20

403 52 8
                                    

"Iya, gue lagi di Lembang bareng keluarga." Tama menyandarkan badannya di saung sambil mengamati kolam renang.

"Gue ke sana gimana?"

"Jangan gila deh, Hyun. Mau ngapain emang lo ke sini? Di babat sama bang Rico sama bang Keno aja baru tau rasa."

Hyunjin ketawa dengernya. Dia taruh hapenya setelah pakai earphone, lalu rapihin buku yang baru aja dia baca tadi. "Gak jadi malmingan dong?"

"Bisa aja sih lo mah. Kan lo ganteng tuh, lo ajak cewek kelas lain pasti langsung gercep. Apalagi adek kelas banyak yang ngefans sama lo tuh."

"Gak mau ah! Maunya sama lo aja. Adek kelas sekarang genit-genit." Hyunjin mendengus sebal.

"Yee kayak lo gak genit aja, abstrak," cibir Tama lalu ketawa abis manggil abstrak.

"Jangan dengerin Haykal deh! Mereka cuma sirik aja karna gue paling ganteng di antara mereka."

"Hmm," Tama ngangguk asal, "Yaudah gue mau berenang dulu. Bye--"

"Tunggu!"

Sebelah alis Tama menukik. Gerakan tangannya yang membuka kancing kemejanya tertahan. "Apa?"

Cowok di seberang sana menggigit bibir memblenya, gugup. Setelah menghela napas panjang, dia berucap, "Lo udah tau jawaban lo, Tam?"

Tanpa diperjelas lagi, Tama udah tau maksud pertanyaan cowok itu. Tama mendesah pelan. Menyingkap rambutnya, cewek itu lalu mengacak rambut pendeknya. "Gue... masih ragu," cicitnya, "sori."

"Gapapa. Gue masih bisa nunggu kok," balas Hyunjin, nada suaranya terdengar santai. Tama menghela napas lega. Namun, dibalik itu, Hyunjin tersenyum tipis, "Gue cowok setrong asal lo tau aja, Tam. Lo jawab dua tahun lagi gue masih kuat kok."

"Bener nih?"

"Yaa janganlah! Gue digantungin gini gak enak tau."

Tama menipiskan bibirnya. "Yaudah, gue tutup dulu ya? Gue mau nyebur."

"Gak ngajak-ngajak. Kalo ada gue, makin seru tuh!"

"Bodoooo."

Panggilan berakhir, Tama meletakkan hapenya di saung. Melepaskan kemeja dan celana trainingnya, kini Tama hanya dibalut kaus hitam pendek dan celana pendek.

Cewek itu berkacak pinggang. Berdiri di tepi kolam, pandangannya menatap dirinya dari pantulan air. Keningnya mengerut samar. Entah itu hanya halusinasinya aja atau bener, Tama tadi melihat sosok Jeka di sampingnya sedang tersenyum.

Tapi, saat dia menoleh ke samping, dia nggak liat siapa-siapa.

"Dia udah pergi, Tam," gumamnya, buat dirinya sendiri. Lalu bersiap untuk nyeburin dirinya ke dalam kolam di malam hari.

BYUR

•••

"Nah itu Tama!"

Langkah cewek berambut sebahu itu terhenti kala bunda menyebut namanya. Masih dibalut baju handuk, Tama menoleh ke samping. Matanya seketika membulat melihat ramainya ruang keluarga.

Tama yang baru kelar berenang dan lewatin pintu belakang langsung kaget melihat beberapa pasang mata menatapnya.

Bunda mendekati Tama. Merangkul cewek itu dan mengajaknya ke sana, jantung Tama makin berdegup cepat. Asli, dia malu banget.

"Ra, dia Tama. Anak aku walaupun bukan kandung, udah aku anggap anak sendiri di sini." Bunda kenalin dirinya ke wanita yang sepantaran sama bunda.

Ghost Loveliest | JjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang