sois mon erreur

1K 149 49
                                    

be my mistake

People come and people go. Ada orang-orang yang datang dan ada pula orang-orang yang pergi. Park Chanyeol sudah seharusnya terbiasa dengan hal itu, ia tidak seharusnya berharap banyak, tapi hatinya ini memang sulit untuk belajar dari yang sudah-sudah.

.
.
.

Chanyeol awalnya tidak menyadari kebiasaan baru yang dimulai sejak ia mulai tidur dengan banyak laki-laki dari rekan-rekan bisnisnya itu. Pemuda itu menyangka bahwa ia hanya sedang berusaha menjadi seorang perfeksionis, di mana semuanya harus terlihat sempurna dan tanpa cela seperti yang selalu keluarganya inginkan. Chanyeol mulai melakukan beberapa hal berulang kali hingga sesuatu di dalam dirinya puas. Seperti ketika ia membersihkan diri atau tempat-tempat di sekitarnya, ia paling tidak tahan jika melihat benda kotor atau tidak beraturan. Sebelumnya Chanyeol hanya akan mandi dua kali sehari, pada pagi dan malam hari setelah pulang bekerja. Tetapi akhir-akhir ini pemuda itu bisa melakukannya dua atau tiga kali di pagi hari dan dua atau tiga kali pula di malam hari.

Chanyeol akan menghitung berapa kali ia mengaduk kopinya atau berapa kali ia meneguk minumannya. Hal-hal itu harus dilakukan dengan hitungan yang sama atau ia akan merasa terus gelisah dan tidak bisa berkonsentrasi bekerja.

Tapi mengingat sifat Chanyeol yang tidak pandai mengungkapkan perasaannya, pemuda itu selama ini memilih diam dan menelan kebiasaan-kebiasaan aneh yang tanpa sadar ia lakukan itu. Mengeluh dan menceritakan apa yang sedang dirasakan adalah kelemahan. Chanyeol selalu mempercayai pemikiran itu.

.
.
.

Setelah kepergian Yifan pagi itu, Chanyeol segera pergi mandi dan membersihkan diri. Selanjutnya, ia mengirimkan pesan singkat pada Suho bahwa hari ini ia tidak masuk kerja karena merasa tidak enak badan. Ia kemudian menarik bed cover, sprei, dan sarung bantal dari tempat tidurnya sebelum menjejalkan kain-kain itu ke dalam mesin cuci. Sambil menyalakan mesin penyedot debunya, Chanyeol menyemprotkan cairan pembersih sebelum menggerakkan mesin itu di atas kasurnya. Selain tempat tidur, Chanyeol juga membuka semua ventilasi di dalam rumahnya agar udara dingin dari luar dapat masuk dengan leluasa.

Pemuda itu kemudian menggosok konter dapur dan wastafelnya beberapa kali hingga jari-jarinya terasa kaku dan perih karena ia tidak menggunakan sarung tangan karet seperti biasanya. Gesekan dari sikat pembersih dan tangannya yang tergores di beberapa sudut tempat itu membuat jemari pucat pemuda itu lecet di sana sini. Tapi Chanyeol tidak berhenti. Pemuda itu melanjutkan kegiatannya hingga sore hari.

Chanyeol akhirnya jatuh terduduk di depan tv setelah ia baru saja mengelap layarnya beberapa kali. Perasaan gelisah dan rasa menyesal yang sebelumnya menggelayuti dadanya itu kini tergantikan dengan perasaan hampa yang tak terkira. Chanyeol kemudian bangkit dan mencuci lap yang digunakannya sebelum membasuh kedua tangannya. Ia mungkin harus mandi lagi setelah ini. Pemuda itu mengernyit ketika tangannya terasa perih saat terkena air.

.
.
.

Wu Yifan datang ke kantor pada pukul 11.00 siang pada hari itu. Seperti biasa, sebatang rokok yang kemungkinan ia nyalakan setelah turun dari bis, sudah bertengger di sela-sela bibirnya. Laki-laki itu memasuki ruangannya tanpa berkata-kata. Para karyawan yang menyaksikan hal itu hanya saling berpandangan dan mengangkat bahu mereka. Tidak ada yang berani menyapa si manajer, jika saat datang ke kantor saja raut wajahnya sudah terlipat seperti itu.

Suho mengetuk pelan pintu ruangan Yifan dan membukanya setelah mendengar sahutan. Laki-laki itu meletakkan secangkir kopi di atas meja bosnya sebelum melipat kedua tangannya di dada.

"Kau tidak mau bertanya kenapa aku yang membuatkan kopimu hari ini?" Tanya Suho.

Yifan yang sudah fokus pada pekerjaannya hanya menggeleng.
"Kau tidak mengganggu Chanyeol lagi, kan? Hari ini dia izin sakit." Kata Suho.

TOUGH PILLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang