PAGE 36

822 48 0
                                    

Sinar matahari pagi mengintip di balik gorden tebal yang tergantung pada jendela kamar itu. Damian menatap Allison yang terbaring di sisinya. Mata wanita itu masih terpejam, dadanya naik turun dengan nafas yang teratur. Damian mengabaikan rasa kebas pada lengan kirinya yang dijadikan alas bersandar bagi kepala Allison. Dia merapikan rambut panjang Allison dan menyelipkannya ke belakang telinganya.

"Cantik." Bisik Damian pelan, dia mengecup dahi Allison dengan lembut.

Ironis, biasanya aku langsung meninggalkan wanita-wanita itu setelah bercinta. Tapi kali ini aku yang takut ditinggalkan.

Dia memandang wajah Allison sekali lagi. Wajah wanita itu kembali terlihat lugu seperti biasanya tapi Damian tidak akan lupa ekspresi nikmat dan puas Allison saat mereka mencapai orgasmenya berkali-kali tadi malam.

Mungkin setelah ini kau akan membenciku, sweetheart.

Jantung Damian berdebar. Dia tahu pengaruh obat atas Allison pasti sudah menghilang begitu perempuan ini terbangun. Dia siap untuk dicaci maki, ditampar atau bahkan dihajar tapi sebelum itu terjadi, dia ingin menikmati kemesraan ini sedikit lagi. Damian merengkuh Allison dalam pelukannya, berusaha mengabaikan tubuh mereka yang kembali menempel dan miliknya yang kembali menegang tanpa bisa dia kendalikan. Membenamkan wajahnya di kepala Allison, menciuminya berkali-kali.

Setelah beberapa saat, Allison terbangun. Dia sadar dirinya masih tidak mengenakan apapun, begitu juga dengan pria gagah yang memeluknya saat ini. Hatinya sakit, tubuhnya juga. Kewanitaannya masih terasa sedikit perih dan sangat lembab akibat cairan percintaan mereka. Dia mengutuki kebodohannya. Dia tahu ini bukan pemerkosaan karena dia juga menikmatinya. Dia masih dapat mengingat setiap adegan pergulatan panas mereka semalam. Dia juga sadar bahwa mereka melakukannya tanpa pengaman, dan Damian berkali-kali menyemburkan benihnya di dalam dirinya.

Allison merasa dia seperti wanita murahan. Apa bedanya dia dengan Claire, Aubrey, Sally atau teman-teman seks Damian yang lainnya. Bagaimana dengan William? Kenapa dia bisa sebodoh itu percaya pada Chase? Tapi setidaknya lebih baik dia menyerahkan dirinya pada Damian dibandingkan Chase bukan?

Mereka berdua tetap berpelukan dengan pandangan menerawang. Masing-masing sibuk dengan pikirannya sendiri.

Tidak lama air mata mulai mengalir dan Allison terisak. Damian membelai pipinya lembut. Pandangan mereka bertemu. Damian menekan dahinya ke dahi Allison, tangannya masih mengusap wajah wanita itu dengan perlahan.

"Maafkan aku, Allie."

Allison menggeleng. Membenamkan wajahnya kembali ke bahu Damian.

Mereka terdiam cukup lama dalam posisi berpelukan. Allison mulai menyeka air matanya setelah dia mulai tenang.

"Aku...akhirnya seperti cewek-mu yang lain ya?"

Air mata mulai mengalir lagi. Allison membenci kenyataan pahit itu.

"No, Allie, no. Kau berbeda dengan mereka!"

"Oh ya?"

Allison mendongak, memandang Damian yang menatapnya dengan tegas dan sungguh-sungguh. Damian mengangguk dan mencium ujung hidungnya.

"Katakan padaku perbedaannya."

"Banyak, Allie. Aku tidak bisa menjelaskannya, tapi kau berbeda. Kau lain, sweetheart."

Kau adalah wanita pertama yang kubawa ke rumahku. Kau juga wanita pertama yang menyerahkan keperawanan kepadaku. Hanya kau yang kuizinkan tidur dalam pelukanku setelah bercinta. dan kau juga wanita-ku yang kusetubuhi tanpa penghalang apapun dan aku rasa aku mencintaimu, Allison Travers. Seharusnya aku tidak mencintai wanita manapun tapi kau membuatku melanggarnya.

THE UNEXPECTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang