PAGE 27

618 41 0
                                    

"Hhh...tidak terasa kita sudah mau lulus, guys!"

William mendesah dan tanpa sadar kelima temannya juga melakukan hal yang sama.

Tidak seperti biasanya, hari Sabtu menjelang malam ini mereka berkumpul lagi di tempat favorit mereka.

"Masih sebulan lagi, Will."

"Satu bulan akan terasa sangat cepat, Dam."

"Bagaimana dengan bisnis ini?"

"Aku rasa sebaiknya Josh yang melanjutkan karena itu idenya."

"Hei, tapi aku tetap butuh kalian."

"Sure, mungkin beberapa dari kita akan tetap bergabung sebagai freelance."

"Aku akan merindukan kalian semua."

"C'mon! Kita bisa berkumpul lagi saat weekend kan?"

Diam-diam William meraih tangan Allison di bawah meja dan menggenggamnya. Allison yang duduk di sebelahnya meliriknyadan tersenyum sekilas, mereka bahkan belum menyatakan diri terang-terangan sebagai sepasang kekasih di hadapan semuanya.

Allison dan Penny mulai berbicara satu sama lain tapi suasana di antara mereka masih canggung. Dia pun masih sengaja tidak memberitahu Penny tentang hubungannya dengan William dan rasanya hanya Rowan yang sudah tahu dari mulut Allison sendiri.

"It's saturday night."

"Lalu? Kau ada kencan, Josh?"

Penny melirik Joshua dengan kaget. Allison memperhatikannya dan menatap mereka berdua.

"Bukannya biasanya kau yang ada kencan, Dam?"

"Yeah, ada sih, tapi tengah malam."

"Woah! Pasti plus-plus."

Damian hanya tertawa tapi langsung terhenti ketika melihat tatapan Allison yang tajam kearahnya.

"Well yeah, kenapa kita tidak jalan-jalan saja berenam?" Usul Damian, matanya tidak lepas dari Allison yang akhirnya tersenyum tipis mendengarnya.

"Great idea! Kita tidak pernah have fun berenam."

"Jangan bahas bisnis ya, guys!"

"Yeah, aku hanya mau bersenang-senang malam ini."

"Zeta Bar?"

"Good choice!"

Damian langsung melonjak berdiri dengan antusias disusul Will dan Josh. Rowan menatap Allison dengan sedikit tegang karena dia belum pernah ke pub atau bar. Allison tertawa, dia ikut bangkit berdiri dan menepuk bahu Rowan; "Ada aku, sist. Tenang saja."

"Bukannya nanti kau bakal mojok dengan Will?"

"Sst!" Allison mendesis dan melihat ke sekitarnya, sedikit merasa lega ketika melihat tidak ada orang di sekitar mereka. Penny sudah berjalan berdampingan dengan Joshua, mereka sudah lebih dekat sekarang walaupun Joshua terlihat masih menjaga jarak dengannya. "Ayolah Rowan, tenang saja."

***

"Oh ya ampun, sudah jam 11 malam!" Damian berseru sambil melihat jam-nya. 

Mereka sudah menghabiskan waktu hampir 4 jam di rooftop Zeta Bar. Meskipun hanya memesan cocktail dan makanan ringan, keenam orang ini mengobrol dengan seru sehingga tidak ada satupun dari mereka yang sempat melihat jam yang ada.

"Kalian sudah lelah?"

"Yeah, aku ingin pulang sih." Rowan bergumam.

"Dan aku harus ketemu..." Damian tidak menyelesaikan kalimatnya, William dan Joshua hanya menyeringai.

"Kalau begitu kita pulang yuk."

"Aku duluan ya." Damian menjadi orang yang pertama berdiri dan merapikan tas-nya, "See you at monday, guys!" Dia berjalan melewati Allison untuk membisikkan sesuatu yang hanya mereka berdua yang dapat mendengarnya; "See you at the dawn, Al."

"Asal kau tidak terlalu lelah." Allison membalas tapi sesungguhnya dia tidak suka mengucapkan itu. Damian menyeringai.

"Let's go guys!"

Joshua akhirnya berdiri dan memberi kode kepada Penny dan Rowan untuk mengantar mereka pulang. Allison hendak menyusul mereka ketika William memegang erat tangannya.

"Will?"

"Allie, aku mana tahan hanya bersikap seperti teman sepanjang malam?"

William berjalan mendekatinya dan Allison tersenyum, menatap prianya dengan mesra.

"Aku rindu kamu."

"Lho aku kan disini."

"Sebagai kekasihku, Allison Travers."

William membelai pipi Allison dengan lembut, mereka bertatapan dengan sendu sebelum akhirnya William menyerah, akhirnya bergerak maju dan melumat bibir gadis itu dengan panas dan bergairah; sesuatu yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya di tempat umum. 

Allison terkejut tapi dia mulai kehilangan kontrol dirinya, dia menekan tengkuk William dan memeluk punggungnya, menekannya supaya pria itu semakin dekat dengannya. William mengulum bibir bawah Allison dengan sedikit keras, meminta akses lebih dan gadis itu membuka mulutnya lebih lebar, mengijinkannya untuk mempertemukan lidah mereka dan menjelajahi setiap inci rongga mulutnya. 

Tangan William tidak tinggal diam, dia pun memegang erat bahu dan pinggang Allison ketat dan mendorongnya seolah-olah kedekatan mereka tidak pernah akan cukup. Akal sehat Allison mulai hilang, dia terhanyut dalam keintiman mereka, dia tersedot dalam pusaran lautan dan William-lah lautan itu.

***

THE UNEXPECTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang