Selamat tinggal Nurul Qodim

551 23 3
                                    

Zulla melangkahkan kakinya keluar dari gerbang Nurul Godim, hari ini adalah hari terakhirnya menginjakan kaki di pondok ini. Dengan segala kerendahan hati Zulla memberikan senyumnya pada santriawan dan santriawati yang berbaris disebelah kanan dan kiri jalan yang sedang ia pijaki. Kiyai Ahkam sengaja meminta seluruh santri  berbaris disini untuk mengiringi kepergian Zulla karena menurutnya Nurul Qodim akan ditinggalkan  Santri terbaiknya.

Semua santri menatapnya dengan berbagai ekspresi, ada yang bahagia, ada yang berbisik, dan ada pula yang bersedih,  diantara para santriwati Zulla melihat beberapa sanyriawati yang menangis.

Ia tahu itu adalah barisan adik kelas yang selalu minta diajarkan bahasa Sunda kepadanya.

"Kak Zulla, jangan lupakan kami yaa.. Apapun Alasan kaka dikeluarkan dari sini, kak Zulla tetap kaka kelas terbaik buat kami" ucap salah salah seorang santriwati Junior,  Zulla menghampirinya kemudian menghapus Air mata adik kelasnya itu.  "Jangan Nangis,  suatu saat nanti kita akan bertemu lagi" ucap Zulla menenagkan.

"Lihat deh drama bangett.. Uuhh kesel aku lihatnya"

"Iyaa bener tuh, lagian pak kiyai ngapain sih nyuruh kita baris disini, pasti dia besar kepala dan jadi santri terhormat"  nyinyir santriawati yang berdiri tak jauh dari Zahra, fatiya amel, dinar dan fahira.

Meliahat apa yang dilaukan Zulla pada santri Junior itu. Zulla tak menghiraukannya ia kembali melangkah dan tetap berusahan untuk tersenyum.

setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Dan hari ini aku ucapkan salam perpisahan untuk.kalian semua. Terimakasih kalian sudah menjadi bagian dari hidupku selama ini...
Selamat Tinggal Nurul Qodim.. selamat tinggal pak kiyai.. selamat tinggal fah.. Selamat tinggal din.. Selamat tinggal fa.. Dan selamat tinggal Azmi..
Terimakasih untuk semua kenangan dan luka yang telah kalian goreskan.. Terimakasih atas semua kekecewaan yang mungkin akan sulit kulupakan..

Zulla menghentikan langkahnya pas dimana posisi Azmi dan fatiya berada, ia melirik fatiya yang berbaris bersama santriawati yang lain, disampingya ada fahira dinar, Zahra dan amel. Memory Zulla berputar pada kejadian tadi saat mereka bersaksi dan menyetujui tuduhan yang dilontarkan Zahra atau si Zulaikha kw itu.

Zulla meneteskan air mata saat melihat mereka,  tak kuat lagi menetralisir rasa sakit mengingat perkataan dan kesaksian mereka didepan seluruh para santri, stap, dan para pengajar di Nurul Qodim.

Kesaksian yang membuatnya dibenci hampir seluruh masyarakat Nurul Qodim. Zulla memang sudah memaafkan mereka tetapi sulit rasanya untuk mengiikhlaskannya,  Perbuatan mereka sungguh keterlaluan.

  Seperti ini kah persahabatan yang dibutakan oleh cinta, mereka menutupi semua kebaikan karena hanya satu kesalahan.

Zulla berhenti tepat didepan Azmi, untuk beberapa detik kedua mata mereka saling bertemu, bayangan ketika Zulla menabrak Azmi dan saat Azmi mengambil kertas dibelakang pesantren, terlintas dipikiran mereka masing masing, bayangan ketika mereka berdua dipos ronda  hingga kejadian Azmi bersaksi untuk Zahrapun ikut terlintas dipikiran mereka.

Azmi menundukan pandangannya, ia malu sekigus merasa bersalah telah membuat Zulla dkeluarkan dari sini.
Azmi terus mengutuk dirinya, mungkin dia tidak akan memaafkan Dirinya sendiri setelah ini.
Setetes air mata Azmi membuktikan bahwa dia sangat menyesal. Bahkan teramat sangat menyesali perbuatannya.

"Jangan sakit lagi ya Zu, biar kita bisa hujanan bareng lagi, kalo Allah mengizinkan" ucap Hafidz yang berada disamping Azmi.

"Kak hafidz gak benci saya ?" Tanya Zulla menunjuk dirinya sendiri.
"Ya engga dong Zu, kitakan sekarang sudah berteman, seorang teman tidak akan membenci temannya tanpa alasan yang jelas" jawab hafidz tersenyum.

"Syukur kalo begitu, kirain kak hafidz sudah lupa fungsinya seorang teman" ucap Zulla membuat Azmi mengingat kembali perkataan yang dulu pernah ia ucapkan ketika mereka berdua berada dipos ronda.
"Lalu apa fungsinya seoarng teman jika, aku tidak bisa meringankan beban temannya sendiri". Azmi memngingat perkataanya dulu.

"Zu ayo " ucap Ayah Herman memanggil Zulla.

"Saya permisi ya ka Hafidz, terimakasih perhaian kaka waktu itu" Zulla berpamitan, hafidz mengangguk dan tersenyum sedangkan Azmi masih tetap menunduk tak berani menampakan wajahnya pada Zulla.

Padahal Zulla sangat berharap kata maaf keluar dari mulut Azmi. Meskipun tak akan menyembuhkan luka dihatinya setidaknya itu akan mengurangi rasa sakit hati Zulla terhadapnya.

Hafidz yang memahami perasaan Zulla menyikut tangan Azmi, maksudnya adalah mengingatkan Azmi untuk mengucapkan  kata perpisahan pada Zulla, sebelum dia pergi, dari pada  nantinya Azmi  menyesal karena tidak sempat meminta maaf dan mengutarakan rasa bersalahnya pada Zulla.

"Gus, Ayoo bilang sesuatu" hafidz berbisik pada Azmi.

Azmi mengangkat kepalanya dan kembali melirik Zulla. Batinnya ingin sekali menahan Zulla untuk tidak pergi, ia ingin sekali meminta maaf atas semua kesalahannya, bukan hanya itu Azmi ingin berlutut hingga Zulla memaafkan kebodohannya. Tetapi Azmi tidak seberani Hafidz, dia tak punya keberanian akan hal itu.

Dengan mata berkaca kaca Azmi menatap Zulla sangat dalam, bahkan lebih dalam dari perasaannya pada Zulla.sementara  ia Zulla tak berdaya saat ini, harusnya dia membenci Azmi. tetapi bodohnya dia yang masih berharap Azmi akan meminta maaf padanya.

"Saya gak tau kenapa saya tidak bisa membencimu, padahal kamu telah menggoreskan luka yang begitu dalam dihatiku.. Saya mohon minta maaf lah sekarang, saya akan memaafkanmu saat ini juga" batin Zulla dalam hati.
Tidak ada yang bicara, mereka hanya saling menatap seolah olah mata mereka yang berkomunikasi.

"Aku ingin berlutut dihadapanmu agar kamu bisa memaafkanku, tapi berlutut saja tidak cukup untuk menebus semua kesalahanku, selamat tinggal Zu, meskipun ku tau, aku akan sangat tersiksa atas kepergianmu" ucap Azmi dalam hati, matanya masih melihat Zulla yang menunggu salam perpisahan darinya.

" setidaknya saya sudah memberimu kesempatan untuk meminta maaf, dan saya minta maaf mungkin setelah ini saya akan membencinmu.. Selamat Tinggal Azmi Askandar, saya berharap Allah tidak akan mempertemukan kita lagi" ucap Zulla dalam hati.

"Selamat tinggal Zu, aku akan selalu berdoa agar Allah mempertemukan kita kembali, aku berjanji, aku akan menebus semua kesalahanku padamu"

Zulla melangkahkan kakinya dan pergi dari hadapan Azmi dan hafidz.

"Gak gentleman banget antum gus, ayo kejar dia dan minta maaf, sebelum antum menyesal" ucap hafidz menunjuk Zulla yang baru akan menaiki mobil.

Azmi, menarik nafasnya kemudian pergi meninggalkan kerumunan, ia merasa menjadi lelaki terbodoh didunia. Azmi berlari kecang dan berhenti dibelakang pesantren tempat dulu ia melihat Zulaikha Asyifa untuk yang kedua kalinya.

Azmi menjambak rambutnya dengan kasar,  sehingga peci putih yang ia kenakan jatuh ketanah. Namun Azmi tak menghiraukannya. Azmi berlutut dan mengepalkan kedua tangannya didada, air matanya mengalir membasahi kedua  pipinya. Sakit rasanya, ketika harus menyakiti orang yang kita sayangi. 

Sebelumnya Azmi tidak merasa sesakit ini. Dia mengakui bahwa dirinya adalah lelaki paling bodoh sedunia karena telah menyakiti orang yang sangat ia cintai selama ini.

"Arrghhhh " teriak Azmi menumpahkan kekesalanya. Ia memukul mukul tanah dengan tangan kanannya, hingga  koko putih yang dikenakannya berwarna merah kecoklatan terkena tanah yang ikut menempel dilengan bajunya.

Zulaikha As_SyifaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang