Deandra tersenyum bangga menghadap bu Mega sementara guru wanita itu hanya merespon datar meski di dalam hati dia sangat senang karena payungnya sudah kembali.
"Nih payungnya Bu."
Bu Mega mengambil payung yang diserahkan Deandra padanya dan memutar tubuhnya kembali ke dalam kantor guru.
"Makasih ya bu,"
" iya sama sama." sindir Deandra yang di dengar oleh bu Mega.
Guru itu menghentikan langkahnya dan melihat Deandra kembali.
"Jangan harap saya bakal ngucapin terimakasih sama kamu."
"Enggak saya gak berharap." jawab Deandra cepat.
"Saya masih kesal sama kamu Deandra. Ini payung pemberian suami saya sejak kami belum menikah hingga dia meninggal. Kalau sampai payung ini hilang sama aja menghilangkan kenangan saya bersama suami saya."
Deandra terdiam seperti terhipnotis untuk mendengarkan Mega,
"Kali ini saya maafkan tapi lain kali jangan kamu ulangi. Setiap manusia punya kenangan, orang lain tidak tau dimana tersimpan kenangan kenangan itu. Jadi jangan pernah berusaha merusak kenangan orang lain Deandra."
Deandra ingin protes perkataan Mega yang terakhir, ia sama sekali tidak bermaksud merusak kenangan atau apalah tadi itu yang dikatakan bu Mega. Tapi Deandra memilih bungkam, mungkin gurunya itu masih emosi karena teringat Almarhum suaminya.
"Sudahlah. Kamu bisa kembali."
Deandra menganggukkan kepalanya dan berjalan ke kelas. Dia masih kenyang jadi tidak perlu ke kantin.
"Gimana?" tanya Chika mewakili teman temannya yang penasaran.
Deandra mendudukkan dirinya di meja,
"Lancar.""Syukur deh."
"Kita haus nih mau ke kantin lo ikut?" tawar Yuna.
"Enggak, gue ngantuk."
"Oke."
Mereka memutuskan pergi ke kantin tanpa Deandra.
Cewek itu menyenderkan kepalanya di meja dan mulai terpejam.
Dia memikirkan perkataan gurunya tadi."Sshh apaan sih bu Mega!" Deandra berucap pada dirinya sendiri dan rasa bersalah sedikit timbul dipikrannya,
"mana gue tau itu payung segitu pentingnya sama dia."
"Deandra?"
Keano terkikik pelan melihat Deandra yang terkejut. Keano pikir cewek itu sudah tidur.
"Apa sih?" tanya Deandra jutek.
Keano yang ditanya begitu bingung, dia juga gak tau tadi kenapa manggil Deandra.
"A-anu itu-"
"Anunya siapa?"
"Ehm makasih buat payungnya." Keano menggigit bibirnya. Kenapa dia tiba tiba kaku begini.
"Hm." gumam Deandra kembali tidur. Sejujurnya dia tidak mendengar apa yang diucapkan cowok itu.
Mendengar decitan kursi yang bergeser Deandra membuka matanya.
"Lo mau ngapain?" Deandra menatap wajah yang masih asing itu,
"Mau duduk." Keano menjawab dengan ekspresi heran. Padahal mereka sudah sebangku dari semalam kenapa Deandra masih bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEANDRA
Teen Fiction"Mungkin Aku bisa hidup tanpamu, tapi Aku tak akan mati sebelum mendapatkanmu." Itulah kalimat Deandra yang di ingat oleh Keano. Kalimat yang membuatnya percaya kalau hatinya berlabuh di dermaga yang tepat. Sampai di suatu saat, akhirnya Keano merag...