Akhirnya aku sedikit bernafas lega. Semua tugas-tugas menjelang ujian akhir semester pun sudah tuntas.
"Gak terasa ya, kemarin gue gak nyentuh mobil legend sama PUBG demi seseorang," sindir Farel.
Aku tau siapa yang Farel maksud.
"Oh jadi nyesel gitu," jawab ku tak kalah sinis."Ya enggak lah. Ngapain nyesel nemenin kamu."
Speechless.
Malam pun tiba. Artinya hari ini adalah hari dimana mereka mempresentasikan projek pemogramannya.
Farel sudah tiba di kampus. Iris yang memang selaluFarel menscroll gambar pesona Bogor di aplikasi Instagram nya. Terpampang banyaknya air terjun yang menggiurkan. Padahal hanya melihat gambarnya, aku mampu merasakan sejuknya air itu.
"Rel? Di Bogor ada gunung gak? Aku pengen banget deh rasanya mendaki. Seumur hidup belum pernah," rengek ku.
"Ada. Namanya gunung kapur. Bentar aku cari," ujar Farel menscroll layar handphone nya.
"Nah ini," lanjut Farel menunjukkan foto-foto nya dengan temannya yang sedang duduk di gunung kapur.
"Yok lah, sekali-kali aku ajak kamu ke Bogor. Aku tunjukkin betapa indahnya Bogor," ujar Farel.
"Janji?"
"Iya janji."
"Aku ke toilet dulu ya Ris, sekalian sholat."
"Oh oke. Aku ke atas duluan ya Rel."
Hanya anggukan yang Farel berikan lantas pergi meninggalkan Iris.Tampak rombongan Genk "THE FUCK BOY" yang ada di kelas Iris berjalan ke arah tangga.
"Woy bareng dong," teriak Iris melenyapkan kenyataan bahwa dia adalah seorang gadis.
"Ya udah ayok," jawab satu personil dari mereka.
"Kalian gimana? Udah siap presentasi?" tanya Iris sambil menapaki tangga. Kelas hari ini berada di lantai 4, terkutuk lah kampus ini yang tidak menyediakan lift atau eskalator sama sekali.
"Ah sellow," jawab Aris.
"Yang nompang nama mah sellow wae ye om," sindir Iris.
"Iya dong," ujar Bagas bangga.
Kelas pun di mulai. Kelompok satu tetap berada diruang sedangkan sisanya di perkenankan keluar.
"Sumpah ya, ini mah udah kaya sidang skripsi anjir," ujar Iris bermain dengan laptop nya. Alias mengecek program karya kelompok nya. Eh ralat, karya teman Iris dan inovasi Farel.
Tampak semua berkutat dengan pemograman. Ada yang menghapal, takut jika nanti di tanya, ada yang menjelaskan ke kelompok, ada yang bodo amat dan ada yang bermain ponsel tanpa peduli apapun.
Tiba-tiba hp Iris bergetar. Segara ia memeriksanya.
Farel : Ris? Laptop kamu di pake gak? Aku lupa bawa laptop.
Iris : gak kok. Kelompok kami bawa laptop semua. Mau pake?
Padahal jarak mereka hanya berbeda 5 orang. Alias terhalangi 5 orang. Lagi-lagi mereka seperti main kucing-kucingan.
Farel berdiri tepat di hadapan Iris.
"Minjem ya."Belum sempat Iris menjawab, Farel sudah terlebih dahulu kembali ke asalnya.
Iris : rel? Ajarin aku dong. Ng blank ih.
Tidak ada tanda-tanda bahwa Farel membaca pesan Iris. Iris membuang nafasnya kasar.
Iris bersandar di bahu Cahyo. Cahyo memberikan sebelah handsfree untuk Iris dengarkan. Jangan kalian kira Cahyo akan memutarkan lagu romantis, dia sedang menonton pemograman dari YouTube.
Cahyo pun terbilang pintar dan rajin tentunya. Iris sedikit lebih mengenal Cahyo karna sesekali Cahyo menceritakan kehidupannya.
Iris tidak peduli nantinya Farel akan cemburu atau tidak dengan sikap Iris yang menempel dengan pria lain.
Tak terasa presentasi berjalan dengan baik. Iris menjadi moderator untuk bersembunyi dari pertanyaan dosen.
Haha, Iris memang licik.
"Baiklah, sejauh ini presentasi kalian sangat baik dan berbeda dengan lainnya karna kalian menggunakan bahasa Inggris. Tapi tolong revisi kalimat penutupnya ya," ujar Bu Lala.
Kamipun tersenyum dan mengangguk. Kelas di bubarkan sebelum waktunya, Iris mendekati Farel.
"Rel? Bantu Iris dong," ujar Iris pelan.
Farel hanya menatap Iris, gerak alis nya seakan bertanya "apa?"
"Ini Rel, di tiket hasil pemogramannya kudu ada ucapan terimakasih gitu. Gue ga tau cara edit ya," lanjut Iris.
"Oh ya udah, mau ngerjain kapan? Besok kan gue ke Bogor."
Kalau di kampus, Farel memang selalu ber "elo-gue"
"Ya udah malam ini. Tapi ke kost dulu ya, ambil laptop satunya. Soalnya laptop tadi di bawa Cahyo,"
"Gausah pake laptop gue aja."
"Lah kok ? Emang bawa laptop?" tanya Iris heran. Jelas-jelas tadi Farel meminjam laptopnya.
"Dibawain temen tadi."
Iris ber-oh-ria.
Temen-temen kelas Iris turut turun. Mereka ke ruang administrasi untuk menanyakan uang kuliah. Sebab banyak yang masih rancu tentang informasi pembayaran perkuliahan. Apalagi mereka akan memasuki semester dua.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA SATU SEMESTER
Teen Fiction(SUDAH TERBIT) Tidak ada pertemuan yang tak menginginkan sebuah persatuan namun hukum manusia hadir dan pergi enggan untuk di bantah. Cinta satu semester mengisahkan dua anak manusia yang terjerat di singkatnya sebuah romansa. Bermula dari kebingun...