CURCOLAN 27

1.2K 35 0
                                    

Maaf author baru update sekarang.
Langsung aja yuk wkwkkw.

********

LIKA POV

Aku mengamati seseorang yang sedang terbaring di atas sebuah kasur yang dibentang ditengah rumah ini dengan tatapan kosong. Semua ini terlalu cepat buatku dan terutama, Tante Rebecca.

Flashback

"Adit...." Kata - kataku tercekat dibalik masker yang aku gunakan. Airmata yang sedari tadi ku tahan, akhirnya terjatuh ketika melihat sosok orang yang aku sayangi terbaring lemah - sangat lemah malah - dihadapanku. Adit memubuka matanya perlahan. Matanya menatapku dengan penuh kekecewaan.

"Lik..." balasnya. Dia mengambil nafas untuk memenuhi paru - parunya yang melemah akibat Kanker yang sudah menjalar di tubuhnya. "Aku.... Minta.... Maaf." Katanya terbata - bata.

Aku langsung berjalan mendekatinya. Aku duduk disamping ranjangnya dan meraih tangan Adit yang sudah keriput dan memutih. "Aku selalu maafin kamu." Kataku. Airmataku terjatuh ketika Adit memaksakan seulas senyum untukku. Aku mencium tangannya yang aku genggam.

"Maaf.... Aku gak bisa.... Ngejaga kamu...."

"Sst.... Kamu gak boleh ngomong gitu. Dulu waktu pertama kali kita jadian, kamu selalu berjanji untuk ngejaga aku."

"Kamu.... Harus bisa.... Jaga diri."

"Gak. Aku mau kamu selalu ada buat aku buat ngejagain aku. Terserah kamu mau bilang aku egois. Aku maunya kamu jaga aku. Titik."

"Aku.... Gak bisa.... Jaga.... Kamu.... Karena.... Aku...."

"Kamu kemaren juga sudah janji sama aku, kamu gak bakal pergi!" kataku. Pecahlah tangis ku. Aku melihat tangan Adit yang bebas berusaha untuk meraih mukaku. Tapi terhenti ketika dia merengek kesakitan di kepalanya.

"Aah...." Keluhnya sambil memegangi kepalanya. Aku yang melihat Adit seperti itu langsung panik.

"DOKTER!!!! SUSTER!!!!" Aku berteriak dari dalam kamar sambil terus memenceti Bel urgent yang tertempel didinding. "Adit, kamu yang sabar. Dokter lagi otw sini ya. Kamu harus kuat." Kataku berusaha untuk mengalihkan kesakitan dikepala Adit. Tapi, Adit tidak mengindahkan kata - kataku. Dia malah terus memegangi kepalanya sambil berteriak kencang dan menghentakkan kakinya. Dia meronta - ronta diatas kasur.

Aku sudah tidak kuat melihat Adit seperti ini. Aku terus memenceti Bel Urgent itu sampai akhirnya Tante Rebecca dan pertolongan medis datang.

"ADIT!" Jerit tante Rebecca.

"Kosongkan tempat." Perintah si Dokter.

"Baik!" jawab salah satu suster. "Maaf Mba, pasien harus kami tangani dulu. Mba silahkan tunggu diluar."

"Tapi-" kataku.

"Ini untuk kebaikan pasien." Potong suster itu dan langsung mengantarku dan Tante Rebecca keluar kamar.

Selama beberapa menit aku dan Tante Rebecca menunggu diluar, akhirnya Dokter itu keluar.

"Maaf kami sudah berusaha sebisa kami." Katanya.

Seketika itu juga aku merasa duniaku gelap.

Flashback end

Aku melihat jenazah Adit yang sudah memucat diatas kasur itu. Suara orang mengaji dan tangisanpun berbaur menjadi satu. Aku merangkak mendekati kasur yang hanya setinggi lutut itu. Aku berlutut disamping kasur yang Adit tiduri. Aku menelusuri wajahnya yang sudah memutih itu. Wajah polos yang dulu ada dihidupku, kini akan menghilang selamanya. Aku membuka kain transparan yang menutupi kepala adit sampai dadanya.

MISS CURCOL DAPAT JODOHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang