27

207 23 5
                                    

Harusnya satu jam yang lalu dia sudah tertidur nyenyak seraya memeluk guling kesayangannya kalau saja pria yang bersebelahan dengan kamarnya itu tidak menyelusup masuk ke dalam. Um, okay, Tama salah juga lupa untuk mengunci jendela besar itu sampai Vano berani masuk dan menganggunya kini.

Tama mendengus pelan. Melihat dengan delikan kesal pria itu yang datang dengan alasan tidak jelas kini tengah membaca buku catatannya sebab minggu depan ia akan melakukan ujian akhir semesternya.

"Van, yang bener aja lo ke sini jam sebelas malam? Lo tau gue kan capek. Ngantuk tau," keluhnya di samping Vano yang menolehkan kepala padanya.

Bibir kecil itu mengerucut yang membuat Tama menatapnya sinis. "Kan gue mau lo temenin gue biar gue gak ngantuk," balasnya.

Sukses bikin Tama membeliak tak percaya. "Serius, Van? Lo sadar gak sih gue udah ngantuk berat?" tanyanya sarkas.

Vano tanpa bersalah terkekeh kecil. Ia menaruh bukunya di atas kasur milik gadis itu dan menarik kepala Tama untuk bersender di bahunya. Senang melihat gadisnya itu kesal dan kasihan di waktu yang sama.

Mengingat itu, dia jadi paham apa kata teman-temannya untuk menyuruhnya berpacaran karena itu sungguh menyenangkan. Tapi sayangnya, mereka berdua tidak pacaran. Melainkan menempuh ke tahap yang serius.

"Puk, puk, puk. Tidur ya tidur yang nyenyak." Vano menepuk pelan kepala gadis itu dan sesekali mengusapnya seraya mencium puncak kepala. Menghirup aroma kesukaan Tama, lavender. Begitu menenangkan.

"Emang yah, bentukan hantu sama aslinya sama-sama nyebelin," cetus Tama masih dilanda rasa kesal. Pun ingatannya ikutan terputar ke beberapa bulan yang lalu bersama Jeka.

Gerakan tangan Vano sontak berhenti mendengarnya. Bukan, dia bukannya marah apalagi tidak senang. Malahan, ia begitu penasaran seperti apa arwahnya dulu bersama Tama. Secara spesifik.

"Ngapain aja emang sama Jeka?" tanya Vano kalem. Tangannya kembali melakukan kegiatan sebelumnya.

"Gangguin gue tidur, belajar, ngeledek gue lupa sama keberadaan dia yang mau make baju di depannyaㅡ"

"Wah menang banyak! Gue juga mauㅡaaww!" Vano meringis perih mendapati helaian tipis rambutnya ditarik kencang oleh Tama. "Sakit, sayang."

"Lagian ngomong sembarangan," dengus Tama yang sebenarnya menahan malu mendengar kalimat tadi.

"Yaudah lanjut-lanjut. Tapi jangan siksa gue dong," Vano kembali mengerucutkan bibirnya.

"Ya itu sih yang sering dia gangguin. Tapi kurang ajarnya dulu Jeka suka main cium gue."

Kepala Vano spontan menoleh cepat seraya menilik Tama terkejut. "Cium? Sering dong?"

Tama mengangguk polos. "Iya, itu elo. Versi hantunya. Untung udah sadarnya gak ada sifat mesumnya kayak Jeka."

Mendengar itu membuat Vano merasa panas dan kalah dengan arwahnya dulu. Enak aja dia udah ciuman sama Tama versi hantunya. Walaupun sempat bayang-bayang ingatannya ketika sadar adegan itu terpintas, tapi Vano tidak menyangka jika dirinya sering TamaㅡJeka, lebih tepatnya.

Menyadari Vano yang tiba-tiba terdiam dan tidak mengusap kepalanya, Tama mendongak sedikit dan mendapati raut kaku dari Vano. Keningnya lantas mengerut tipis.

"Vano?" panggilnya yang berhasil mendapat atensi dari pria itu. Namun lebih terlihat tajam dan mengintimidasi. Sangat berbeda dari sebelumnya yang lembut dan jail. "Lo... kenapa?"

Tama jelas terkejut ketika setelah mengedipkan matanya, dia mendapati dirinya sudah ditarik mendekat ke arah pria itu dan satu kecupan di bibirnya. Vano menarik kecil kepalanya dan memandang seluruh wajah Tama dengan lekat.

Indah. Begitu indah sampai Vano rasanya ingin bergumul di bawah selimut yang sama dengan Tama sekarang. Namun akal sehatnya jelas masih terkendali dengan baik jika itu belum waktunya. Ia masih harus bersabar.

Mata bulat gadis itu terpancar kekagetan yang diikuti raut melongonya ketika menatap Vano yang tersenyum kecilㅡmenyeringai tipis. "Lo...?"

"I want to kiss you."

Belum ada hitungan satu detik, Vano kembali menempelkan bibirnya ke milik Tama. Melumatnya lembut tanpa ada tuntutan dan menekan tengkuk gadis itu seraya memiringkan kepalanya. Membiarka keinginannya itu mengambil alih sejenak walaupun alam bawah sadarnya masih terkendali begitu jelas. Dan menyalurkan rasa rindunya pada Tama.

Lima menit berlalu membuat pasokan oksigen gadis itu dirasa menipis lantas meremas kaus yang dipakai Vano. Dan pria itu sadar langsung menarik kepalanya menciptakan benang saliva tipis di antara mereka.

Napas keduanya begitu memburu, meraup oksigen di sekitar dengan rakus. Tama melirik Vano. Wajahnya memerah dan bibir itu terlihat semakin merah juga membengkak. Tak percaya apa yang barusan mereka lakukan dan menurutnya... itu adalah yang paling menarik dari sebelumnya bersama Jeka.

"Lo bilang, belum pernah pacaran, tapi kenapa lo udah pro banget dalam berciuman?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari bibir Tama yang semakin membengkak juga.

Vano mendelik melihat kedua alis Tama yang terangkat. "Gak tau. Secara naluri kali," jawabnya sambil bergidik kecil. "Lo suka?"

Sontak saja mata gadis itu membulat terkejut mendengar pertanyaan aneh dari Jungkook. Pun wajahnya kembali memanas mengingat betapa serunya ciuman tadi. Ya, Tama akui itu.

Kekehan kecil milik Vano menyapa rungunya. "Udah tengah malam banget, gue balik ya." Vano seketika beranjak berdiri diikuti Tama yang mendongak menatapnya. Berhenti sejenak sambil mengerut tipis keningnya dan mendesis pelan, ia menatap Tama. "Bahaya kalo gue lama-lama disini. Bisa-bisa gue nyakitin lo nantinya."

Debaran jantungnya terasa berhenti. "Nya-nyakitin? Maksudnya?" tanya Tama terkejut.

Vano tersenyum miring. Merundukan tubuhnya pada Tama yang duduk di tepi kasur, ia mengusap rambut Tama dan mengecup puncak kepalanya lembut. "I know, you know it, Tama."

Dan usai berkata demikian, pria itu balik badan seraya menutup kembali pintu jendela Tama dengan hati-hati agar tidak terdengar oleh siapapun. Sebelum benar-benar pergi, Vano menatapnya sambil mengedipkan sebelah mata dan mulai hilang dari pandangannya lantaran pria itu sudah turun lewat tangga.

Meninggalkan Tama yang masih membeku di tempat. Mencerna ucapan Vano beberapa menit yang lalu meskipun ia sudah tahu maksudnya itu apa. Hanya saja, dia begitu terkejut dan mengetahui sisi lain Vano yang ternyata diam-diam begitu membahayakan juga baginya.

Namun di sisi lain, Tama menyukai itu.
















Mendekati tamat nih, ayo vomment jangan sider terus yah 😉

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ghost Loveliest | JjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang