CHAPTER 9

153 6 0
                                    

Seperti biasa, tak ada percakapan antara Farel dan Iris jika sedang berada di dalam kelas. Yang ada hanya senyum sekilas dan samar yang sering mereka lemparkan.

Kelas resmi di bubarkan. Iris turun dan mengobrol di pinggir jalan.

"Ris? Kamu belum mau balik kan?" tanya Ani.

"Belum kak, nih lagi di tahan sama Parjo. Katanya suruh nemenin sampai ibu nya datang," jawab Iris.

"Oh baguslah. Sini dulu aja ya, gojek ku juga belum datang nih," kata Ani.

"Ris? Minggu car free day  yuk?" ajak Parjo.

"Bareng siapa aja? Ah kalian gak jelas. Kemarin aku ajakin, jawabnya doang semangat. Eh pas subuhnya, pada gak respon," gerutu Iris.

Iris inget saat dia mengajak temen sekelasnya CFD di Monas, hanya Nani yang benar-benar serius ikut.

"Saya mau ketemu temen saya Ris," ujar Parjo.

"Ketemu mah di kafe, ini malah care free day. Gamau ah," tolak Iris.

"Nih cewek Ris. Cantik ya," kata Parjo sembari menunjukkan profil cewek yang memang cantik menurut Iris.

Iris hanyut dengan percakapan pada Parjo, tiba-tiba motor bebek terpantri di sebelah Iris. Langsung dengan semangat, Iris menghampirinya.

"Kamu mau balik Rel?" tanya Iris dengan suara yang di lembutkan.

Farel hanya tersenyum, senyum yang mampu membuat Iris menahan nafasnya. Entahlah, ada sihir dari senyum Farel.

"Eh Rel? Lo lewat Carolus kan?  Gua nebeng sampe halte dong," kata Aries.

"Oh siap boskuh," ujar Farel sambil tersenyum.

Farel mengatakan sesuatu, namun Iris tak mendengarkannya. Lokasi pinggir jalan, membuat Iris menjadi tuli.

Motor itu pergi. Ada rasa kecewa saat tak ada kalimat pamit di sana. Iris memelankan suaranya "Hati-hati Rel."

5 menit. Iris jenuh menanti kedatangan ibu Parjo, sedangkan Ani sudah di jemput oleh gojek pesanannya.

"Jo? Gua balik aja ya."

"Oke Ris. Ntar lagi ibu saya juga datang."

Iris pergi meninggalkan Parjo. Iris memainkan ponselnya di perjalanan. Iris mengirim pesan hati hati pada Farel.

Setiba Iris mendaratkan punggungnya di kasur, Farel menghubunginnya.

"Lo dimana?"

"Di kost Rel, kenapa?"

"Kan tadi udah gua suruh tunggu.".

"Lah, Iris gatau Rel."

"Yaudah, Otw kost lu."

"Lah mau--"

Ucapan Iris terpotong kala Farel memutuskan panggilan secara sepihak. Jelas jika Farel datang, artinya mereka akan jalan lagi. Tak mungkin Farel di persilahkan oleh Iris ke kostnya, pasalnya kost Iris melarang keras tamu pria untuk berkunjung.

From Farel :
"Keluar skrg !"

Tanpa membalas, Iris langsung keluar. Menyapa Farel dan tersenyum.

Lagi, dua sejoli itu menghabiskan waktu di bawa sinar rembulan. Kali ini tidak ada tujuan, mereka hanya berjalan mengikuti jalan.
Tanpa terasa mereka sudah berada di Jakarta Selatan, setelah itu berputar lagi dan lagi. Sampai akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumah.

Lagi, perasaan Iris semakin menjadi-jadi. Iris butuh sosok seperti Farel. Sudah lama Iris membeku dengan perasaannya. Bukan berarti Iris tertutup, namun selama ini dia tidak pernah memakai hati jika sedang dekat dengan pria lain. Terkahir dia inget, dia menyukai sahabatnya. Hanya sebatas suka.

Nyaman.
Sekarang itulah yang sedang hati Iris rasakan. Namun, lagi dan lagi, Iris harus menepisnya.

CINTA SATU SEMESTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang