Chapter 30

2.1K 325 118
                                    

Sudah hampir lima belas menit Sarah tak sadarkan diri dan aku masih menunggunya dengan sabar. Aku hanya terdiam melihatnya terkulai dengan tangan terikat keatas. Ruangan ini begitu berdebu dan tak tersentuh sama sekali, saat aku meminta beberapa penjaga untuk menyiapkan penjara ternyata mereka memberitahukan bahwa sebenarnya aku memiliki penjaraku sendiri. Lokasinya sama seperti penjara putra mahkota, tepatnya di bawah tanah, tapi disini terasa kering dan dingin, tidak seperti penjara miliknya yang lembab dan bau darah dimana-mana. Disini aromanya masih murni aroma tanah dan sedikit membuatku tenang.

"Bangunkan dia!" titahku dingin pada salah satu penjaga yang sedari tadi sudah siaga dan menunggu perintahku.

"Baik yang mulia."

Sarah akhirnya terbangun setelah guyuran air dingin menyirami tubuhnya. Ia seperti terkejut dan mengamati lingkungannya dengan tatapan tak percaya, lalu tak lama ia menatapku.

"Valen," gumamnya. Ia seperti baru menyadari tangannya terikat saat ia mencoba bergerak. "Kau!"

"Kenapa? Apa sekarang kau marah padaku karena memenjarakanmu?"

"Lepaskan aku!" teriaknya. "Kau tidak bisa melakukan ini padaku!"

"Oh, siapa bilang aku tidak bisa melakukannya?" sahutku dingin lalu memamerkan lencanaku. "Aku di sini memiliki wewenang mutlak. Aku bisa melakukan apa saja padamu."

Ia tertawa sinis menatapku. "Kedudukanmu hanya sebuah pemberian, sangat tidak patut untuk dibanggakan."

Aku mendesah pelan. "Yah, kau benar. Sangat tidak bisa dibanggakan, tapi setidaknya dengan kedudukan ini aku bisa membalaskan perbuatanmu terutama untuk Aleea."

"Kematian Aleea tidak ada sangkut pautnya denganku. Jika putra mahkota ingin memberi hukuman mati, itu bukan urusanku!"

"Tidak perlu membela diri lagi!" sergahku. "Kau meberitahukan hubunganku dengan Velian pada putra mahkota. Saat kau tahu putra mahkota ingin memburu Velian, kau sudah mengatur rencana dengan mengorbankan Aleea. Aleea sudah memberitahuku bahwa kau meminta Aleea membeli rempah-rempah. Saat dia kembali, tempat itu sudah dikepung. Aku jadi berpikir saat pengepungan itu kau sudah membawa yang lainnya pergi kecuali Aleea." Aku mendekati jeruji dan menatapnya. "Aleea yang malang dan tidak tahu apa-apa akhirnya terkepung dan ditangkap. Awalnya aku selalu berpikir kenapa putra mahkota mengira bahwa Aleea adalah Velian? Dan setelah mendengar pembicaraanmu pada putra mahkota, sekarang aku tahu bahwa kau dalang di balik semua ini. Mungkin kematian Aleea memang bukan bagian dari rencanamu, tapi kau telah menjebaknya!"

Sarah hanya terdiam sambil menatapku tajam sementara aku terus membuatnya terpojok dengan kalimatku.

"Katakan padaku, kenapa kau melakukan semua itu?" Aku berjongkok agar wajah kami sejajar meskipun terhalang jeruji. "Padahal aku sudah menjauhi Velian dengan menjadi istri putra mahkota. Apakah jarakku dengan Velian tidak cukup untuk mengurangi kecemburuanmu?"

"Dengan menikah dengan putra mahkota, kau memang menjauh dari Velian tapi kau tidak meninggalkannya bukan? Meskipun kau sudah menikah tapi Velian tetap mengandalkanmu, tetap menjadi yang utama di pikiran maupun hatinya. Sedekat apapun Velian denganku, tapi aku tidak bisa menyentuh hatinya sama sekali, dan itu karenamu!"

"Tapi kenapa harus Aleea? Jika kau membenciku, kau bisa langsung berhadapan denganku!"

"Aku tidak akan bertindak ceroboh, kau pikir aku bodoh!" Nadanya mulai meningggi. "Jika aku berhadapan denganmu itu sama saja aku berhadapan dengan putra mahkota."

"Perlukah kukatakan bahwa kau memang benar-benar bodoh?" desisku. "Kau menjadikan Aleea sebagai pion berdarah dari rencanamu, itu berarti kau membuat dirimu berurusan denganku. Kau tidak berani berurusan dengan putra mahkota lebih dari ini karena dia orang yang kejam bukan? Kau takut padanya." Aku kembali memamerkan lencanaku. "Saat ini aku adalah putri mahkota dan kau berani membuat ulah denganku."

AssassinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang