CURCOL 17

1K 34 0
                                    

MINAL AIDIN WAL FAIZIN

MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN

UNTUK SEMUA ORANG MUSLIM YANG MERAYAKANNYA

*NUNGGU AMPLOP DATENG NIH*

HEHEHEHE....

SELAGI NUNGGU, MENDING BACA DULU.

CEKIDOT~

*****************

Kami semua balik ke Jakarta setelah Abi dapat telfon dari sang Mama kalau Jantung Papanya kambuh. Awalnya Abi menolak kami untuk ikut pulang bersamanya ke Jakarta. Alasannya, "Gak enak acara liburan kalian gue rusak." Dan itu gak banget!



Flashback...

Setelah aku dan yang lainnya ngotot untuk pulang bareng Abi, akhirnya Abi mengalah. Dalam waktu 5 jam kami mempersiapkan barang bawaan kami dan langsung berangkat menuju Airport. Untunglah ada pesawat yang akan terbang ke Jakarta setelah dua jam ini. Kami semua menunggu pesawat itu diruang tunggu. Aku, Abi, Garsya, dan Vian terdiam sibuk dengan pikiran kami masing - masing. Sedangkan yang lain asyik dengan pasangan sendiri - sendiri.

Aku berjalan mendekati Abi yang duduk memang sedikit menjauh dari kami. Abi mendongakkan kepalanya dan menatapku nanar. Matanya memerah dan sedikit sembab. Hidungnya juga memerah.

Dia menatapku bingung dan menarik cairan dihidungnya - mungkin ingus - dan menatap kearah kaca besar disampingnya yang menampakkan beberapa pesawat. Walaupun tidak terlalu jelas dari tempat kami berada.

"Gue takut, Lik." kata Abi. Suaranya bergetar. Aku diam dan gak tau mau bilang apa. "Jantung Papa udah parah. Gue takut kehilangan dia." Katanya lagi.

Aku memberanikan diriku dan mengusap punggungnya. Dia masih menatap kosong kearah jendela itu. "Gue belum siap untuk gantiin Papa."

"Sssstttt.... Jangan ngomong kek gitu. Mending lo doain Om Anto biar bisa melawan penyakitnya itu."

"Jauh dari sebelum lo suruh, udah gue lakuin kok." Dia tersenyum padaku. "Thanks." Tambahnya. Ada rasa hangat yang menjalar di seluruh tubuhku. Terutama pipi. Setelah itu dia kembali menatap kearah jendela itu.

Flashback end

Kami sampai di Jakarta sekitar jam 7 malam. Kami semua langsung memesan taksi dan capcus ke rumah sakit.

Sesampainya dirumah sakit, semua mata tertuju pada kami yang datang - datang, lari - larian, dengan muka panik, plus bawa koper masing - masing lagi.

Kami berhenti di depan lift. Menurut informasi Gino, Om Anto di rawat di lantai 4. Dan Liftnya sekarang berada di lantai 24 - kantor CEO dan kepala rumah sakit.

"Sial!" geram Abi frustasi sembari melihat angka yang ada diatas pintu lift masih menunjukkan angka 22.

"Sini gue pegang koper lo. Mending lo liat keadaan Om Anto duluan. Larinya lewat tangga darurat aja." Usulku. Abi langsung setuju dan memberikan kopernya padaku dan langsung pergi menghilang dari kami.

"Kok perasaan gue gak enak sih." Kata Arin memecahkan keheningan. "Semoga Pak Anto baik - baik aja." Tambahnya.

"Amin." Kata kami semua serentak.

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Kami berjalan mengikuti Gina yang katanya disuruh Abi untuk menjemput kami didepan lift.

"Silahkan masuk kakak - kakak semua." Katanya sopan. Kami semua berjalan memasuki kamar VVIP itu satu persatu. Disana sudah ada Abi yang duduk disamping ranjang sang Papa. Tante Fera sedang asyik mengupas buah apple. Sedangkan Gino sedang main PSP-nya. Dan Om Anto sepertinya udah baikan. Melihat Glen meletakkan kopernya disudut ruang kamar rawat, kamipun mengikutinya, meletak koper ditempat yang sama.

MISS CURCOL DAPAT JODOHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang