Iris cukup penasaran mana yang namanya Farel.
"Adryan? Lo tau gak? Farel itu yang mana sih?" tanya Iris.
"Lo tanya gue? Gue tanya siapa?" jawab Adryan.
"Buang-buang waktu ye nanya elo."
Hanya ada tawa cekikan dari Adryan, rasanya Iris ingin mencekik leher pendek Adryan.
"Tayo? Lo kenal Farel gak? Mana sih dia?" lagi. Iris bertanya pada Cahyo.
"Mana aku tau. Kamu aja yang suka bawel di group gak kenal apalagi aku," ujar Cahyo.
Akhirnya, Iris membuka aplikasi Whatsappnya.
To Farel :
Rel? Muka lo yg mana sih?From Farel :
Gaperlu tau.Kok gak ada kepala yang celinguk-celinguk sih. Harusnya kan ada. Apa Farel gak masuk?
To Farel :
Songgong banget sih. Buru, muka lo yg mana.From Farel :
Gak perlu tau euyy.To Farel :
Programmer mah sombong.From Farel :
Gua bukan programmer, masih sama-sama belajar. Anak-anak jgn di dengerin.Iyap ! Selama ini group kelas selalu menjuluki Farel si programmer. Kalau benar pekerjaan Farel adalah Programmer, enak banget hidup si Farel.
Indonesia termasuk negara yang minim jasa Programmer.Akhirnya Iris sedikit menyerah untuk mengetahui mana yang namanya Farel.
Sebegitu rahasiakah muka Farel, sampai sampai Iris tidak boleh mengetahuinya?❤
Dua bulan sudah proses belajar mengajar sudah di lakukan. Kini Iris sudah terbiasa dengan tugas yang mengunung.
Dan Iris sudah banyak bergaul dengan teman lainnya. Namun, tak kunjung Iris mengetahui pria bernama Farel.
"Bang Nikho? Lo tau gak Farel itu yang mana?" ujar Iris sedikit berteriak di dalam kelas.
"Farel? Lo dicariin noh," ujar Nikho memanggil cowok yang kumpul di kursi tengah.
Ada enpat pria, jelas Iris mengenal dua. Satu namanya Irfan, dia merupakan lelaki dengan mulut besarnya. Dan satunya Sena, sisa dua ekor lagi. Iris benar-benar tidak tau siapa mereka.
"Yang mana bang Nik?" tanya Iris lagi.
"Ngapa sih? Lo suka sama Farel. Dari kapan tai nanya dia mulu," sahut Jams.
"Kapan tau keleus bukan kapan tai,"ujar Tasya jengah.
"Apaan sih Ris, pengen banget liat gua," ujar pria berambut sedikit ikal.
Eh sebentar, kok mukanya kaya abang-abang yang motornya gua tabrak ya.
"Oh lo yang namanya Farel. Oke cuma pengen tau aja," ujar Iris setengah berteriak.
"Gak jelas," ujar Farel membuang mukanya.
Mayan manis juga, ih kok jadi ganjen gini sih.
Iris menuruni anak tangga dan bercandaan bersama Anggy. Di kuti anak kelas lainnya. Iris yang memang sedikit ceroboh, terjatuh dari tangga.
Sorak tawa mengelegar. Apalagi tawa laki-laki yang memang terkenal dengan suara beratnya.Malu. Itu yang Iris rasakan, karna ternyata di bawah tangga ada sekumpulan anak kelas lain.
Astaga, Iris yang sudah berusia 20 tahun jatuh di keramaian. Rasanya, Iris ingin membuang muka nya ke tong sampah."Makanya lo jangan petakilan," ujar Nikho dengan cengir yang belum memudar.
"Tau lo Ris, dasar. Jadi cewek gak mau diem sih," tambah Adryan.
"Berisik ih, bukannya nolongin malah ngetawain," ujar Iris menahan malu. Mukanya sudah merona bukan karna jatuh cinta namun karna jatuh tangga.
"Kok ramai sih Hen? Kenapa?," tanya Farel yang baru datang.
"Noh, si Iris jatuh Rel hahaha," jawab Anggy, padahal Farel bertanya bukan pada Anggy.
Farel hanya tersenyum, Iris mampu melihatnya meski sekilas.
"Udah ah, alay. Gapernah liat artis jatuh, sekalinya liat langsung ramai, awhh," ringis Iris karna lagi-lagi kakinya keseleo, untung ia di pinggir, jadi mampu berpegangan tangga dikampusnya untuk di jadikan tumpuan. Sepertinya jatuhnya tadi menyebabkan masalah di kakinya.
"Woy, tolongin astaga," ujar Iris berteriak.
Tanpa menunggu respon teman-temannya Iris yang sudah tidak kuat menopang badannya akhirnya terjatuh, namun belum sempat mendaratkan bokongnya di lantai tangga, dengan sigap Farel menopang tubuh Iris.
"Astaga Iris, lo beneran sakit," teriak Anggy.
"Boongan, yailah. Punya mata kok gak di pake," nyolot Iris.
"Ya ampun, anak ini. Udah sakit masih aja bawel," ujar Anggy mencubit lengan Iris. Iris hanya mengadu sakit di bopong oleh Farel.
"Eh, Anggy. Bopong gue kek, kasihan Farel, lagian dia laki-laki, bukan muhrim," ucap Iris.
"Lo berat, mana mau si Anggy," ledek Nikho.
"Rel? Gapapa nih lo bopong gua sampe kos?" ucap Iris pelan.
"Lo mau gua gulingin?" tanya Farel.
"Emh, ya enggak sih.,-- anu maksudnya lo terlalu tinggi Rel. Gua pegel kalo tangan gua nyangkut di leher lo," ujar Iris.
"Diem,"
Iris hanya diem kala Farel melepaskan tangan Iris dari leher Farel dan memilih untuk mengendongnya.
"Astaga, romantisnya romeo dan juliet," ucap Adryan.
Baik Iris maupun Farel tidak mengubris. Mereka tenggelam dengan fikiran-fikiran mereka sendiri.
Jangan baper.
Vote aja.
Koment juga 👅
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA SATU SEMESTER
Teen Fiction(SUDAH TERBIT) Tidak ada pertemuan yang tak menginginkan sebuah persatuan namun hukum manusia hadir dan pergi enggan untuk di bantah. Cinta satu semester mengisahkan dua anak manusia yang terjerat di singkatnya sebuah romansa. Bermula dari kebingun...