Begin

937 81 27
                                    

Suasana kelas menjadi hening setelah guru di depan memukulkan penggaris kayunya pada meja dengan keras. Beberapa siswa terlihat terkejut, akan tetapi sedetik kemudian mereka langsung mengunci mulutnya rapat-rapat, tahu bahwa guru di depan sedang marah besar pada mereka.

"Ibu hanya bertanya pendapat kalian, bagaimana jika Lee Taeyong yang menjadi ketua kelas. Kenapa kalian malah ramai sendiri?" tanyanya setengah berteriak pada sela-sela meraup napas. Ia lelah berteriak, menenangkan berisiknya anak kelas 4 SD yang sebagian berteriak menolak, sementara yang lain berbicara bersama teman sebangku keras-keras.

Salah seorang anak laki-laki mendadak mengangkat tangan kurusnya. Ia berujar dengan suara khas anak kecil, sambil berteriak karena jauhnya jarak antara dirinya dan Guru Jung di depan, "Seonsaengnim, masa anak yang suka bolos jadi ketua kelas?"

Seketika dahi wanita separuh baya tersebut turun, menambah jelasnya kerutan pada wajah tuanya. "Choi Youngtae, sejak kapan Taeyong membolos?" Benar-benar tidak dapat dipercaya, pikir Guru Jung. Selama ini kehadiran anak itu di daftar absen selalu lengkap, ia juga sering masuk ke kelasnya walau hanya menatap papan tulis dengan pandangan kosong. Hal itu terus berlangsung dari kelas 1 sampai saat ini.

Guru Jung pikir, dengan postur tubuh seperti Lee Taeyong setidaknya dapat mengatur teman-temannya. Anak itu dapat dipercaya, tentunya. Sampul visual pada anak pendiam itu begitu terlihat bagaikan ketua kelas, karena itu ia memilih dengan pasti - Lee Taeyong menjadi ketua kelas untuk tahun pelajaran kali ini.

Lantas ketika mendapatkan pernyataan yang tidak diduga seperti ini dari Youngtae, membuatnya terkejut. Kenyataan yang ia duga ternyata berbanding terbalik.

Sementara anak yang tengah dibahas kali ini hanya menatap jendela di sampingnya, ia tidak peduli apakah akan menjadi ketua kelas atau tidak. Pandangannya kembali kosong, menerawang jauh pada langit biru yang penuh dengan awan putih melayang-layang. Lelaki dengan pipi gembul dan kacamata bulat itu lantas tersenyum, hampir menepukkan kedua tangannya jika saja tidak ingat bahwa ia ada di dalam kelas.

Guru Jung mengalihkan pandangannya pada sosok Lee Taeyong di bangku paling pojok, benarkah kebenarannya itu? Rasa-rasanya ia menjadi ragu mendengar pernyataan tadi. Pantas saja mereka menolak dengan keras terhadap usulannya.

"Lalu kenapa absensi Lee Taeyong selalu terisi?" Kini ia kembali pada anak kurus di belakang sana, Choi Youngtae. Lama tidak mendapat jawaban, akhirnya ia kembali mengulang pertanyaan yang sama pada gadis berkucir dua di barisan bangku paling depan. Si sekretaris, Kang Seulrin.

Gadis kecil tersebut melebarkan mata sipitnya saat menyadari bahwa kini ia yang diinterogasi. Ia tahu bahwa Guru Jung akan menyalahkan dirinya atas kekeliruan yang dilakukan dengan sengaja.

Gawat, gawat, gawat.

"A-anu, bu guru ...," ia tergagap begitu saja. Tangannya bergetar cepat, sementara keringat dingin sudah membasahi kerah seragamnya. Sontak ia menggenggam tangan teman sebangkunya, Kim Jennie - berusaha meminta pertolongan untuk menjelaskan sebab selama ini ia dan Jennie menjadi korban dari ancaman Lee Taeyong.

Jennie mengangguk paham setelah merasakan dinginnya tangan Seulrin. Ia kemudian menjelaskan dengan singkat setelah mengumpulkan keberanian dengan susah payah, "Taeyong mengancam kami, kalau absennya tidak diisi nanti Seulrin dipukuli."

Kembali guru tersebut mengerutkan keningnya lagi sampai alisnya hampir menyatu. "Tapi Taeyong 'kan selalu hadir di kelas ibu."

"Taeyong cuma datang kalau ibu mengajar. Di pelajaran lain, dia tidak ada. Lalu kami dipaksa bilang ke guru lain, kalau Taeyong ijin ini itu," ujarnya lagi. Jennie ingin sekali menoleh ke belakang, melihat bagaimana respon dari anak laki-laki gembul itu setelah akhirnya anak yang diancam selama ini bisa mengungkapkan kebenarannya.

Tapi sayangnya, anak yang dimaksud tidak peduli. Ia masih saja melempar pandangannya pada pemandangan di luar kelas. Terserah saja hasilnya nanti.

Lee Taeyong, si anak pembolos. Dengan tubuh gembul dan kacamata bulat, bena r-benar kenyataan yang tidak terduga. Tampilan culun dan suka membolos? Dan suka membolos tapi nilainya sering sempurna? Jenis anak macam apa ini?

Guru Jung mengusap wajahnya kasar. Oh, astaga. Hatinya tertohok terus-menerus hari ini. Rencananya untuk menyerahkan tanggung jawab kepada Taeyong hancur sudah. Jadi, siapa sekarang yang ingin menggantikannya menjadi ketua kelas?

"Lalu siapa sekarang ketua kelasnya?" ia kembali berujar, kini dengan intonasi nada yang agak tenang tapi sorotnya begitu kecewa.

Suasana kelas menjadi hening, lagi. Mereka ikut bingung memikirkan siapa yang ingin memikul tanggung jawab besar itu? Kim Seunggi, laki-laki yang sudah menjabat sebagai ketua kelas selama tiga kali tersebut pastinya juga tidak mau. Yang lain pun enggan, jadi ketua kelas itu ribet dan berat.

Taeyong tiba-tiba mengangkat tangannya dari pojok sana, yang rupanya telah mengalihkan pandangan dari jendela kelas. Guru Jung melirik lewat sudut matanya, memastikan bahwa anak itu benar-benar menarik atensi dengan tangan yang naik untuk pertama kalinya, selama ia mengajar di kelas Taeyong.

"Ya, Lee Taeyong?"

Anak laki-laki itu lalu membuka mulutnya dan mengucapkan kalimat dengan panjang, pertama kalinya selama Guru Jung mengajar di kelas Taeyong. "Ibu guru hijau, Kim Jennie saja yang jadi ketua kelas!"

Sontak meledaklah tawa murid satu kelas secara bersamaan, kecuali gadis yang disebut Taeyong tentunya. Jennie melongo hebat, sampai ia menoleh cepat pada sosok yang masih mengangkat tangannya itu.

Melihat orang yang ia sebut tadi melemparkan tatapan tajam padanya, Taeyong lantas membalas dengan senyuman. Senyuman yang sudah sering ia tunjukkan pada Jennie selama ini.

"Iya, bu! Biar Jennie saja!" Dengan bersamaan semua murid dalam kelas 4-1 menyetujui usulan tak terduga dari Taeyong. Semakin membuat Jennie pusing saja rasanya. Ia jadi ingin melempar apapun pada anak laki-laki yang menatapnya polos bagai tak berdosa. Tapi Jennie tahu, bahwa ia akan mendapatkan sesuatu yang bahaya jika berani menyakiti Sang Raja.

Cih, Sang Raja.








TBC

Oh, Hi guys!
Aku membawa cerita baru, request dari seseorang yang ingin membaca ff JenYong. Dan, inilah akhirnya ^^

Hope you like it ^^

16 Desember 2018

ColourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang