Chapter 28

2.3K 356 162
                                    

Aku masih menyimpan serapahku yang kutahan bersama resah yang kian menggunung. Mengutuk diriku dari rasa bersalah yang menyeruak akibat kebodohanku. Lavina mengetahui semua kebenaran dan ia menunjukkan sifat aslinya. Jika Velian sampai tertangkap karenanya, aku bersumpah akan membunuhnya dengan tanganku sendiri. Tapi—yang membuatku bingung adalah kenapa Aleea justru yang tertangkap dan dianggap sebagai Velian? Bukankah ini aneh? Jika Aleea ingin melindungi Velian dengan cara menukar dirinya, mungkin bisa saja ia melakukannya untuk menyelamatkan Velian. Tapi Aleea yang kutahu adalah pemuda yang cerdas dan penuh strategi, dia tidak mungkin melakukan tindakan bodoh tanpa perhitungan seperti ini. Ada apa sebenarnya?

"Nona! Nona!" Bibi Athea tergopoh-gopoh dengan berjingkat agar suara kakinya tak terdengar gaduh. "Gadis yang menemui putra mahkota datang lagi. Ikut aku nona!"

Aku terbangun dari kursiku dengan antusias lalu mengikuti bibi Athea dengan keinginan menggebu untuk melihat dalang di balik semua ini dan untung saja putra mahkota membebaskanku sejenak tanpa rantai atau semacamnya. Jangtungku berdegup kencang seiring derap langkah kami dengan hati-hati.

"Nona sebaiknya mengintip dari sini."

Aku mengikuti aba-aba bibi Athea dan aku mulai menempelkan wajahku pada dinding yang sedikit berongga dan kulihat putra mahkota sedang duduk di kursi di aula utama dengan wajah lugasnya sementara di depannya sudah ada sosok bertudung yang sedikit membungkuk. Sialnya, aku tidak melihat wajah gadis itu. Kupertajam pendengaranku untuk mencuri dengar apa yang mereka bicarakan.

"Kau yakin pemuda itu bernama Velian?" tanya Erick. "Sepanjang berbicara, Valen selalu memanggilnya Aleea." Erick mengangkat dagu gadis itu dan sayangnya aku masih belum bisa melihat wajahnya dengan jelas. " Kau tahu konsekuensi jika membohongiku bukan? Aku bisa saja memenggal kepalamu."

"Aleea—adalah panggilan untuk membohongimu agar kau ragu dengan tindakanmu yang mulia. Aku tahu Valen adalah gadis baik yang cerdas, dia pasti tidak akan diam saja melihat kekasihnya ditangkap dan berusaha mengelabuhimu. Asal kau tahu yang mulia, dulunya aku adalah teman dekat Valen jadi aku benar-benar mengenalnya."

"Apa-apaan itu?" lirihku sambil mengerutkan kening, bukan hanya jawabannya yang terkesan asal bicara melainkan suaranya yang terdengar seperti tidak asing.

"Teman dekat katamu?" Erick menyipitkan mata. "Malang sekali Valen yang memiliki teman dekat sepertimu." Erick kembali duduk tegak dan menyeringai. "Teman dekat atau musuh dalam selimut?"

"Dulu kami teman dekat, tapi hubungan kami hancur setelah Valen merebut Velian dariku yang mulia. Sebagai wanita yang ditingggalkan kekasihnya demi wanita lain, kau pasti tahu betapa menderitanya diriku. Apalagi wanita itu adalah teman dekatku sendiri, aku merasa dihianati."

Aku diam mematung dengan tangan mengepal. Tubuhku bergetar saking menahan marah yang kian meluap. Sekarang aku tahu siapa gadis itu, dan ternyata dugaanku salah. Aku mencurigai Lavina sementara gadis kurang ajar itu adalah Sarah.

"Nona tahan dirimu," bisik bibi Athea sambil menggenggam tanganku.

"Entah kenapa aku merasa ragu dengan ucapanmu," ujar Erick terlihat bimbang namun tetap berwibawa. "Aku merasa—seperti ada sesuatu yang kau sembunyikan di balik ucapanmu."

"Bagian mana yang membuatmu ragu yang mulia? Tidak ada kebohongan dari semua ucapanku. Aku menyampaikan rahasia ini padamu karena aku ingin balas dendam pada pria yang sudah membuatku kecewa selain itu, kau juga bisa memiliki Valen sepenuhnya bukan? Aku tahu kau mulai memiliki perasaan pada istrimu. Yang mulia," lanjut Sarah. "Sampai sekarang aku masih menyayangi Valen, dia sudah kuanggap seperti saudaraku sendiri, karena itu aku mohon jagalah Valen. Mungkin saat ini dia begitu terluka dengan kondisi Velian saat ini dan aku percaya bahwa kau bisa membuatnya melupakan Velian. Dia gadis yang baik dan tangguh, cintai dia sepenuh hatimu. Aku yakin, dia akan bahagia bersamamu."

AssassinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang