12:12
Tiga orang siswi dan tiga orang siswa itu memasuki kelas dengan santai, murid lainnya melongo melihat keberanian anak anak gila ini.
"Misi Pak..."
"Siang Pak."
"Apa kabar Pak."
Pak Ridwan memandangi punggung yang lewat sambil menunduk itu. Tapi satu orang siswi melewatinya dengan luar biasa santai seperti tidak melihat dirinya yang duduk di kursi guru.
"Habis ngapain aja kalian?" tanya guru itu.
"Habis makan di kantin Pak." Nathan menjawab dengan ceria. Lagian bu Ros kan sudah mengizinkan mereka masa pak Ridwan masih menanya.
"Bapak tau kalian makan, maksud Bapak selain dari itu. Bu Ros permisiin kalian cuma sampe jam 10. Sekarang uda jam dua belas lewat empat belas menit dan bentar lagi bel istirahat ke dua."
"Lah terus kenapa Pak?"
Guru itu menarik napas melihat ekspresi tak berdosa yang di tampilkan enam muridnya ini.
"JADI GAK ADA GUNANYA KALIAN MASUK DI JAM SAYA!"
Semua murid menutup telinga agar tidak mendengar amukan pak Ridwan yang sangat keras bahkan belum memakai toa.
"Yaudah ayo keluar." Deandra berdiri dari kursinya. Pak Ridwan hanya diam.
KRINGGG
"Padahal saya mau keluar tapi udah bel duluan Pak, gimana dong?"
Ridwan memekik marah, tak percaya dengan siswi satu itu. Memilih pergi dari kelas tanpa pamit.
Kalau saja membunuh orang tidak masuk penjara mungkin dia sudah menyiramkan larutan HCL yang terletak dimeja tadi saking geramnnya.
Pak Ridwan sesungguhnya sangat tidak suka dengan murid yang banyak tingkah dan tidak patuh pada guru.Anak anak berkeluaran saat guru itu sudah pergi. Hanya tersisa beberapa murid disana.
Deandra yang sudah duduk merasa kakinya menyenggol sesuatu
Dia mengambil benda itu dengan tangannya tanpa melihat kebawah."ANJING DISINI LO!" ucapnya heboh mendapati payung hitam yang dicari cari sedari tadi sudah di genggamannya.
Angga Cs reflek mengerubungi meja Deandra melihat benda yang menyebabkan mereka harus menderita di pagi hari.
"Dapet darimana lo?"
"Kok bisa disini?"
"Daritadi kita nyariin disini rupanya!"
"Guys buruan balikin sama bu Mega."
Keano tidak mengerti apa apa. Dia menunggu semua teman temannya itu selesai berbicara agar bisa mengutarakan maksudnya.
"Kalian kenapa?"
"Payung ini kenapa ada sama ada sama lo?"
tanya Deandra yangeandra sadar kalau ada orang duduk di sampingnya. Tapi urusan itu nanti dulu, cowok itu tidak menjawab pertanyaannya
"Heh?" tanyanya lagi.
Keano tersadar dari lamunannya.
Ugh memalukan sekali, pikirnya."Semalem kan kamu minjemin payung ini ke Aku. Tadi pas mau balikin kamu gak masuk masuk, jadi aku taro sini dulu."
Keano menjawab dengan rasa gugup yang untungnya bisa dia kendalikan sedikit.
"Dia orang yang lo pinjemin?" Yuna menatap Deandra, gadis itu mengedikkan bahunya.
"Entah, gue lupa."
Keano menjadi sedih mendengar ucapan itu
"Udah nanti aja deh ceritanya. Sekarang kita harus cari bu Mega dan balikin benda pusakanya ini." Nathan mengingatkan mereka. Semuanya setuju kecuali Keano yang kebingungan belum mengerti apa yang terjadi.
"Biar gue aja yang balikin. Gue gak mau dia ngira gue gak bertanggung jawab." kata Deandra mantap.
Menurur Deandra, semua orang harus punya rasa tanggung jawab.Harus.Cewek itu berjalan meninggalkan teman temannya yang tidak menghalangi dirinya mencari keberadaan guru yang bergelar Valak itu.
"Cape cape kita keliling sekolah taunya di bawah meja lo." Angga berujar lesu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
..
Segini dulu, oke.
Makin gaje kan?iya.🙃
KAMU SEDANG MEMBACA
DEANDRA
Ficção Adolescente"Mungkin Aku bisa hidup tanpamu, tapi Aku tak akan mati sebelum mendapatkanmu." Itulah kalimat Deandra yang di ingat oleh Keano. Kalimat yang membuatnya percaya kalau hatinya berlabuh di dermaga yang tepat. Sampai di suatu saat, akhirnya Keano merag...