PAGE 7

1K 57 0
                                    

Penny, Rowan, Joshua dan William tiba-tiba sudah ada di hadapan mereka dan betapa malunya Allison ketika menyadari William mungkin saja menyaksikan adegan tadi.

Penny menatapnya dengan tatapan memperingatkan dan Allison langsung mengerti, dia menoleh kepada William yang terlihat serius dan raut wajah yang tidak terlalu senang sedangkan Joshua dengan cueknya menarik kursi dan duduk di sebelah Allison.

Di saat yang bersamaan Allison dan Damian cepat-cepat membereskan kertas mereka dan memasukannya ke dalam tas masing-masing.

"Cafe latte?"

Tiba-tiba Joshua bertanya dengan sangat singkat dan padat kepadanya, membuat Allison harus berpikir keras apa maksud pertanyaan pria ini, untung otaknya bereaksi dengan cepat walau dia tidak tahu benarkah itu yang dimaksud olehnya.

"Yeah, kamu pesan itu juga?"

"Hmm." Dia mengangguk tetapi matanya tertuju kepada gelasnya sendiri; "Kesukaanku."

"Oh..."

Allison benar-benar bingung harus menanggapi apa sementara William sudah duduk di hadapan Damian dan Rowan dengan terburu-buru langsung duduk di sebelah William supaya Penny duduk persis di hadapan Joshua.

"Kalian sudah lama?"

William akhirnya bertanya, entah kepada Allison atau Damian tapi raut wajahnya tetap terlihat agak tegang.

"Sejam-lah." Damian menjawabnya dengan cuek.

"Err...kami tadi sekelas lagi lalu karena kami sudah selesai, jadinya kami nunggu kalian duluan disini."

"Sepertinya aku berjodoh dengan dia, karena lagi-lagi kita satu kelompok."

"Dam..."

Allison berharap Damian akan menutup mulutnya. Damian menoleh kepadanya, menyadari bahwa wanita itu memintanya untuk diam tapi dia malah menyunggingkan senyuman termanisnya dan mengedipkan sebelah matanya.

"Err...kita mulai saja ya?"

"Apa yang paling dibutuhkan orang sehari-hari?"

Tiba-tiba Joshua angkat suara dan mereka semua menatapnya. Kalimat pertanyaannya benar-benar susah ditebak seolah-olah dia sudah memasuki topik demi topik lain dan mereka harus berusaha cepat mengikutinya.

"Transport? Makan?"

"Yang lebih rumit dari itu dan kadang tidak bisa dikejakan sendirian karena kesibukan mereka."

"Membereskan rumah?"

Senyuman tipis Joshua membuat Allison merasa sangat lega, dia melirik kepada Penny, memberinya kode untuk berbicara. Temannya itu harus mulai bisa membuat pria idamannya ini terkesan.

"Memperbaiki barang?" Penny akhirnya bisa menjawab.

"Belanja keperluan sehari-hari pun bisa sangat terabaikan." Rowan menambahkan.

"Baby-sitting." William menyambar dengan cepat.

"Menyingkirkan fans-ku juga susah kok."

"Damian!"

Allison tanpa sadar sudah memukul bahu pria itu dengan gemas sedangkan Damian sendiri hanya tertawa.

"Oh, mereka bahkan kadang berharap ada layanan salon dan spa di rumah." Tiba-tiba Damian juga menimpali pendapatnya dan Allison menatapnya dengan terkejut, dia tidak menyangka jawaban Damian dan dia jadi bertanya-tanya, apa saja yang sudah dilakukan pria itu bersama para fans-nya.

THE UNEXPECTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang