Siapa Zulikha Asy-syifa

707 31 0
                                    


"Kamu saya hukum"

"Maafkan saya ustadz, saya mohon jangan hukum saya"

Zulla memohon, sore ini adalah jadwal kunjungan santri, ayahnya pasti marah jika melihatnya dihukum, apalagi sudah dua tahun ini dia tidak dikunjungi sang ayah, jika nanti sore ayahnya datang ia ingin meluangkan semua waktunya untuk melepas rindu.

"Kamu saya maafkan, tapi saya akan tetap menghukummu" ucap ustadz Azam yang berjarak kurang lebih satu meter dari Zulla.

"Saya mohon ustadz" Zulla memelas, ia menangkupkan kedua tangan didepan mulutnya. Ia memelas. memohon dengan Mata yang berkaca-kaca. Sampai Ustadz Azampun merasa iba, terlebih ia juga mengetahui bahwa gadis itu seperti dibuang ayahnya ke pesantren, semenjak dia dititipkan disini, belum pernah ada satu orangpun yang menjenguknya.

"Baiklah kamu tidak akan saya hukum, tapi dengan satu syarat" ucap ustad Azam.

"Satu syarat?" Zulla mengangkat wajahnya yang sejak tadi menunduk.

"Kamu jawab pertanyaan saya dengan jujur" ucap ustad Azam sedikit menekan.

"Katakan siapa yang sedang kamu pikirkan, siapa lelaki yang berhasil membuatmu lupa diri!?" Lanjutnya.

Zulla bingung harus menjawab apa, waktu kecil mereka memang seperti adik dan kakak tetapi Sekarang dia adalah wali kelas yang sangat ia segani. Toh mereka juga sudah lama tidak bertemu. Enggan rasanya jika Zulla harus menceritakan perasaaannya yang selama ini ia sembunyikan. Ia juga bukan tipe orang yang suka bercerita.

"Kenapa ustad bertanya seperti itu ?" Zulla balik bertanya.

"Itu pertanyaan yang wajar, dulu saya adalah kakakmu dan sekarang saya adalah wali kelasmu, apakah saya salah bertanya seperti itu?" Jawab ustadz Azam, tegas. Zulla hanya diam, ia semakin menundukan kepalanya. Bingung.

"baiklah, saya tidak akan memaksa" ucapnya lagi. Saat melihat Zulla hanya terdiam.

"Azmi ustadz" jawab Zulla cepat. Apaboleh buat, dengan sangat terpaksa ia harus mengatakannya. Zulla tidak suka berbohong apalagi jika tidak mungkin membohongi gurunya.

Ustadz Azam terdiam. Tiba tiba dadanya menjadi sesak, hatinya hancur apakah harapannya sejak kecil tidak akan terwujud. Kenapa kebanyakan manusia hanya melihat cinta dengan kedua mata zahirnya. Kenapa Zulla tidak menggunakan hatinya, Kenapa ia tidak pernah sadar bahwa sejak kecil ustadz Azam sangat mencintainya. Kenapa jika seorang pria dan wanita berteman dan bersama sejak kecil ketika dewasa mereka tidak lebih dari seorang adik dan kakak. Mengapa selalu begitu? Mengapa?.

Ustadz Azam memejamkan matanya kemudian menatap Zulla, sendu. Zulla kembali menundukan pandangannya. Heran, sorot mata yang selalu terlihat berwibawa dan meneduhkan berubah menjadi tatapan yang sangat menyedihkan. Apa sebagai seorang kakak dia merasa kecewa karena yang seharusnya Zulla fokus belajar tetapi ia justru lupa diri karena seorang kelaki.

Beberapa menit berlalu, ustadz Azam masih membisu, Zulla menjadi risih, jika dia seorang kakak kenapa tidak memarahinya saja, kenapa harus sedramatis ini. Berdiri berduaan ditengah lapangan. Dan diam diaman. Zulla tidak menyukai hal ini. Ia harus segera pergi sebelum ada orang yang salah faham.

"Saya permisi masuk kelas ustadz" ucap Zulla memablikan tubuhnya.
Namun ustadz Azam menahan tangannya saat Zulla hendak beranjak dari hadapannya. Zulla melirik tangannya lalu beralih menatap ustadz Azam meminta penjelasan atas apa yang dia lakukan.

"Apa kamu mencintainya?" Ucap ustadz Azam masih dengan tatapan yang sendu. Detik itu juga Zulla memahami bahwa ada yang aneh dengan ustadz Azam. Sekarang ia cukup peka bahwa pria yang sedang memegangi tangannya itu tidak hanya menganggapnya sebagai seorang adik.

"Maaf, saya harus kembali ke kelas ustadz"

Ustadz Azam melepaskan pegangan tangannya, membiarkan Zulla pergi setelah itu ia beristigfar tiga kali memohon ampun atas perbuatannya. Sungguh hina dia ia tak bisa menahan hawa nafsunya. "Ampuni hamba karena tidak bisa menahan diri" ucap ustadz Azam, mengusap wajahnya kasar.

«««Disisi lain Azmi sejak tadi memeprhatikan mereka dari kejauhan. Sungguh kesal. mereka berdua telah melanggar peraturan pesantren, bukannya menegakan peraturan seorang guru justru memacari muridnya sendiri. Dan gadis itu, mulai saat ini ia sangat membencinya. Seorang gadis yang tidak bisa menjaga dirinya, tidak tahu diri, hanya gadis murahan yang membiarkan tangannya disentuh lelaki yang bukan makhromnya. Begitu sumpah serapah Azmi saat melihat Zulla berjalan membelakangi ustadz Azam.

"Sapa tuh?"tanya hafidz yang lagi lagi datang secara tiba tiba.
"Ciee, Zulaikha As-syifa ya?" Tanya hafidz lagi, karena Azmi masih fokus melihat Zulla yang berjalan menuju pintu asrama putri.

"Apaan sih, ngawur kamu" ucap Azmi. Mengalihkan pandangannya pada hafidz.

"Loh kok ane yang ngawur, matamu tuh ngawur, dingawuri Zulaikha As-syifa wkwkw" Hafidz tertawa. Ia melihat punggung Zulla yang sudah memasuki gerbang asrama putri. "Udah, jangan dipandangin terus, nanti dosa" lanjutnya dengan nada mengejek.

"Biar kujelaskan, aku tidak kenal siapa Zulaikha As-syifa dan tidak perduli dengan gadis it--u" ucap Azmi. Tercengang, saat melihat punggung yang hampir sama dengan yang dilihatnya di depan ruang guru tadi.

"Biasa aja natapnya, jangan pake nafsu nanti jatuh cinta " ejek hafidz sambil beranjak meninggalkan Azmi yang masih berharap semoga punggung yang dilihatnya saat ini bukan punggung yang sama dengan gadis menabraknya tadi.

Zulaikha As_SyifaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang