lueur d'espoir

1.1K 167 13
                                    

glimmer of hope

Di masa remajanya, Chanyeol merasa bahwa ia adalah laki-laki 'normal' atau 'straight'. Ketika ia mengalami pubertas pun, ia tidak pernah berfantasi atau membayangkan dirinya menyentuh laki-laki. Namun mungkin masa remaja Chanyeol cukup berbeda dengan anak laki-laki kebanyakan. Ia tentu saja bernafsu sesekali, bermimpi basah, tapi Chanyeol tidak pernah memiliki keinginan—atau karena ia terlalu takut, untuk menyentuh dirinya sendiri. Ia menghabiskan sebagian besar waktunya di sekolah, tempat les, dan belajar di rumah hingga ketika waktunya tidur atau mandi sekali pun, ia sudah terlalu lelah untuk sekadar menghibur diri.

Setelah pindah ke New York dan bertemu Kyungsoo, barulah Chanyeol mulai memikirkan orientasi seksualnya. Atau lebih tepatnya, setelah Kyungsoo menciumnya malam itu. Hal pertama yang terlintas di kepalanya adalah kebingungan. Apakah yang dilakukannya ini benar dan wajar? Apakah memang ia seharusnya menikmati hal ini? Tapi semakin banyak pertanyaan yang muncul di kepalanya, semakin Chanyeol tidak ingin menemukan jawabannya.

Ciuman yang terjadi di tepi jalan ketika mereka kembali ke apartemen Chanyeol itu berlanjut pada ciuman-ciuman lainnya. Kyungsoo secara tidak langsung telah membangkitkan sesuatu yang tidak pernah Chanyeol rasakan sebelumnya. Chanyeol tentu saja tetap merasa takut. Ketika mereka mencuri ciuman di lift, di koridor apartemen, bahkan di dalam kamarnya sekali pun, Chanyeol selalu khawatir seseorang akan memergoki mereka. Bagaimana jika orang lain tahu? Bagaimana jika orang tuanya tahu? Apakah ia akan baik-baik saja?

"What's wrong?" Tanya Kyungsoo ketika Chanyeol berhenti membalas ciumannya.

Mereka tengah berada di apartemen Chanyeol, tempat di mana mereka menghabiskan sebagian besar waktu mereka sekarang. Chanyeol berbaring di atas sofa sementara Kyungsoo menunduk di atasnya, mengejar bibirnya dalam sebuah ciuman yang dalam. Tapi Chanyeol tiba-tiba berhenti ketika kepalanya tenggelam dalam teori yang tidak ia mengerti.

Kyungsoo beringsut dari tempatnya dan duduk sambil menyalakan rokoknya. Chanyeol melakukan hal yang sama, kecuali ia tidak merokok dan hanya duduk di samping Kyungsoo.

"Kau tidak menyukainya dan ingin aku berhenti?" Tanya Kyungsoo merujuk pada apa yang baru saja mereka lakukan.

Chanyeol tidak lekas menjawab. Ia terlihat ragu-ragu untuk membuka suaranya. Chanyeol akhirnya mendongak dan membalas tatapan Kyungsoo padanya.

"Aku menyukainya, aku menyukaimu, aku tidak ingin kau berhenti. Tapi.. is this okay?" Tanya Chanyeol pelan.

Kali ini Kyungsoo tidak tertawa atau mendengus ketika mendengar jawaban Chanyeol seperti malam itu. Ia mengerti dengan kebingungan yang Chanyeol rasakan, karena ia juga pernah mengalaminya.

"Chanyeol, kau bisa menyukai siapapun yang kau mau.." Kyungsoo meraih tangan Chanyeol dan menggenggamnya.

"...and it's okay too." Lanjutnya.

Chanyeol memandang tangan kirinya yang Kyungsoo genggam.

Mungkin memang tidak semuanya harus dimengerti dalam satu waktu sekaligus. Mungkin kebingungan Chanyeol akan mendapatkan jawabannya suatu saat ini.

Kyungsoo menekan rokoknya di atas asbak yang sudah penuh dengan puntung rokok miliknya. Ia kemudian menangkup pipi Chanyeol dan mencium bibirnya lagi. Tangan keduanya masih tergenggam ketika Kyungsoo mendorong tubuh Chanyeol agar kembali berbaring di atas sofa.

Tapi yang tidak pernah Chanyeol perkirakan adalah jawaban itu hanya ada dua—benar atau salah.

.

.

.

Setelah bekerja selama hampir satu bulan di kantor itu, Chanyeol akhirnya mendapatkan ID card sekaligus kunci masuk ke dalam kantor. Ia tidak perlu lagi menunggu Suho atau yang lain datang untuk masuk dan memulai pekerjaannya. Chanyeol hari itu datang pukul 07.00 pagi. Ia sengaja datang lebih awal dari yang lain agar ia bisa bekerja tanpa ada gangguan.

TOUGH PILLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang