Chapter 24

2.5K 398 220
                                    

Seminggu telah berlalu dan aku masih menjalani hukumanku. Baru satu buku tebal yang berhasil kusalin dan itupun jemariku sudah harus diperban dan diterapi untuk memulihkan otot-otot pergelangan tanganku yang kaku dan kram. Berkali-kali Lavina harus memijat tanganku dan sesekali meniupkan sedikit sihir agar cepat sembuh meskipun itu tak bertahan lama.

"Yang mulia, saya membawakan teh untuk anda." Velian datang sambil membawakan secangkir teh hangat.

Selama aku di kamar semuanya harus terlihat normal termasuk bagaimana Velian harus menjaga sikap agar tidak ketahuan.

"Terimakasih tuan Ricky."

Aku meraih secangkir teh yang ia sodorkan kemudian meneguknya. Rasanya sangat lucu mengingat seharusnya akulah yang melayaninya. Velian adalah pangeran yang sesungguhnya, dan aku hanya sebagai ksatrianya tapi justru dia yang melayaniku? Dunia terbalik macam apa yang kujalani saat ini?

"Sebentar lagi makan malam, saya akan memanggil anda jika sudah siap."

Aku tersenyum formal padahal hatiku tertawa. "Terimakasih tuan."

"Tolong jaga kesehatan anda, istirahatlah sejenak yang mulia," ujarnya lagi.

"Terimakasih sudah mengkhawatirkanku."

Velian tersenyum kemudian beranjak dari kamarku sementara aku melanjutkan tulisanku. Jemariku terasa pegal sekali dan aku berniat untuk menyudahinya. Aku meregangkan tubuhku hingga tulangku bergelutuk. Kemudian meraih lilin yang sudah dinyalakan lalu meletakkannya di meja dekat tempat tidurku.

Suara bergelontang dan terdengar ribut membuatku segera menuruni tangga setelah keluar kamar. Kulihat Aleea dan Lavina sudah saling mengejek layaknya anak kecil kemudian mereka saling melemparkan seringai.

"Wow, sepertinya seru sekali," sapaku ketika sampai di bawah dan mereka langsung terdiam sekejap.

"Dia menyebalkan," dengus Aleea kemudian beranjak pergi.

"Hei! Kau pikir kau tidak menyebalkan juga?!" balas Lavina sambil melempar sapu namun Aleea berhasil menghindar.

Aku menggelengkan kepala melihat tingkah mereka sekaligus merasakan sesuatu diantara mereka tapi aku tak tahu apa itu dan aku hanya tersenyum.

"Kau sudah turun rupanya." Zealda muncul dari dapur dengan membawa nampan besar berisi makanan. "Maaf makan malamnya baru disiapkan."

"Tidak perlu formal begitu, lagi pula yang diawasi hanya kamarku." Aku membawa beberapa makanan lagi dari dapur untuk membantunya. "Makanlah bersamaku seperti biasanya. Aku pastikan putra mahkota takan datang kemari."

Makan malampun dimulai. Kami berlima menyantap hidangan dengan tenang seperti biasanya, tentu saja sebelum itu kami selalu memastikan bahwa putra mahkota benar-benar sibuk dan tak bisa berkunjung.

Kuakui, masakan Zealda benar-benar enak dibanding Velian. Kurasa dia memang cocok menjadi koki makanan mewah dan berkelas seperti ini. Jika dia menjadi juru masak di istana, mungkin dia langsung mendapat gelar sebagai kepala koki istana.

Seusai makan, kami berlima kembali berkumpul di meja makan. Aleea sudah siap dengan perkamennya dan Zealda memainkan belatinya, seperti biasa. Sementara Velian hanya duduk tenang dan Lavina menggigit apel kesukaannya.

Kali ini kami membahas masalah pertemuan dengan nyonya Jevera, tapi dengan di hukumnya diriku membuat semua tertunda dan aku khawatir jika putra mahkota bertindak lebih cepat dari yang kukira. Cepat atau lambat Erick akan tahu bahwa aku hanya seorang Shirea.

"Aku punya ide," ujarku ketika semua sedang berpikir. "Bagaimana...jika Velian yang datang menemui nyonya Jevera."

Semua mata menatapku sambil mengerutkan kening.

AssassinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang