Cahaya api yang hangat memberikan kesan oranye pada dinding goa ketika kami berempat duduk berkumpul di tengah udara malam yang dingin. Hasil dari misi kemarin adalah sebuah buku tebal yang sepertinya dijaga degan ketat. Didalam buku itu terdapat penjelasan mengenai ritual dua puluh tahun yang lalu dan kami mendengarkan Velian ketika membacakannya.
"Di sini dijelaskan bahwa ritual dua puluh tahun yang lalu bertujuan untuk menyelamatkan keturunan-keturunan raja Victor Leys alias raja terdahulu, jadi—bisa disimpulkan waktu itu ada perebutan tahta antara raja Victor dengan adiknya. Raja Victor di bunuh dan kini tahta di alihkan ke adiknya, Herrian Leys raja Axylon yang sekarang," tutur Velian dan ia kembali mebaca. "Raja Victor sengaja mengikat jiwa-jiwa keturunannya dengan orang lain yang bukan dari keluarga kerajaan, dan itu bertujuan agar penerusnya tidak bisa mati di bunuh akibat perebutan tahta. Dan jiwa-jiwa yang diikat dengan jiwa keturunanya di namakan dengan—" Velian menatapku. "Shirea."
"Jadi—keseimpulannya pangeran dan tuan putri dari raja Victor tidak bisa dibunuh selama Shirea-nya masih hidup?" tanya Aleea sembari berpikir. "Tapi—apa yang terjadi pada mereka jika Shirea-nya mati?"
"Keturunan raja Victor baru bisa di bunuh ketika Shirea-nya mati," jawab Velian. "Karena mereka yang di jadikan Shirea dalam ritual itu memang ditakdirkan untuk menjaga nyawa keturunan raja Victor."
Aku termenung sejenak, menyusun semua apa yang terucap dan yang telah kualami. Tingkah Velian yang seperti mengetahui sesuatu dan juga bibi Agatha yang mengatakan bahwa di belakang leherku memang terdapat corak angka empat. Paman pembunuh itu juga mengatakan bahwa ia memang ditugaskan untuk membunuh keluargaku karena aku memiliki tanda lahir yang sama dengan putra raja terdahulu.
"Apa—jiwa yang terikat dengan salah satu keturunan raja Victor akan memiliki tanda lahir yang sama?" tanyaku ditengah lamunanku sambil memegangi tengkukku.
"Ya," sahut Zealda.
Kini tatapanku beralih pada Zealda yang tampak serius. Jadi—Zealda juga sudah tahu mengenai hal itu? Apakah disini yang tidak tahu apapun soal itu hanyalah aku?
Aku menatap Velian yang sudah menyipitkan mata ke arah Zealda sementara Aleea menatap keduanya dengan intens. Entah kenapa aku merasakan sesuatu yang mengganjal antara Velian dan Zealda. Aku bisa melihat mereka berdua saling waspada satu sama lain.
Pikiranku semakin dipenuhi puzzle-puzzle misteri mengenai hal ini, dan satu pertanyaan besar muncul dalam benakku. Kenapa mereka begitu tertarik dengan ritual kerajaan dua puluh tahun yang lalu? Jika mereka orang biasa, seharusnya ritual itu tidak ada sangkut pautnya dengan mereka bukan?
Aku kembali termenung dengan masalahku sendiri. Aku memiliki tanda lahir yang sama dengan pangeran ke empat, apa itu berarti—aku benar-benar seorang Shirea? Jika iya, berarti aku juga harus waspada dengan orang-orang disekitarku.
Aku kembali menatap Velian sejenak, dia selalu memintaku untuk menutup leherku, itu berarti—dia sudah tahu kalau aku seorang Shirea. Dan—jika aku masih hidup berarti pangeran ke empat juga masih hidup bukan? Setelah mengetahui benyak hal, entah kenapa rasanya masalah ini begitu rumit.
Lamunanku buyar setelah Velian meletakkan buku itu dan berdiri.
"Aku akan pergi untuk mengurus beberapa hal," ujarnya sambil meraih jaket tebal.
"Kau mau kemana?" tanya Zealda sinis.
Aku tidak mengerti apa yang terjadi pada mereka berdua, tapi sepertinya—ini tidak baik.
Velian menghela nafas panjang. "Hanya pergi ke rumah paman Thomas untuk mengambil senjata milik Valen."
Ini kesempatanku untuk berbicara padanya. "Kalau begitu aku ikut!" sergahku sambil berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assassin
FantasyValen Trish tidak pernah menyangka kehidupannya akan berubah. Mimpinya menjadi seorang ksatria pelindung hancur dalam waktu semalam ketika keluarganya terbunuh oleh orang tak di kenal malam itu. Pertemuannya dengan Velian Grey, pria berhati dingin y...