertinya membenciku.
Aku menahan serangannnya dengan kedua tanganku namun tangan satunya memukul wajahku dan menggores topengku dengan pedangnya. Dalam waktu sedetik ia menjepit leherku dengan lengannya, aku langsung melompat dan menendang dahinya yang masih terlindungi topeng hingga ia mundur beberapa langkah.
Kini gantian aku yang menyerangnya namun beberapa saat kemudian, ia bergerak memutar sambil menahan tanganku lalu menohok ulu hatiku dengan siku dan menendang kakiku agar terjungkal kebelakang.
Tubuhku terpelanting dengan keras dan kepalaku terbentur lantai. Punggungku juga terasa nyeri karena langsung bertabrakan dengan lantai yang keras. Aku membuka topengku sambil terbatuk-batuk.
"Sebenarnya apa masalahmu denganku?" tanyaku sambil memegangi ulu hatiku yang terasa nyeri.
Sarah membuka topengnya dan berdiri angkuh di hadapanku. "Anggap saja itu peringatan karena sudah mendekati Velian."
"Maksudmu?"
"Aku tidak suka kau berdekatan dengannya," jawabnya sinis. "Kau pikir kau siapa? Kau orang tak dikenal yang tiba-tiba muncul di sisi Velian?" Ia menempelkan ujung pedang di daguku. "Aku memberimu kesempatan untuk pergi mejauhi Velian sebelum aku bertindak lebih jauh."
Aku mendengus tertawa namun ulu hatiku terasa nyeri. "Jadi—kau cemburu?"
Alisnya terangkat dengan ekspresi dingin. "Asal kau tahu, Velian adalah milikku. Takan kubiarkan kau mendekatinya lebih dari ini."
Aku menarik nafas panjang sambil tertawa dalam hati. Ini—lucu sekali. "Yah, tanpa kau bilangpun aku sudah tahu kau begitu menyukai Velian, tapi—bagaimana perasaan Velian denganmu? Kau tidak bisa memaksakan perasaan orang lain terhadapmu jika dia tidak mau." Aku menyingkirkan belatinya dari daguku sambil mendorongnya kemudian berusaha berdiri sambil dan menggengggam dua pedang kecilku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assassin
FantasyValen Trish tidak pernah menyangka kehidupannya akan berubah. Mimpinya menjadi seorang ksatria pelindung hancur dalam waktu semalam ketika keluarganya terbunuh oleh orang tak di kenal malam itu. Pertemuannya dengan Velian Grey, pria berhati dingin y...