21

127 10 0
                                    

Jennie mematut dirinya tepat di depan cermin sepanjang tubuhnya. Mencoba bermacam gaya rambut yang mungkin cocok dipakai saat musim semi mendatang. Kendati masih lama – bahkan musim dingin belum bermula – tapi Jennie sungguh suka mengatur mahkotanya dengan bentuk keren dan membuat wajahnya terasa seperti idol aliran girl crush.

Lagi ia menari sambil bernyanyi, menirukan bagaimana artis-artis tampil di atas panggung. Semenjak kecil, Jennie suka melihat penampilan mereka. Berkali-kali dirinya berkata pada sang ibu untuk merestui niat menjadi trainee di salah satu agensi terbesar. Jelas, jawabannya tidak.

Awalnya Jennie kecil tidak paham kenapa. Beraneka nasehat dan kalimat dari ibunya dianggap angin lalu, hingga rasanya seperti omong kosong. Tidak menjamin, banyak rintangan, susah, capek. Dia sangsi, sebab melihat wajah-wajah mereka di balik layar kaca tidak begitu. Semuanya baik-baik saja.

Pun kini ia tahu kenapa. Jennie kecil telah ditipu oleh penari dengan topeng mengagumkan. Tiada lagi kata sangsi, bahkan setelah menyadari semua ini, mengenai isi wajah mereka setelah penutup wajahnya dilepas. Pasti menderita, terlebih saat artikel-artikel idol didiagnosa penyakit fisik juga mental bertebaran.

Impiannya pupus, tapi hobinya tidak. Lagipula menghibur diri dengan menari dan bernyanyi lebih disarankan daripada berdiam diri di atas kasur, bukan? Setidaknya itu yang Jennie pernah baca dengan judulnya cara pelepasan emosi terbaik.

Hanya saja, lagi-lagi ia sangsi. Isi artikel itu baru saja diruntuhkan dengan pikiran serba ingin tahunya.

Katanya menyanyi bisa melampiaskan emosi, tapi idol grup yang sakit itu juga suka menyanyi juga menari.

Jennie berhenti berhenti menggerakkan tangan, juga suara yang dilepas ke udara. Mata itu menatap lekat wajah di dalam cermin dengan keadaan menyedihkan; kantung mata menghitam, muka kusam, mata sayu mengerikan. Ah, ia kurang tidur.

Akan tetapi dengar apa yang baru saja dia temukan, lagi. Ingatannya berjalan mundur kala teringat kata ‘menyedihkan’ tersebut. Kehidupannya lebih buruk dari dugaan kurang tidur. Penyebab kurang tidur itulah yang perlu difokuskan.

Kenapa juga aku justru terlihat menyedihkan seperti ini?

Memori membawa pulang menuju gudang segala kesedihan yang dialami selama ini. Tentang rasa sungkan saat tidak mengucapkan terima kasih, tentang tatapan iri yang diberikan temannya, tentang sikap heroiknya saat melaporkan ada teman sekelas berlaku curang atau kurang ajar. Oh, ya. Juga tentang kejadian yang menimpanya akhir-akhir ini.

Kenapa semua orang bersikap seperti aku yang salah?

Jennie yakin kalau dia tidak salah. Jennie yakin kalau orang lain hanya salah paham. Jennie juga yakin kalau mereka hanya iri dengan apa yang dipunyainya.

Bukankah ada kalimat ‘iri berarti kalah’? Bukankah ada kalimat ‘diam itu emas’? Bukankah ada kalimat ‘malu bertanya sesat di jalan’?

Kendati demikian, ia justru menemukan hal menarik di balik pertanyaannya saat ini. Di mana kesadarannya bekerja dengan baik dan justru menohok hati.

Aku labil, ya?

***

“Hey, kalian tidak ada yang ingin belajar bersamaku?”

Menjelang ujian tentu membuat Jisoo berusaha mencari teman untuk belajar bersama. Di mana kita dapat bertukar pikiran, berdiskusi tentang hal yang tidak dimengerti, atau bisa jadi sebagai motivasi agar lebih rajin.

ColourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang