Seiring berjalannya kisah di balik kisah ini, pahamilah beberapa paragraf informatif di bawah.
Pengilon adalah istilah zaman baheula untuk cermin. Sedangkan Mirrors adalah salah satu lagu populer Justin Timberlake yang sama artinya dengan cermin-cermin (jamak) atau pengilon-pengilon. Ya, ya, terserah. Asalkan sudah tahu bendanya, apapun istilah dan bahasa yang dipakai bukan masalah.
Singkat cerita, Bhanu secara aktif mengikuti perkembangan bahasa, budaya, dan peradaban dunia di tengah kesibukan mengurus musim kemarau. Motto-nya adalah terus belajar untuk hidup sefleksibel mungkin. Ia tak mau ketinggalan zaman seperti kebanyakan utusan yang bertugas di Mayapada.
Tetapi, sekalipun sudah modern, satu hal yang tak akan pernah Bhanu ubah adalah pengilon. Baik sebutan, bingkai, gagang, dan apapun detailnya. Pengilon adalah benda sakral yang menjadi fasilitas utamanya dalam menjalankan tugas sebagai utusan. Old but more than gold, autentik, memiliki nilai sejarah yang tinggi, dan merupakan warisan turun temurun para Pengendali Musim Kemarau sebelum dirinya. Baik secara fisik atau nonfisik, entitas pengilon tak dapat diganggu gugat.
Tanpa pengilon, musim kemarau tak bisa dikendalikan. Kala itu (entah berapa ratus tahun yang lalu), melalui Dhanu si Penunggu Sungai, Sang Hyang mengamanatkan sebuah benda mungil rupawan ke tangannya. Sungguh. Bhanu tak dapat menjelaskan bagaimana perasaannya saat itu. Ia terjebak di antara duka kehilangan dan rasa bangga luar biasa karena mendapat tugas dan kepercayaan besar dari Sang Hyang.
Seperti menemukan obat, hari demi hari kesedihan Bhanu mulai terkikis oleh keberadaan pengilon. Hari berganti tahun, keterpesonaannya pada keelokan benda bulat, mungil, jernih, bergagang mantap, berornamen rumit, dan berwarna perak itu tidak berkurang sama sekali. Bagian yang tak ternilai dan memiliki kekuatan magis terletak pada sekeping pecahan kristal berwarna kuning keemasan di atas pengilon. Kristal mustika tersebut bertahta seperti mahkota, atau seperti matahari kecil berada di titik zenith.
“Bagaimana cara menggunakannya?” Bhanu yang bingung bertanya pada Dhanu ketika itu.
“Tatap lurus ke dalam, pengilon akan memproyeksikan bentangan mayapada. Matamu akan mengomando kristal mustika yang akan menjatuhkan cahaya ke dalam pengilon. Mudah, bukan? Kau hanya perlu menatap dan mengatur segalanya di setiap awal musim. Selebihnya pengilon dan kristal mustika akan bekerja secara otomatis. Kau bisa mengubah pengaturan pengendalian bila ada instruksi dari Bawanapraba. Atau, bila ada rapat kebijakan cuaca dan musim dengan Pengendali Musim Hujan, atau dengan para pengendali elemen-elemen utama. Dan sebagai tambahan, pengilon bekerja sesuai dengan sistem rotasi bumi—membagi mayapada menjadi siang dan malam. Jadi yang terpantul di pengilon tentunya adalah area yang sedang mengalami siang. Baiklah, cukup sampai di situ dulu. Fungsi lainnya akan dikau pelajari sendiri nanti. Selamat bertugas.”
Pengilon adalah refleksi bumi di siang hari, kristal mustika Sang Hyang adalah replika matahari, dan Bhanurasmi adalah pengendalinya. Alkisah, legenda yang telah berabad-abad berlanjut tanpa diketahui siapapun. Berabad-abad pula Bhanu telah menjalankan tugasnya tanpa membuat kesalahan satu kali pun. Sudah cantik, bijaksana, amanah pula. Kurang apa lagi coba?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kemarau di Musi
FantasyREMAKING COMPLETED. Bagi yang sudah memasukkan cerita ini ke library, ada baiknya menghapus cerita ini terlebih dahulu, lalu tambahkan ulang ke library kalian. Karena perbaikan mungkin akan mempengaruhi isi, plot, dan mungkin juga merusak tatanan ba...