Farel hampir selesai dengan ramennya.
"Rel? Aku buka laptop kamu ya."
"Buka aja."
Baru saja aku menekan tombol on off, Farel langsung menarik laptopnya dari tangan ku.
"Bentar-bentar, aku beresin file kantor ku dulu," ujar Farel.
Padahal aku tau, Farel sedang menyembunyikan sesuatu. Dia tak membiarkan ku melihat layar monitor laptopnya dan aku mengingat satu hal.
"Mau hapus sandi yang ada namanya Ifa ya?" tanya ku sesantai mungkin.
Byurrrr,
Farel melongo "Kamu tau?""Tau, kamu masih buat sandi laptop kamu dengan nama Nur Musdalifa kan?"
"Kamu oprek laptop aku?"
"Gak sengaja pas kamu keluar beli cilok, aku gerakin kursor laptop kamu. Eh ada nama si masa depan," kekeh Iris. Padahal sesak merambat ke hatinya.
"Aku lupa terus gantinya, sumpah deh," tampak tatapan menyesal di mata Farel.
"Aku ganti nih," lanjutnya.
"Gak usah Rel, aku percaya kamu. Gak usah di hapus, aku gak mau kamu melakukan hanya karna aku. Biar hati mu yang hapus. Aku gak masalah kok, aku masih waras. Aku gak mungkin cemburu sama nama cewek yang aku gak kenal sama sekali. Dia masa lalu kamu, ntah mungkin masa depan yang selalu kamu semogakan. Aku gak peduli, gak usah di ganti. Aku gak masalah," ucap ku sedewasa mungkin.
Aku lebih membiarkan waktu menjawabnya. Toh, aku hadir saat Farel sedang memuja seorang wanita. Entahlah, Farel bahkan dulu mengirim screen capture surat cinta dari Ifa yang dijadikan wallpaper ponselnya.
"Kamu mau lihat Ifa yang mana gak?" tawar Farel.
"Boleh, pasti dia cantik ya Rel."
Farel mencari-cari file tentang Ifa. Hanya ada satu foto.
"Ini dia," ucap Farel.
Jelas Farel menaruh hati. Perempuan itu cantik, berhijab dan mungkin taat agama.
Aku kaget saat Farel menghapus foto itu."Itu foto satu-satunya yang aku punya. Kami gak pernah chatt an lagi. Dulu aku dan dia cuman berkomitmen biar suatu saat aku sukses, aku lamar dia. Itu sebelum ketemu kamu," ujar Farel mengelus kepala ku.
"Iya, i belive it."
"Gak usah sok Inggris, nanti aku jawab malah gak ngerti," ledek Farel.
"Merusak suasana."
Farel tertawa, sedangkan aku mendengus. Aku memperhatikan Farel mengobrak-abrik pemograman milik kelompok ku.
Selain tampan, Farel juga mancung. Rambutnya ikal dan sering di buat mode berantakan. Farel juga pintar bahasa Inggris, idaman banget.
Tiba-tiba ponsel Farel bergetar.
"Bukain coba, liat siapa yang chatt," titah Farel."Pin nya apa?"
"2312," ujar Farel.
Aku bertanya-tanya, mungkinkah itu tanggal lahir Farel. Jika ia, berarti sebentar lagi dia akan berulang tahun.
"Ciye, chatt dari Erna. Buka sendiri gih, gak sopan kalo aku yang buka."
Hati ku seperti di remas, entah kenapa aku tidak bisa mengontrol cemburu jika menyangkut Erna.
"Gak usah mewek, dia cuma tanya kita jadi belajar bareng atau enggak," ujar Farel memberi penjelasan.
"Iya."
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA SATU SEMESTER
Teen Fiction(SUDAH TERBIT) Tidak ada pertemuan yang tak menginginkan sebuah persatuan namun hukum manusia hadir dan pergi enggan untuk di bantah. Cinta satu semester mengisahkan dua anak manusia yang terjerat di singkatnya sebuah romansa. Bermula dari kebingun...