Itu benar Taeyong temanku atau bukan, sih?
Netra Jennie tidak lepas dari presensi punggung lelaki dengan kemeja biru bersama pandangannya tepat menabrak dinding depan. Sekali lagi gadis itu menoleh pada mahasiswa lain, memandangi satu per satu dan memberi cap akan mereka nan nyata.
Tapi, kenapa? Bagaimana bisa?
Jisoo yang merasakan pergerakan canggung temannya segera menggetil lengan Jennie pelan. Walau begitu terdengar ringisan rendah darinya, lantas menerima balasan serupa dari si korban.
"Kenapa, hah?"
Bukan jawaban secara lisan, hanya gerakan dagu yang maju menyatakan bahwa Jennie patut memerhatikan kelas daripada kurang kerjaan menengok sana-sini.
Sempat diam sebentar mengikuti apa yang dimaksud Jisoo, pada kenyataanya dia kembali berpikir mengenai sesuatu. Jika saja semua hal ini bukan sekadar halusinasi berat yang dialami gadis itu, mungkin ia sedang mengalami mimpi. Mimpi panjang.
Oh, ya. Itu masuk akal. Sesuatu yang ada dalam mimpi memang bunga tidur dengan membentuk imajinasi aneh. Surealisme, huh? Dan boleh jadi ia membuat sosok teman baru pada alam bawah sadar.
Walau sebenarnya mengejutkan Jennie bisa menyusun partikel dari yang terkecil hingga dapat menghasilkan wajah tampan layaknya pria bermarga Lee tersebut. Sungguh aneh.
Ngomong-ngomong, mimpi atau kenyataan bisa dibuktikan dengan rasa sakit, bukan?
"Hey, Jisoo-ya. Bisa cubit tanganku sekarang?"
Bahkan Jisoo dengan sukarela melakukan permintaan temannya, mencubit keras bersama aliran rasa sebal sampai teriakan Jennie mencuri perhatian satu kelas. Benar, itu cukup memalukan bagi Jennie.
***
"Tugas ini kubagi tiga sesuai dengan nomor undian yang kalian dapatkan tadi. Setelah selesai dengan materinya, serahkan padaku. Ada yang ditanyakan?"
Gelengan kepala merupakan satu-satunya jawaban yang Jennie peroleh. Kim Jisoo dan satu gadis lainnya - Ohn Yuji - sudah terlarut bersama materi mereka. Deadline tugas ini sebentar lagi berakhir, sungguh menguji kesabaran.
Mencari materi secara mendalam dari buku-buku yang kini berserakan di meja, mengumpulkannya menjadi satu di buku khusus, lantas diserahkan ke pada Jennie guna menggabungkan keseluruhan materi lewat ketikan. Itu semua dilakukan secara berurutan, hingga tidak terasa bahwa mereka telah menghabiskan waktu tiga jam hanya untuk berada di perpustakaan ini.
Jelas mereka lelah - membaca huruf yang kelewat kecil seperti isi kamus dan memahami satu per satu agar tidak keluar dari topik - sampai akhirnya ketika semua terselesaikan, masing-masing pribadi mengoperasikan ponselnya. Terlarut dalam hiburan dari pesan masuk atau postingan di SNS, hampir melupakan kenyataan mereka bertiga seperti orang tidak saling kenal karena sebuah ponsel.
"Hei, hei. Jennie-ya!" Jisoo melebarkan kedua netra seraya menggoyangkan bahu Jennie. Ia sedikit mengarahkan layar ponselnya guna berbagi dengan Jennie. "Ada Ji Changwook, lihat!"
Reaksi antusias lantas keluar dari mulut mereka berdua, sungguh melupakan bahwa berada di perpustakaan sebenarnya dilarang gaduh. Terpampang nyata pada layar ponsel Jisoo akan foto ketampanan aktor yang tengah berakting tersebut, memperlihatkan potongan jalannya pengerjaan suatu drama baru yang dibintangi oleh Ji Changwook.
Yuji dari balik meja mengulurkan kepala, merasa ingin tahu apa yang sedang mereka lihat saat ini. "Ah," desisnya, "Drama baru Ji Changwook, ya?"
Jisoo mengangguk menanggapi. Tangannya tertarik untuk menepukkan kedua sisi sembari menarik sudut bibir. "Benar. Woah, dia tampan sekali!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Colour
FanfictionLee Taeyong X Kim Jennie "Aku kuning Dia biru Kuning dan Biru merupakan warna primer, kan? Warna utama yang bisa menghasilkan banyak warna nanti. Namun, bagaimana jika warna merah suatu saat nanti datang?" - Kim Jennie Apa kau dapat menebak endingny...