je ne sais rien

1.1K 146 50
                                    

I know nothing

Ketika Kyungsoo tidak datang di Jeju waktu itu, Chanyeol merangkai berbagai alasan mengapa pemuda itu meninggalkannya begitu saja. Chanyeol sebenarnya tidak ingin menggunakan kata 'ditinggalkan' itu untuk dirinya sendiri. Kata-kata itu terdengar lemah, menyedihkan dan ia masih punya harga diri untuk mengakuinya. Tapi Chanyeol memang ditinggalkan oleh Kyungsoo waktu itu.

Apakah Kyungsoo sudah bosan padanya? Apakah menghadapi Chanyeol terlalu sulit baginya? Apakah hubungan mereka terlalu rumit untuk dipertahankan sebelumnya? Apakah Chanyeol telah membuat kesalahan hingga tidak cinta lagi padanya?

Pertanyaan-pertanyaan itu awalnya terus berputar di kepala Chanyeol. Pemuda itu tidak sanggup untuk menemukan alasan yang tepat mengapa Kyungsoo tidak datang dan tidak pernah menghubunginya lagi setelah itu? Bukankah ia setidaknya berhak mendapatkan sebuah penjelasan—atau alasan. Chanyeol mungkin akan memaafkan dirinya sendiri jika waktu itu Kyungsoo mengatakan bahwa mereka tidak bisa berhubungan lagi atau ia sudah tidak cinta lagi padanya. Tapi tidak ada apapun yang Kyungsoo berikan padanya untuk merelakan semua yang terjadi. Chanyeol terus berpikir bahwa semua adalah salahnya.

Chanyeol merasa terlalu naif ketika berpikir bahwa seseorang bisa benar-benar tulus mencintainya. Bahkan di sekitarnya pun, orang tua yang wajarnya memberikan kasih sayang pada anaknya, tidak mampu memberikan hal itu pada Chanyeol.

Lalu Chanyeol belajar untuk mengeraskan hatinya. Agar ia tidak mudah lagi dibodohi dengan kata-kata cinta dari orang lain atau perhatian semu yang mereka tunjukkan. Ia masih ingat betul dengan rasa sakitnya dan ia belum siap untuk merasakannya lagi.

Tapi Chanyeol hanyalah manusia biasa, ia mungkin terbiasa untuk melatih dirinya agar tidak tersanjung dengan kata-kata atau perhatian palsu itu. Tapi ketika seseorang terus melakukannya, Chanyeol tidak bisa untuk tidak mempercayainya.

Pemuda itu mungkin tidak akan menunjukkannya, tapi Chanyeol selalu ingin percaya ketika seseorang mendekatinya dan mengucapkan kata-kata cinta atau memberikan perhatian-perhatian padanya, hal itu benar-benar tulus dan bukan permainan belaka.

.

.

.

"Joonmyun..."

"Hm?"

"Bagaimana kau bisa yakin kalau kau tertarik dengan seseorang?"

Joonmyun atau yang biasa dipanggil Suho itu akhirnya menghentikan jemarinya mengetik di laptop. Laki-laki yang usianya tiga tahun di bawah Yifan itu sedang mencocokkan laporan dengan bosnya itu di ruangannya. Ia pikir Yifan sedang fokus dengan pekerjaannya ketika tiba-tiba saja ia mengutarakan pertanyaan absurd itu.

"Wae? Kau menyukai seseorang?" Tanya Suho sambil menunggu bosnya itu memutar tempat duduknya yang sedang ia arahkan ke jendela di belakangnya.

Yifan tidak lekas menjawab. Satu-satunya bagian tubuhnya yang terlihat dari belakang adalah tangan kanannya yang sedang memutar sebatang rokok.

"Apa menurutmu seseorang sepertiku ini masih berhak untuk menyukai orang lain? Bagaimana kalau aku mengacaukannya lagi seperti sebelumnya?" Tanya Yifan sambil menatap langit musim dingin yang masih saja mendung.

"Tentu saja. Semua orang berhak untuk menyukai siapa pun. Kegagalanmu yang kemarin bukan sebuah tolak ukur agar menghalangimu untuk jatuh cinta lagi."

Yifan mendengus tapi ia menghargai jawaban orang yang dipercayainya itu. laki-laki itu memutar tempat duduknya dan menghadap Suho yang sudah melanjutkan kembali pekerjaannya.

"Apa kau mengganggu Chanyeol lagi kemarin? Hari ini dia tidak mau menerima uang lembur." Kata Suho tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptopnya.

Yifan mematikan rokoknya di atas asbak.

TOUGH PILLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang