CURCOL 25

1.1K 30 0
                                    

HAI HAI....

LANGSUNG BACA AJA YUK....

GAK BAKAL BOSEN MINTA VOTE AND COMMENT....

************

CURCOL 25

Aku berjalan menuju kamar Adit berada. Ya, dia memang sudah boleh pindah kamar. Aku menatap pintu kamar Adit yang tertutup rapat didepanku saat ini. Tanganku terangkat ingin membuka kenop pintu itu. Tapi aku tahan. Tanganku kembali keposisinya.

Aku berjalan duduk disalah satu kursi penunggu yang berjejer dilorong ini. Bau rumah sakit tercium jelas dihidungku. Suara berbagai jenis langkah kaki juga terdengar jelas. Ada yang berlari, berjalan, dan ada yang mendekat. Langkah kaki itu berhenti tepat disampingku. Aku mengangkat kepalaku dan mendapatkan Tante Rebecca dengan wajah terkejutnya sambil membawa sekantong makanan.

“Loh? Kenapa diluar aja, Lik? masuk aja. Atau Adit belum bangun? Perasaan Mom pergi tadi dia sudah bangun.”

“Ng? Oh. Bu-bukan, Mom. Aku…. Aku cuma… cuma….”

“Udah ayok!” Tante Rebecca menarik tanganku dan menyeretku masuk ke dalam kamar Adit. Aku melihat Adit yang sedang santai menonton acara  musik di televisi pagi yang hostnya SANGAT HEBOH itu. Adit tertawa ketika mendengar lelucon dari para Host. Muka pucatnya menampakan ketegaran dalam hidupnya. Rambut yang kemaren aku lihat mulai menipis, kini ditutupi sebuah topi beanie  bertuliskan Bad Boy. Badan tegapnya kini sudah mengurus.

“Hai, Ma. Mana buburnya a….” kata – kata Adit berhenti ketika matanya bertemu dengan mataku. “Lika?” gumamnya. Dia terdiam. Aku terdiam. Adit membuang mukanya. Aku menunduk.

“Hem. Mom tau kalau hubungan kalian tidak baik. But, Adit, can you throw away your ego for this time?” kata Tante Rebecca membuat Adit menatapnya bingung. “Lika want to see you. Just that. Gak lebih. Jangan ke-GR-an. Jadi tolong berperilaku sopan.”

But, Ma….”

No but!” bentah tante Rebecca. “Kayanya gak bisa didiemin. Mom harus keluar. Selesaikan masalah kalian. Mom akan tunggu diluar.”

Sepeninggal Tante Rebecca, kami berdua tetap bergeming ditempat masing – masing. Hanya suara TV yang meramaikan kamar ini. Aku berjalan mendekati kantong plastik yang dibawa Tante Rebecca tadi dan mengeluarkan isinya. Sekotak bubur yang masih panas dan terlihat menggiurkan itu aku letakkan keatas meja yang selalu digunakan pasien untuk makan. Aku menata meja itu lalu mendorongnya kekasur Adit. Adit yang sedari tadi menyibukkan dirinya menatap layar TV itu beralih menatapku heran.

“Makan. Nanti makin sakit.” kataku pendek. Adit terus terdiam. “Mau aku suapin?” tanyaku lagi. Dia tetap bergeming. Aku mengambil sesendok bubur dan menyodorkan kedepan mulutnya. DIA TETAP BERGEMING! “Aaaa….” Ujarku. Akhirnya dia membuka mulutnya – untuk berbicara.

“Maafin aku.” Ujarnya lirih. “Aku udah bohongin kamu. Tentang Yuan. Dan tentang perasaan aku. Dan.... Penyakitku.” Dia menunduk. Aku meletakkan sendok yang tadi aku pegang dan menangkup pipinya yang mulai tirus dengan kedua tanganku. Mata kami bertemu.

“Aku ngerti. Aku udah maafin kamu dari dulu. Dan aku udah tau semuanya. Sekarang makan ya.” Aku tidak tau dari mana asal keberanianku ini. Yang jelas, aku menjawabnya tanpa keraguan. Aku segera mengambil sesendok bubur dan memasukkannya kedalam mulut Adit yang sudah terbuka itu.

MISS CURCOL DAPAT JODOHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang