-4-

3.2K 283 12
                                    

Lisa Pov.

"Jennie, darimana saja?" tanyaku pada Jennie yang baru terlihat.

Padahal Jennie hanya pergi ke ruang guru untuk menyelesaikan beberapa urusan admin nya. Dan Jennie jelas-jelas memberitahuku sebelumnya, tetapi aku masih tetap saja ingin bertanya, karena aku mulai tak suka jika ia tak berada di dekatku.
Haha Lisa, lihatlah betapa bodohnya kau ini, kau selalu merindukannya padahal ia selalu berada di dekatmu, kau bersikap seolah Jennie adalah kekasihmu, yang benar saja!

Tak terasa sudah 1 bulan Jennie berada disini, selalu menjadi alasanku bangun pagi, dan bahkan kegiatanku menunggunya didepan rumahnya setiap pagi sudah menjadi rutinitasku sekarang.
Melihatnya sepanjang pelajaran pun sudah menjadi rutinitasku.
Tak apalah aku tak mengerti apa yang guru sampaikan, apapun rasanya tak lagi aku perdulikan jika sudah menyangkut Jennie. Hanya dengan melihatnya saja, aku sudah sangat bahagia, lalu apa lagi yang aku butuhkan?

Cukup lama aku larut dalam lamunanku, menatapnya, dan menggariskan senyum di bibirku yang refleks saja terbentuk jika Jennie ada di hadapanku.

"Lisa bodoh" ucap Jennie dengan sedikit tertawa dan duduk tepat di depanku

"apa-apaan ucapanmu itu. Kau mengatai orang yang sedari tadi menunggumu. Sungguh tidak sopan" jawabku kesal

"kau tahu, aku hanya ke ruang guru tidak lebih dari 10 menit. Lalu ada apa dengan pertanyaan 'darimana saja' yang kau ucapkan tadi? Seperti aku sudah meninggalkanmu setahun saja" jawab Jennie masih tertawa kecil

"hey! Kau mencuri habis waktuku! Rasanya sudah tak ada gunanya lagi aku, jika tanpamu. Walau sebentar, tapi tetap saja aku tidak bisa"

Jennie tersenyum dan menatapku, entah kenapa senyumnya kali ini mengisyaratkan bahwa ia adalah miliku. Melalui tatapannya, seolah ia ingin mengatakan bahwa ia pun tak ingin jauh dariku.
Melalui tatapannya, aku kembali terjatuh kedalam perasaan yang semakin dalam.
Melalui tatapannya membuat aku tak pernah berhenti bersyukur, karena Tuhan telah memberikannya khusus untuku. Tak perduli jika ia merasakan hal yang sama atau tidak, sungguh aku tidak perduli! Aku hanya ingin dia tetap berada disisiku.

"Jenn, kau mau ikut denganku?" tanyaku kepadanya

"kemana Lisa?" jawabnya begitu lembut. Kenapa aku selalu saja terhanyut setiap kali ia menyebutkan namaku.

"kerumah Yu Bi, aku ingin mengajakmu ketempat dimana aku banyak menghabiskan waktuku dulu, sudah pasti sebelum aku mengenalmu. Ketika waktuku masih menjadi miliku" aku terkekeh menggodanya

"sepertinya mau tidak mau, aku harus ikut. Seperti katamu, waktumu sudah menjadi miliku bukan? Berusahalah mendapatakannya kembali Lisa, agar aku tak perlu repot-repot seperti ini" Jawab jennie dengan tawa kecilnya itu

"dasar lemah! Kau kerepotan? Aku saja tidak pernah merasa repot, meski kini aku memiliki waktumu"

"maksudmu?"

"waktumu juga sudah berhasil ku curi kan Jenn? berhentilah bersikap polos seperti anak bayi" aku terkekeh dan menggenggam tangannya menuju ke luar kelas

"kau terlihat begitu bersemangat Lisa, sepertinya kau sudah lama tidak pernah mengunjungi tempat itu" ujar Jennie yang tangannya masih berada di genggamanku

"aku pergi kesana hanya ketika aku ingin memiliki teman untuk berbicara. Bukankah sekarang kau selalu menemani aku berbicara hingga larut?"

Jennie hanya tersenyum seperti meng-iyakan perkataannku. Aku dan Jennie berbicara melalui telfon setiap hari hingga larut, sering sekali ia meninggalkanku tidur ketika aku sedang berbicara, tetapi tidak denganku, bagaimana bisa aku tertidur jika seseorang seperti Jennie yang tengah berbicara? Rasanya aku ingin terus memaksakan mataku untuk terbuka hanya untuk mendengarkannya lebih lama.

My first and lastWhere stories live. Discover now