Nayeon tengah duduk bersama Momo di bawah pohon favoritnya tempat ia bisa memandangi Jeongyeon dari jauh dilapangan basket.
Senyum Nayeon mengembang sempurna melihat Jeongyeon yg tengah tertawa lepas bersama Chaeyoung dan Dahyun. Perban di tangannya masih menempel sempurna tapi dia sudah bisa bermain basket seperti biasa di jam istirahat
"Apa begini cara mu melepas rindu?" Tanya Momo yg duduk disampingnya
"Bagaimana lagi aku dan dia tidak bisa selalu bersama"
"Orang orang tidak akan pernah menduga kau dan dia punya hubungan lebih" bisik Momo
"Aku ingin menjalani hubungan ku seperti orang lain tapi dengan sekejap aku akan menghancurkan karir ku"
Dilihatnya Jeongyeon sudah mulai meninggalkan lapangan menuju ruang kesehatan.
"Pergi temui dia aku akan memjaga di pintu" Momo langsung mendorong Nayeon untuk menyusul Jeongyeon.
Jeongyeon mulai melepas perban ditangan.
"Paboo kau tidak bisa mengganti ini sendirian" ucap Nayeon yg mengambil alih perban di tangan Jeongyeon.
"Nay keluar lah nnti ada yg melihat kita"
Nayeon berhenti matanya bertemu dengan mata Jeongyeon, jarak mereka sangat dekat. Jeongyeon susah payah menelan ludahnya melihat Nayeon sedekat itu, Nayeon sendiri berusaha keras mengendalikan laju jantungnya. Jeongyeon tersenyum melihat wajah memerah Nayeon.
"Aku mencintai mu Bunny" ucapnya ditelinga Nayeon.
Wajahnya tambah memerah, Jeongyeon kali ini benar benar tertawa. Dia berhasil mengerjai Nayeon.
"Yak kerjakan sendiri perban mu" Nayeon menghempaskan perban itu diatas tempat tidur dan mulai berjalan meninggalkan Jeongyeon.
"Aku benar benar mencintai mu" ucap Jeongyeon menggenggam tangan Nayeon agar langkahnya tidak terlalu jauh.
Nayeon berbalik kembali, hanya ada ketulusan dalam wajah Jeongyeon. Jeongyeon tersenyum membuat Nayeon kali ini luluh, Jeongyeon bukan seseorang yg mudah tersenyum, dia hanya tersenyum dan tertawa pada orang orang terdekatnya.
Nayeon tidak menjawab apapun lagi dia kembali duduk disamping Jeongyeon dan mulai mengganti perban di tangan Jeongyeon. Jeongyeon memandangi wajah serius Nayeon didepannya tanpa perduli degup jantung yg ia pacuh.
"Sudah selesai" ucap Nayeon dia berdiri berjalan menuju pintu
"Bisa berkencan dengan ku malam ini?"
Nayeon berhenti dia belum sempat menggeser pintu itu, dia hanya diam mematung. Mungkin bagi sebagian orang di ajak berkencan adalah hal yg paling membahagiakan dan sudah pasti semua orang akan menjawab iya jika kekasihnya yg meminta tapi lain dengan Nayeon pekerjaannya menyulitkannya untuk terus bersama Jeongyeon
"Kau ada jadwal?" Jeongyeon sudah berdiri dibelakangnya beberapa meter
Nayeon masih enggan berbalik dan menjawab pertanyaan Jeongyeon.
"Baiklah" ucap Jeongyeon yg paham tanpa memdengar jawaban Nayeon
Bukan Nayeon yg meninggalkan ruangan itu lebih dulu tapi Jeongyeon. Jeongyeon tersenyum tipis melihat Momo yg berjaga didepan pintu.
"Wae?" Tanya Momo
"Aku mengecewakannya lagi"
"Gweanchana, datanglah kepertandingan terakhirnya besok" ucap Momo menenangkan Nayeon
.
.
.
.Jeongyeon menghelas nafasnya panjang. Dia sudah menegakkan tongkat pemukulnya. Tangannya masih terluka tapi ini pertandingan terakhir yg memaksakannya harus tetap bertanding. Di eratkannya genggamannya pada tongkat pemukulnya bersiap mengayunkannya sekuat tenaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay By My Side (End)
Fanfic"Bukan kah cinta tak harus memiliki. Bukan kah cinta dalam diam jauh lebih baik. Kebahagian akan datang pada ku jika kau pun bahagia meski bukan karna ku" semua kata kata itu hanya omong kosong aku bahkan buruk tanpa mu, aku ingin memiliki mu selam...