-10-

2.1K 213 48
                                    

Lisa Pov

Aku membuka mataku perlahan, jelas sekali perih di beberapa bagian wajahku.
Sedikit meringis, namun akhirnya aku berhasil membuka kedua mataku dengan sempurna.

Keadaan sekelilingku masih terlihat buram, untuk sesaat aku hanya bisa menatap kosong langit kamarku.
Sesaat kemudian aku kembali mengingat kejadian malam itu, yang membuatku berakhir dengan terkulai lemas disini.

"astaga, Jennie" aku bergumam pada diriku sendiri.

Mungkin saja ia menungguku, kenapa aku bisa tertidur selama ini tanpa memberinya kabar.
Dengan cepat ku lemparkan pandanganku mencari handphone untuk menghubunginya.

Betapa terkejutnya aku, ketika ku sakiskan kekasihku itu tengah terduduk di lantai tepat di samping ranjang tempat tidurku, dan ia sedang tertidur dengan kedua tangan yang memeluk kedua kakinya, dan menenenggelamkan wajahnya diantara tangannya itu.

Aku bergegas menggerakan tubuhku untuk bangkit.

"ahhhss" aku sedikit meringis merasakan betapa sakitnya seluruh bagian tubuhku ini, rasanya seperti remuk di beberapa bagian.

Aku turun dari ranjang tempat tidurku, berjongkok di hadapan kekasihku itu, lalu ku elus rambutnya perlahan
"sayang?"

Ia menggerakan tubuhnya perlahan, mengangkat wajahnya, memandangku.
Aku beralih mengusap pipinya lembut

"apa yang kau lakukan disini? Kenapa harus tidur dilantai sedingin ini? Sejak kapan k.."

Jennie memotong ucapanku
"Lisa, ada apa? Apa yang terjadi padamu?"

Jennie mengelus wajahku dengan hati-hati, sudut matanya mulai ber-air.

"kau tahu, aku sangat takut Lisa. Melihatmu seperti ini, benar-benar melukaiku" air mata mulai menghiasi wajah manis itu, sedikit demi sedikit tangis itu mulai berubah menjadi isakan yang cukup kencang

"maafkan aku Lisa, bukan aku yang berada disisimu ketika kau membutuhkanku. Seharusnya aku yang memelukmu lebih dulu, seharusnya aku yang berada disampingmu lebih dulu, seharusnya aku.. Seharusnya aku Lisa" Jennie memeluku erat, menenggelamkan wajahnya didadaku, tangisnya kian kencang, dan itu sungguh menyakiti hatiku.

"sayang, gwenchana. Dengan melihatmu sekarang saja aku sudah sangat senang. Maafkan aku tak bisa menepati janjiku, aku berusaha menghubungimu malam itu, namun sulit sekali rasanya untuk ku gerakan tubuhku sendiri. Sampai akhirnya handphone ku berbunyi, dan aku dapat meraihnya walau sulit, Chaeng yang menelfonku, dan aku meminta bantuannya" aku mencoba menjelaskan dengan perlahan pada Jennie, sambil ku usap bagian belakang punggungnya

"berjanjilah padaku jangan lagi terluka" Jennie terisak mengatakan itu, dia semakin memeluku erat

"arasoo.. Siap laksanakan perintahmu sayang" aku melepaskan pelukannya dariku, memberi jarak antara aku dan dia.

Dengan mata yang sembab, dan hidung yang memerah, ia menatapku masih dengan sedikit ter-isak.

"kau pasti belum makan sayang, aku yakin. Tunggu disini, aku akan membuatkan sesuatu untukmu" aku beranjak berdiri, setelah mengelus lembut pipi chubby nya itu.

Jennie menarik tanganku, ia menggelengkan kepalanya sambil menatapku.

"kau fikir kau dapat membuatkan ku sesuatu dengan tubuhmu yang seperti itu Lisa? Aku yang akan membuatnya"

Aku tersenyum ke arahnya, kemudian aku menepuk-nepuk punggungku pelan.

"baiklah, ayo naik sayang. Aku akan menggendongmu" ujarku padanya

My first and lastWhere stories live. Discover now