"Jadi dia itu teman masa kecil yang kembali bertemu saat kuliah?" ulang Jisoo yang tengah mencoba meluruskan segalanya, setelah mendengar penjabaran cerita dari Jennie tiga puluh menit yang lalu.
Orang yang diajak bicara hanya menggeleng kecil, ia mengusap surai hitam legamnya. Lantas diikuti pergerakan membenahi selimut tebal melingkar pada tubuh lemas Jennie. "Tidak sesederhana itu."
Jennie membebaskan salah satu kaki yang sempat tertekuk beberapa saat dan telah mulai menujukkan rasa kebas, lalu kembali duduk bersila kala dirasa dingin menusuk tulangnya. Ia terus menggigil kedinginan, sekalipun obat penurun demam ia minum tadi pagi.
Dengan jelas Jisoo dapat melihat bagaimana menyiksanya tubuh Jennie yang tengah dilanda demam saat ini, demam musim panas mungkin. Karena entah kenapa tiba-tiba temannya tersebut pingsan tepat kala kakinya melangkah menuju aula kampus. Lantas salah seorang lelaki pemilik wajah Jepang nan satu jurusan dengannya–yang Jisoo baru ketahui dia adalah Nakamoto Yuta, dan kebetulan waktu itu ia berada di belakang mereka–membawa tubuh Jennie segera menuju bangku panjang terdekat.
Beruntung Jennie hanya kehilangan kesadaran beberapa menit, mungkin 2 menit? Hingga masalah tidak lebih panjang–sebab Jisoo mendengar desisan banyak orang untuk membawa si gadis pingsan ini ke rumah sakit. Jisoo yakin jika temannya hanya kelelahan, tidak sebesar pun seheboh itu pula masalahnya.
Setelah menghabiskan sekitar 15 menit bersama lemparan pertanyaan dari orang-orang yang mengelilingi, Jennie mendadak saja menarik lengan Jisoo mendekat, serta merta membuat gadis ayu tersebut dapat merasakan panasnya telapak tangan menjalar pada permukaan kulit Jisoo. Sejak itu ia menyadari bahwa temannya tengah sakit demam.
Lantas didengarnya bisikan lemah dari Jennie, mengajak pergi secepatnya dari sini. Sejemang Jisoo ragu, bagaimanapun juga upacara penerimaan mahasiswa baru saja selesai dan setidaknya ia harus menemui orang tuanya barang sebentar saja. Namun, tatkala netranya menatap pada sekeliling, di mana justru banyak sekali orang semakin berdatangan menawarkan air mineral pun secuil roti untuk Jennie–dan ia juga sempat luluh akan kata-kata Yuta untuk menuruti permintaan Jennie–akhirnya dengan berat hati ia menemani Jennie pulang.
Okay, mungkin orang tuanya akan memaafkan kelakuan kurang ajarnya kali ini. Kendati demikian, Jisoo juga masih takut jika ayah akan marah sebab pergi tanpa berpamitan pun tanpa perpisahan.
Kembali pada kesadaran awalnya, Jisoo menghela napas panjangnya kemudian meraih segelas teh hangat di sisinya. Mengulurkan tangan, memberikan gelas itu ke pada Jennie sambil harap-harap hati orang yang dimaksud menerima maksud baik hati yang sempat ditolak tadi. Jennie memang berkata tidak menyukai air yang hangat, pun tidak pada kopi dan coklat panas. Namun, bagaimanapun juga Jisoo berharap agar temannya tidak kekurangan cairan dalam tubuh. Apa mungkin orang sakit bisa diberi es krim tiga rasa yang warna-warni? Gila saja.
"Lalu apa? Yang kau ceritakan tadi hanya sebatas Taeyong mendekatimu terus sampai perpisahan kelas 6 saja dia menangis." Bibirnya tertarik ke atas begitu Jennie akhirnya mau menerima teh hangat tersebut. Netranya mengikuti pergerakan Jennie menyesap sedikit demi sedikit isi gelas, lantas mengembalikan pada Jisoo tatkala kandungan gelasnya mulai berkurang sampai setengah gelas.
Sembari merapikan lagi selimut yang hampir tersingkap di sana-sini, Jennie memicingkan matanya dalam sela-sela menarik napas berat. Pegangan pada selimut semakin mengerat seiring napas berat mulai terdengar bersahutan cepat, pun detaknya yang berpacu keras–hal yang seharusnya terjadi saat dirinya berdekatan bersama Taeyong. "Yah, aku sempat merasa bersalah, sih. Aku pernah menjauhinya saat kelas 4 SD."
"Wae?" Jisoo jadi suka menerka kehidupan masa lalu orang. Ia kini bahkan tengah membayangkan, alasan Jennie yang begitu janggal karena pernah menjauhi si anak tampan itu. Mungkin karena waktu itu dia jelek? Jadi Jennie tidak suka mendekatinya. Atau malah Jennie yang jelek? Jadi dia malu? Atau ... karena Lee Tae yong bergabung bersama geng-geng khas anak kecil yang menindas satu sama lain? Oh, sungguh ini menyenangkan jika ia benar di salah satu praduga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Colour
FanfictionLee Taeyong X Kim Jennie "Aku kuning Dia biru Kuning dan Biru merupakan warna primer, kan? Warna utama yang bisa menghasilkan banyak warna nanti. Namun, bagaimana jika warna merah suatu saat nanti datang?" - Kim Jennie Apa kau dapat menebak endingny...