CURCOL 4

1.5K 42 6
                                    

CURCOL 4

“Lika, bangun, Lik.” Ya aku tau suara ini. Ini suara Kila. Dia menginap dirumahku semalam untuk bercerita, menangis, tertawa sendiri, diam, bermenung, pokoknya semua yang orang galau lakukan. Dan tentang bagaimana Kila bisa memberikan First Kissnya itu pada Radit sungguh tidak disangka.

Saat itu hujan lebat mengguyur ibu kota, Kila dan Radit terjebak disekolah yang sudah sepi karena sudah malam itu. Malam itu Kila menemani Radit yang meninggalkan dompetnya di laci mejanya. Dengan bantuan satpam, mereka dapat masuk kedalam sekolah yang terang dengan lampu. Kila menemani Radit sampai kedalam kelasnya dan duduk dibangku sebelah bangku Radit. Radit duduk di paling pojok kanan kelasnya. Kila tidak tau kenapa dia mau diciumi Radit saat itu. Makanya dia tidak mau memutuskan hubungannya dengan lelaki brengsek itu.

Aku benar – benar kelelahan melihat tingkah temanku yang galau ini. Sampai – sampai aku tertidur dengan sangat pulas seperti sekarang ini.

“Bentar lagi, Kil. Gue masih ngantuk.”

“Ih. Cepetan bangun, nanti orangnya keburu ilang.” Ini nih, kebiasaan Kila kalau sedang menginap dirumahku. Aku tau, rumahku dikawasan Pondok Indah. Tidak salahkan, para penghuni rumah besar itu ganteng dan kinclong? Dari jaman waktu kami masih SMP kelas 2, Kila selalu melirik tetangga laki – laki yang kira – kira berumur lebih tua dari kami sekitar 2 – 3 tahunan. Dari rumah depan, kiri, kanan, sampai blok sebelah juga dia kecengin.

“Gue tau, pasti Mas Fando kan?” tebakku. Terakhir kali Kila kesini, dia ingin melihat tetanggaku yang tepat disebelah rumahku ini. Mas Fando anak fakultas Ekonomi UI. Cakep, tinggi, putih, bersih, pokoknya tipe Kila banget.

“Bukan. Ini yang baru. Ayok bangun.” Kila menarik paksa tanganku. Aku memang terduduk tapi mataku masih kupejamkan. Kurasakan tangan Kila membuka paksa mataku. Aku menepis tangannya.

“Apaan sih, Kil. Lo rempong deh. Gue ngantuk nih.” Aku kembali berbaring.

“Makanya, kalo telfonan sama pacar itu gak usah sampai subuh kali.” Ledek Kila. Ya, gara – gara mendengar cerita galaunya Kila, sampai – sampai Adit mengalah dan menelfonku jam setengah 2. Kami telfonan sampai jam 4 subuh.

“…” tidak ada jawaban dariku.

“Lika. Ini tetangga baru lo yang rumahnya didepan rumah lo.”

“Gemal? Dia kan masih SMP. Pedophil ya lo?”

“Ih, rumah sebelah rumah Gemal.” Aku baru teringat kalau sudah ada Abi di komplek ini. Aku langsung terbangun. Kila menarikku ke balkon kamarku, dia menunjuk seorang pria yang umurnya sebaya kami. Ya, itu Abi.

Abi sedang membeli bubur ayam dorongan Pak Seno. Seperti sadar dilihatin, mata Abi dan aku bertemu. Aku langsung menarik Kila kedalam.

“Itu yang lo bilang ganteng?” gerutuku didalam kamar dan kembali masuk kedalam selimutku.

“Gue gak ada bilang dia ganteng.”

“Trus? Ngapain maksa gue bangun?”

“Dia Cool.”

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>> 

Dia Cool.

Satu kata – kata Kila yang tidak bisa aku lupakan. Abi? Cool? Yang benar saja.

MISS CURCOL DAPAT JODOHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang