Enam belas

2.1K 206 45
                                        

Ikon-im Ok

Jeongyeon berdiri dihalte seperti biasa, hal yg selalu ia lakukan selama 2 tahun terakhir menunggu seseorang dengan sepeda putihnya.

Kepalanya yg sedari tadi menunduk ia arahkan kesebelah kirinya. Senyum tipis menghiasi bibirnya namun tak berlangsung lama ketika orang yg ia tunggu berlalu begitu saja tanpa menoleh sedikit pun padanya, mungkin sama sekali melihat dirinya yg sudah berdiri lama disana.

Jeongyeon menghela nafasnya berat, kepalanya ia tundukkan lagi sambil menutup kedua matanya menahan perih. Jeongyeon berlari mengejar sepeda Chaeyoung yg sudah sangat jauh. Ditangannya masih ia genggam erat kotak bekal untuk sahabatnya itu.

Chaeyoung sudah memarkirkan sepedanya, ia mulai melangkah menuju kelasnya. Tas yg ia kenakan di tarik oleh Jeongyeon untuk menghentikan langkahnya.

Nafas Jeongyeon masih terengah engah berbalut kekecewaan yg sangat besar pada Chaeyoung.

"Aku sudah berulang kali minta maaf pada mu, percayalah aku tidak mencintai Mina"

Chaeyoung hanya dia, tatapannya datar seakan ia tak perduli dengan yg Jeongyeon katakan.

"Bicaralah katakan tidak jika kau tidak memaafkan ku, pukul aku lampiaskan senua amarah mu jangan diamkan aku seperti ini Son Chaeyoung"

Chaeyoung melepaskan tangan Jeongyeon dibahunya. Tidak ada jawaban sama sekali, Chaeyoung berlalu begitu saja.

Ketika hendak mengejar Chaeyoung kembali langkahnya terhenti oleh Nayeon.

"Kita butuh bicara" ucap Nayeon tegas

"Kita sudah selesai" Jeongyeon kembali menunduk

"Kau yg bilang kau hanya akan meninggalkan ku saat aku yg meminta dan aku sama sekali tidak meminta itu, aku memaafkan mu, aku menerima yg kau lakukan apa itu masih kurang" Nayeon sudah tidak bisa mengendalikan dirinya

"Tidak Nay, aku tidak pantas untuk mu" entah bagaimana air mata itu kembali lolos

"Apa kau mencintai Mina?"

Jeongyeon diam pikirannya tertuju saat bibirnya menyapa bibir Mina membuatnya semakin bersalah. Keplaanya ia tundukkan tidak berani menatap mata Nayeon yg sudah mulai berair.

"Aku mencintainya" ucap Jeongyeon bergetar

"Bohong, tatap aku dan katakan itu kembali" bentak Nayeon.

Dengan berat Jeongyeon mengangkat kepalanya menghadap Nayeon. Ia bersungguh sungguh menahan sesaknya yg bertambah melihat wajah Nayeon

"Aku mencintainya"

Tangis Nayeon benar benar pecah dihadapan Jeongyeon. Diabaikan seharian oleh Jeongyeon bukan hal yg mudah untuk Nayeon karna kekasihnya itu selalu ada untuknya, mengabarinya, memberinya perhatian kecil, menunggunya pulang setelah seharian bekerja, meski lelah juga Jeongyeon akan selalu berusaha membuatnya tertawa.

"Baiklah bahagialah bersamanya, pergilah" ucap Nayeon

Jeongyeon yg sudah tidak tahan melihat air mata Nayeon berlari menuju belakang sekolah.

Dyo mendekati Nayeon yg tengah menangis sendiri di koridor sekolah.

"Jangan menangis, kenapa tidak mempertahankannya jika kau yakin dia berbohong dengan perasaannya itu"

"Dia sudah tidak menginginkan hubungan ini"

Dyo membawa Nayeon dalam pelukannya, memberi gadis itu ketenangan.

"Aku akan menemani mu lewati ini"

.
.
.
.

Jeongyeon memasuki kelasnya setelah merasa lebih baik. Dilihatnya Dahyun yg sudah tidak duduk disampingnya. Sahabatnya itu lebih memilih duduk bersama Sana.

Stay By My Side (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang