Jennie Pov
Sudah hampir satu jam aku menunggu Lisa, tapi kekasihku itu tak kunjung tiba.
Aku sempat menelfonnya tetapi tak ada jawaban, ku fikir mungkin Lisa sedang dalam perjalanan, aku tak ingin membuatnya kehilangan fokus.
Jadi aku memutuskan untuk menunggunya saja.Senyumku terus mengembang mengingat malam ini adalah malam pertama aku dan Lisa akan menghabiskan waktu diluar bersama.
Tak terhitung berapa kali aku mencoba merapikan rambut dan sedikit menata kembali dandanan ku sambil menunggu Lisa.
Kaki ku yang mulai pegal, membawaku duduk di kursi depan rumahku, sambil menatap ke arah pagar."mungkin gadis itu tak akan datang" ujar kakak ku Jisoo yang tiba-tiba saja berada di ambang pintu
Aku sontak menoleh ke arah kakak ku
"ahh unnie, kau membuatku terkejut""Lisa pasti datang unnie" sambungku
"kau masuk saja, diluar sangat dingin. Mungkin saja dia ada urusan mendadak dan tak jadi menjemputmu"
"setidaknya dia akan memberiku kabar jika memang itu terjadi" jawabku pelan
Unnie beranjak mendekatiku, duduk dikursi tepat disampingku
"sudah seberapa jauh hubunganmu dengannya Jenn?"
Aku menoleh ke arah unnie, terlihat unnie menatapku tajam.
Aku tak menyangka akan mendapatkan pertanyaan itu darinya"a-aku ahh dia hanya temanku unnie. Kenapa kau mendadak menanyakan itu?" jawabku dengan berusaha menunjukan senyum polos ku padanya
"kau terlalu keras berusaha, meskipun kau tahu, kau tak pernah bisa merahasiakan apapun dariku" unnie membuang pandangannya dariku
"maafkan aku unnie.. Aku sama sekali tak mengerti. Semuanya berjalan begitu saja" jawabku di iringi kepalaku yang semakin menunduk
"apa gadis itu tahu tentang Mino?"
Aku menggeleng, tetap dengan kepalaku yang masih menunduk.
"tidak unnie. Lisa sama sekali tidak tahu tentang Mino"
"cepat atau lambat kau harus memberitahunya Jen. Tidak kah menurutmu gadis itu memiliki rasa sayang yang teramat besar untukmu? Aku dapat melihat dari matanya"
Unnie berdiri dan berjalan ke arahku, merangkulku dan menenggelamkan wajahku pada tubuhnya.
Aku memeluknya erat, entah kenapa air mata tiba-tiba saja jatuh membasahi pipiku.
Unnie benar, semua yang unnie katakan benar.Belum habis rasa sesak di dadaku, aku terus menerus menangis dalam pelukan unnie. Menyalahkan diriku sendiri atas apa yang sudah terjadi.
Mataku seketika terpejam karena sorot lampu mobil yang mulai memasuki halaman rumahku.Aku melepaskan pelukanku, dan menegakan kembali badanku untuk melihat siapa yang datang.
Sambil mengusap air mata, aku berdiri dan menatap lekat ke arah mobil yang kini sudah terparkir di depan rumahku."selamat malam" ujar seseorang setelah turun dan menutup kembali pintu mobilnya
"Mino?" aku sedikit terkejut mendapati Mino berada di hadapanku sekarang
"kau kenapa?" tanya Mino dengan mengusapkan tangannya ke pipiku
"a-aku baik-baik saja. Ada apa? Kenapa datang semalam ini?"
"aku hanya merindukanmu, apa kau tak rindu padaku?" kedua tangan Mino kini telah menangkup wajahku
Aku hanya tersenyum menatapnya, tanpa mencoba melakukan pergerakan untuk menepis tangannya.
Bagaimana pun, meski aku tak begitu suka dengan apa yang ia lakukan padaku sekarang, aku tak dapat menolaknya, aku memiliki alasan.
YOU ARE READING
My first and last
RomansaDia bahkan tak menyadari, betapa berharganya ia untuk ku. -Lisa