PAGE 6

1K 57 0
                                    

Di sebuah bangunan coffee shop yang cukup besar dengan perpaduan klasik dan modern yang menyatu dengan indah. Ruangan itu begitu nyaman dan sejuk dengan pohon-pohonan dalam pot yang tersebar di berbagai sudut ruangan, bahkan mereka membuat sekat pemisah antara meja yang satu dengan yang lain menggunakan pot persegi panjang dengan pohon-pohon kecil rindang di dalamnya.

Dindingnya terbuat dari kayu dengan aksen dimensi menonjol dan bertumpuk, sedangkan lantainya terbuat dari papan kayu yang berwarna cukup gelap dan memberikan kesan anggun dan hangat. Mereka juga memiliki jendela-jendela melengkung yang besar dengan kusen logam yang berwarna hitam. Meja dan kursi nya juga memberi kesan hangat dan nyaman yang senada, terbuat dari kayu mahogany terang dengan list logam hitam pada keempat sisinya.

Tercium wangi harum kopi di seluruh ruangan dan memberi kesan semakin nyaman, ruangan itu pun terasa begitu sejuk dan menenangkan. Allison yakin dia akan betah berlama-lama disini, asalkan pria disampingnya ini tidak bersikap menyebalkan. Mereka bahkan harus mengambil di tempat yang jauh di pojok dan meminta tambahan partisi tanaman untuk menutupi mereka.

"Kenapa harus sampai di pojok begini sih?"

Allison berseru protes kepada Damian yang dengan cueknya menghempaskan diri ke kursi yang paling ujung di sisi jendela.

"Yah kalau kau mau duduk di tengah dan membagiku dengan cewe-cewe lainnya sih silahkan saja."

"Ih, penggemarmu menyebalkan!"

"Bilang saja kau cemburu, sweetheart."

"No way!"

Saat itu jam masih menunjukkan pukul 3 sore. Allison tidak memiliki kelas lain dan hanya perlu menunggu sampai jam 4 untuk memulai kerja kelompok mereka, tapi celakanya Damian juga tidak ada acara lain selain menunggu hal yang sama ditambah mereka mendapatkan tugas yang harus dikerjakan bersama dari kelas psychology mereka.

Mereka sudah memesan minuman mereka, Allison memesan hot caffe latte kesukaannya sementara Damian tampak menikmati espresso-nya. Allison cemberut dan mengambil kertas tugas mereka, dia melotot melihat berbagai daftar pertanyaan pribadi yang harus diisi oleh mereka berdua.

"Ajukan pertanyaan-pertanyaan ini kepada partner-mu dan isilah sesuai dengan jawaban mereka. Pada akhirnya kalian dapat melihat apa persamaan dan perbedaan yang paling menonjol di antara kalian yang membentuk karakter kalian saat ini."

Allison membaca keras-keras instruksi yang ada dan dia mengerang.

Ah, kenapa aku harus mengenal Damian lebih jauh sih!

Allison menatap kembali kertasnya dan setidaknya ada sekitar 50 pertanyaan disana. Mulai dari pertanyaan sangat mendasar seperti susunan keluarga, warna dan makanan favorit sampai pertanyaan-pertanyaan berat seperti momen yang paling membahagiakan atau menyedihkan yang pernah mereka miliki, keinginan terdalam mereka, dan sebagainya.

"Apa warna kesukaanmu?"

Damian mulai mengajukan pertanyaannya secara acak.

"Biru."

"Hei, itu jawabanku!"

"Enak aja, kau kan bertanya padaku!"

"Kok bisa sama sih?"

"Makanan favoritmu, Dam?"

"Ramen."

"Oh."

"Kok kau tidak kasih tahu kesukaanmu?"

"Sushi."

"Ih, apa enaknya makanan mentah?"

"Buku kesukaanmu?"

THE UNEXPECTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang