Lembaran Baru

648 35 11
                                    

Gadis berseragam SMA dengan kerudung lebar lengkap dengan tas merah dan sepatu sportnya mulai melangkahkan kakinya menuju gerbang sekolah barunya. Dengan mengucapkan Bissmillah hari ini ia akan menata hidup baru disekolah ini. Melupakan semua masa lalu dan membuat kenangan indah bersama teman-teman baru disini.

Gadis itu adalah Zulla, ini adalah sekolah pilihan ayahnya. Meskipun bukan sekolah yang berbasis islamic tapi Zulla tetap bersyukur ia masih dipertemukan dengan sang ayah dan bisa melanjutkan sekolahnya. Ya meskipun saat ini ia memiliki ibu tiri, ia tidak perduli. Yang penting saat ini tidak sebatangkara. Ia tak ingin mengeluh sebab ia yakin Allah akan memberikan yang terbaik untuknya.

Langkah Zulla terhenti saat tiba-tiba bola basket tergelinding kehadapannya.
"HEY USTADZAH, LEMPAR BOLA NYA KESINI" teriak salah satu pemain basket.
Zulla mengangkat kepalanya yang sejak tadi menunduk. Ia kaget ternyata dirinya berada ditengah lapangan basket. Zulla sangat malu mendapati dirinya sedang menjadi pusat perhatian. Semua siswa yang berada disini menatapnya aneh, melihat seragam sekolah Zulla yang berbeda dari yang mereka pakai. Zulla benar-benar malu dia masih sangat asing disini, satu satunya yang ia pikirkan adalah melarikan diri dari tempat ini. ia menarik nafas perlahan lalu berancang-ancang untuk pergi.

Namun saat ia hendak melangkah, seorang pria yang berteriak tadi menahan tangannya. Zulla melirik pria itu Kemudian berusaha melepaskan tangannya namun pegangan pria itu sangat kuat.
"Lepaskan tangan saya" pinta Zulla, namun pria itu malah memperkuat pegangan tangannya hingga Zulla beberapa kali meringis kesakitan.

"Aww... Tolong lepasin tangan saya" pinta Zulla lagi. Pria itu malah tertawa melihat Zulla keskitan. Zulla kembali menatap pria itu, ia marah. Rasanya ingin mencacimaki bahkan ia mengutuk dirinya sendiri karena telah dua kali gagal menjaga dirinya agar tidak disentuh lelaki yang bukan mahromnya. Zulla terus berusaha agar terlepas dari pria yang menurutnya gila ini.

Semakin ia berusaha melepaskan tangannya semakin pria itu tertawa. Sungguh pria ini benar-benar gila.

"Sakit?" Tanya pria itu dengan wajah dibuat-buat sok kasihan. Zulla tak menjawabnya kali ini ia akan mengeluarkan semua tenaganya agar segera terlepas.

Dan akhirnya Zulla berhasil melepaskannya. "Wow kuat juga lo yah" ucap pria itu. Zulla melangkah mendekati pria itu. matanya menatap dalam sang pria, tak perduli ia menjadi tontonan semua siswa, biasanya ia selalu menghindari kontak mata dengan lawan jenis tetapi kali ini ia tak perduli dengan itu. Ia yakin tatapan ini bukan didasari dengan nafsu tetapi hanya untuk memberinya pelajaran. setelah benar-benar dekat tak ragu Zulla menamparnya dengan sangat kuat.
"Plakkkk" satu tamparan mengenai pipi sang pria. Tak ada respon justru pria itu malah tersenyum. Dasar gila.

Suasana semakin menegang semua penonton melangkah memasuki lapangan basket mengelilingi mereka berdua. Pasalnya ini kejadian langka. Sang pria adalah siswa populer disini, selama ini ia terkenal perusuh dan hobi marah-marah, tidak ada yang berani melawannya. Namun meskipun begitu ia tetap menjadi idola kaum hawa. Karena ketampanan dan prestasi akademik maupun non akademiknya yang sangat bagus.

"Itu balasan karena kamu sudah kurangajar" ucap Zulla. Lalu pergi begitu saja.

Semua mata tertuju pada Zulla yang berjalan menjauh dari pria itu. Tak ada yang bersuara satupun, mereka hanya menatap bahkan mereka yang menghalangi langkah Zulla menyingkir memberi celah untuk gadis itu lewat.

****

"Gila, cewe itu bisa membuat seorang Danis mati kutu" ucap seseorang yang membuka tutup botol air mineral.

"Bener bener hebat tuh cewe" ucap seseorang yang disampingnya. Ia baru saja meneguk air dari botol yang dipegangnya.

"Gue yakin setelah ini dia jadi cewe populer karena nampar lo tadi" ucap pria yang pertama tadi.

Yang diajak ngomong hanya diam. Dia sedang berpikir tentang siapa gadis itu. Berani sekali dia menamparnya didepan umum. Tapi Masa bodo dengan harga dirinya yang ada dibenaknya adalah gantungan kunci yang menggantung pada tas yang dikenakan gadis itu adalah gantungan yang sama dengan miliknya yang diberikan almarhumah ibunya lim tahun yang lalu. Itulah yang memuatnya mati kutu. Bukan karena kasihan atau menyukai gadis itu.

*****

Waktu istirahat telah selesai, semua siswa sudah berada di dalam kelasnya masing-masing. Sekolah ini sangat menjunjung tinggi kedisiplinan sehingga tidak ada satupun siswa yang berani keluar saat jam pelajaran. Anak yang terbilang nakal seperti Danis dan teman-temannyapun tidak pernah bolos ataupun nongkrong dikantin belakang saat jam pelajaran berlangsung. Karena setiap sudut di sekolah ini terpantau oleh sisi tv. Jika ada yang ketahuan bolos di jam pelajaran maka hukumannya membersihkan semua toilet beserta membuat lima karya ilmiah dan itu harus selesai dalam waktu satu minggu jika tidak mereka akan di skors dan jika melanggar lebih dari tiga kali akan dikeluarkan. Itulah kenapa sekolah ini menjadi sekolat terfavorit di Bandung.

****

Skip. Ruang kelas XII Bahasa.

"Selamat pagi Anak anak" sapa kepala sekolah yang didampingi Zulla.

"Selamat pagi pak" jawab seluruh siswa dengan kompak.

"Baiklah anak anak, langsung saja hari ini kalian kedatangan teman baru, pindahan dari jawa timur" ucap kepala sekolah, kemudian melirik Zulla "Zulikha silahkan kamu perkenalkan diri kamu" .

Zulla maju satu langkah, matanya tertuju pada penghuni kursi paling pojok dibelakang. Itu adalah bangku Danis, pria yang lapangan basket tadi.
Kenapa harus sekelas dengannya?

"Zulaikha silahkan perkenalkan diri kamu" ucap kepala sekolah mengingatkan Zulla, yang melirik Danis.

"Oh iyaa pak"

"Assalamualaikum Wr.Wb.. Perkenalkan nama saya Zulaikha Asyifa, kalian bisa panggil saya Zulla.... Saya pindahan dari Purbolinggo Paiton jawa timur" Ucap Zulla melebarkan senyumnya.

"Baiklah anak anak, apakah ada yang ditanyakan pada Zulla" tanya pak kepala sekolah pada murid muridnya.

"Itu mau sekolah atau ceramah??"

"Itu pakaiannya kok gitu, ini sekolah bukan pengajian"

Zulla hanya tersenyum, sepertinya ia tidak perlu menjawab pertanyaannya yang satu itu.

"Sudah ..sudah.. Pertanyaan kamu ngwur, Zulla silahkan kamu duduk dibangku kosong itu" pinta kepala sekolah menunjuk bangku ke pojok belakang, tepatnya disamping Danis. Selama ini ia memang duduk sendirian Bukan karena tidak ada yang mau menemani tetapi dia sendiri yang tidak mau ditemani.

"T-tapi pak " jawab Zulla ragu, jangankan duduk sebangku dengannya sekelas dengannya pun Zulla tidak mau.

"Tapi kenapa ?"

"Saya tidak terbiasa duduk sebangku dengan ikhwan" jawab Zulla, disambut gelak tawa seluruh penghuni kelas.

"Namanya Danis bukan ikhwan, dia murid populer dan pintar, kamu beruntung jika duduk bareng dia" jelas kepala sekolah.

Nampaknya kepala sekolah tidak mengerti apa yang dimaksud Zulla "Tapi ..."

"Tapi apa lagi??, cuman itu bangku yang kosong"

Tidak ada pilihan lain, Zulla harus duduk disamping pria itu. Ia melangkahkan kakinya dan berjalan menuju tempat duduknya.

"Nama gue Danis bukan Ikhwan" ucap Danis setelah Zulla duduk disampingnya. Zulla mengangguk dan tersenyum. Lalu meletakan tasnya dimeja.

"Selamat tinggal masa lalu" ucap Zulla dalam hati. Memainkan gantungan kunci pemberian buk nyai-nya sebelum kepergiannya dari pesatren.

Zulaikha As_SyifaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang