BAGIAN 8 : KERANG HITAM

122 32 0
                                    

Bhanu tersentak dari tidurnya, mendapati diri terbaring di ranjang berseprai perak. Sebuah gaun sutera berwarna putih tampak indah membebat tubuhnya. Entah berapa lama ia sudah tertidur. Namun ia yakin telah mengalami sebuah mimpi buruk estafet yang sangat panjang. Baru saja ia membuka mata dan mengakhiri mimpi buruk tersebut. Begitulah keadaan yang ingin ia percaya.


Baru saja.


Mimpi buruk.


Berakhir.


“Semua itu cuma mimpi, kan?” gumamnya lugu pada diri sendiri.


Sepasang mata Bhanu memandang nanar kandelar yang tergantung di langit-langit kamar istana. Sesekali matanya berkedip, berusaha mengenyahkan sisa kantuk. Benaknya mengembara ke mana-mana. Ah! Ada banyak hal rancu yang tak dapat ia luruskan untuk saat ini.


Kelana pikiran Bhanu kembali tiba di dermaga mimpi buruknya, kemarin malam, di perayaan Cap Go Meh paling benderang dan paling berantakan sepanjang sejarah. Masih terjebak di dunia abu-abu, ia yakin segalanya tak lebih dari sekadar mimpi. Mulai dari bujuk rayu Kilika, kenekatannya membawa pengilon ke atas pulau, Kilika menjelma jadi bocah, munculnya lelaki gila bertopi fedora yang meminta sembilan guci emas, lomba lari dengan Genderuwo Buto Ijo di lorong jalur rahasia, orang-orang yang kerasukan massal, dan tabrakan dengan lelaki flamboyan keras kepala mirip Tan Bun An itu. Kalau tidak salah dia bernama Nathan.


“Ya, semua itu pasti cuma mimpi!” gumamnya lagi sebelum menguap lebar.


Bhanu kembali memejamkan mata, melanjutkan tidur. Tubuhnya masih terasa sangat lelah dan kantuknya sama sekali belum tuntas. Singkat kata, ia butuh tidur sedikit lebih lama untuk bisa berpikir jernih. Khususnya untuk bisa membedakan realitas dan mimpi secara konkret.


Zzz.


Zzz.


Zzz.


Zzz.


Zzz.


Lima jam kemudian.


Bhanu masih tidur.


Zzz.


Zzz.


Zzz.


Sekalipun dirinya seorang utusan, Bhanu masih bersemayam di tubuh manusia. Ia masih butuh tidur pada malam hari. Durasi tidur Bhanu biasanya memanjang setiap ada masalah menimpanya. Memang, tidur sama sekali tidak membantu menyelesaikan masalah. Tetapi paling tidak, tidur bisa jadi pelarian singkat. Kalau beruntung ia mungkin dihampiri mimpi indah. Tak jarang mimpi jadi sumber inspirasi solusional.

Kemarau di MusiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang