la rose

1.2K 147 56
                                    

Park Chanyeol pernah berpikir, seandainya ia tidak memiliki kesempatan untuk memulai hidupnya kembali, maka ada baiknya ia mengakhirinya saja. Godaan itu begitu menggiurkan-sebuah jalan pintas dan tercepat untuk meringankan rasa sakit yang dialaminya. Orang-orang mungkin tidak akan mengerti pada apa yang membuatnya mengalami rasa sakit itu. Chanyeol terlahir dari keluarga kaya, orang tuanya sangat mampu untuk memberikan semua yang diinginkannya. Tapi sebagai gantinya, Chanyeol harus menukarkan keinginan dan mimpinya sendiri dengan apapun yang mereka kehendaki padanya. Perampasan itu mungkin sudah menjadi hal yang biasa, Chanyeol tumbuh bersamanya. Yang menjadi puncaknya adalah bagaimana Chanyeol kehilangan orang yang ia pikir akan berada di sampingnya untuk waktu yang lama-lalu penolakan kedua orang tuanya pada sesuatu yang merupakan bagian dari diri pemuda itu. Bagaimana mereka memaksa putra bungsu mereka menjadi Park Chanyeol yang mereka inginkan. Chanyeol sudah tidak bisa bertahan lagi-keputusannya adalah meninggalkan keluarga-atau orang-orang itu dan memulai hidup di mana ia bisa menjadi dirinya sendiri.

Kehidupan yang dipilih Chanyeol tentu tidak mudah. Selama berbulan-bulan pemuda itu mengurung diri di tempat tinggalnya yang baru di Seoul-menghabiskan uang saku yang kakak perempuannya berikan. Pemuda itu berusaha untuk tetap bertahan hidup sambil secara perlahan menyembuhkan luka-luka yang menganga di hatinya. Ia belajar untuk melindungi dirinya sendiri-agar luka yang sama tidak terbentuk lagi.

.

.

.

"Kau sudah menanam bibit bunga mawar liarnya?" Tanya seorang pemilik toko tanaman hias yang biasa Chanyeol kunjungi.

Pemuda itu mengalihkan perhatiannya dari deretan merk pupuk yang sedang ia amati pada wanita paruh baya itu. Chanyeol menganggukkan kepalanya.

"Sepertinya sudah tumbuh sekitar satu senti." Kata Chanyeol sambil mengingat-ingat kembali perkiraan tinggi tanaman hiasnya di rumah.

Wanita itu tersenyum. "Kau tahu, beberapa Minggu yang lalu si pemesan datang dan menanyakannya."

Chanyeol terlihat canggung. "Apa dia menginginkan bibitnya lagi? Aku bisa mengganti uangnya kalau begitu." Kata Chanyeol.

Wanita itu lagi-lagi tersenyum. Ia tidak bermaksud untuk membuat Chanyeol merasa tidak nyaman. "Kau tidak usah khawatir. Aku sudah memberikan penjelasan padanya."

"Tapi aku bersungguh-sungguh, maksudku, aku akan mengganti bibit itu."

Wanita itu menggeleng. "Tidak perlu. Aku merasa bahwa aku telah membuat keputusan yang tepat dengan memberikannya padamu." Katanya.

Chanyeol mengernyit. "Kenapa?"

Pemuda itu tidak mengerti dengan apa yang si pemilik toko itu coba sampaikan. Apa yang wanita itu tahu tentang dirinya hingga berpikir bahwa Chanyeol pantas menerima bibir mawar liar itu.

"Ketika kau pertama kali datang ke tokoku dan membeli tanaman-tanaman kaktus itu, aku tanpa sadar memperhatikanmu. Maaf jangan tersinggung-tapi aku memang mempunyai kebiasaan untuk menghafal pelangganku. Aku sempat yakin kau hanya iseng dan akan datang sekali waktu itu saja. Tapi kau datang lagi dan membeli kaktus lain." Si pemilik toko memulai monolognya tanpa menghentikan kegiatannya yang tengah merapikan tanaman bonsai.

"Bagiku kaktus adalah tanaman yang menyampaikan kekuatan sekaligus kemandirian-mungkin juga kesepian?" Wanita itu terkekeh mendengar penjelasannya sendiri.

"Kalau kau perhatikan, seluruh bagian tanaman kaktus ditutupi oleh duri-duri yang tajam. Ia seperti jarum yang siap menusukmu kapan saja kau berani mendekatinya. Itu adalah salah satu kekuatannya. Ia juga bisa bertahan dalam situasi apapun. Bahkan jika kau lupa menyiraminya selama beberapa hari atau minggu, ia masih akan bertahan. Entah aku yang terlalu sentimentil atau terlalu lama menghabiskan waktu bersama tanaman-tanaman ini, tapi aku merasa bahwa kaktus itu adalah bagian dari dirimu yang coba kau ungkapkan pada orang lain."

TOUGH PILLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang