Bab 23

1.2K 59 0
                                    


Now playing
8 Letters by Why Don't We

Eira mengernyitkan keningnya saat mendapati kantin hanya tersisa beberapa murid saja yang masih berbincang sembari menikmati makanan mereka yang hanya tersisa sedikit. Dia pun mengeluarkan ponselnya dari sakunya, melihat jam di layar ponselnya. Mampus! 5 menit lagi bel masuk akan berbunyi dan belum makan apapun sedangkan perutnya benar benar keroncongan.

"Gue makannya maraton deh." Gumam Eira bermonolog sendiri kemudian berlari menghampiri pelayanan di kantinnya.

"Mba, bakso satu sama es tehnya. Dirunggu di meja nomor 8." Pesan Eira lalu segera berjalan menuju meja nomor 8 setelah pelayan kantin itu menganggukkan kepalanya.

Dia duduk di sana. Menatap sekeliling kantin dengan agak panik karena waktu yang benar benar tak bersahabat. Tapi tak apalah asal dia tak kelaparan.

"Woy!!" Sapa Malik tiba tiba membuat Eira terjengit kaget.

"Argghh! Lo ngapain sih ngikutin gue mulu? Gue lagi buru buru ini, bentar lagi masuk. Lo ngapain di sini? Gak masuk kelas?" Dumel Eira.

"Ini pesanannya mba." Ucap pelayan kantin yang baru datang itu sembari meletakkan semangkuk bakso dan segelas es teh di hadapan Eira.

"Makasih mba." Balas Eira sebelum pelayan itu pergi.

"Lo jangan ganggu gue. Gue mau maraton makan. Ngerti?" Pesan Eira dengan penuh penekanan di setiap katanya membuat Malik hanya menganggukkan kepalanya.

Detik selanjutnya, dengan lahap bahkan sangat sangat lahap, Eira menyantap baksonya. Tak peduli Malik memandanginya dengan senyum konyolnya, yang penting masalah perutnya itu bisa teratasi dengan cepat tanpa telat masuk kelas. Itu saja.

"Ei, gue mau nanya." Ucap Malik membuat Eira menghentikkan makannya sekejap, menatap Malik dengan tatapan mautnya.

"Gue udah bilang sama lo. Jangan ganggu gue maraton makan! Bentar lagi masuk dan gue gak mau telat. Simpan pertanyaan lo setelah gue selesai makan." Tegas Eira membuat Malik mendengus kesal.

Beberapa menit setelahnya, Eira bisa melepas napas leganya setelah melahap baksonya dengan habis dan bersih. Rasa lapar pun lenyap begitu saja begitu bakso datang ke perutnya. Dia pun meneguk es tehnya yang tinggal setengah gelas itu, lalu mengelap mulutnya dengan tisu kantin yang sudah tersedia di sana.

"Udah. Gue mau masuk kelas!" Ucap Eira sembari bangkit dari duduknya berniat untuk pergi ke kelasnya.

"Bentar dulu dong! Gue belum selesai nanya! Lagian masih ada waktu 2 setengah menit lagi kok. Ngobrol bentar sama gue. Pleasee, ya ya ya." Rengek Malik sambil mencekal tangan Eira agar dia tidak pergi.

"Iya iya. Gak usah berlagak kaya anak kecil juga kali." Ucap Eira mengalah lalu duduk kembali di tempatnya.

"Nanya apa?"

"Siapa yang berani beraninya ngunci lo di kamar mandi tadi?" Tanya Malik dengan nada seriusnya.

"Ya mana gue tau! Kalau gue tau, gue pasti udah bakar tuh bocah." Jawab Eira acuh tak acuh.

"Terus, kenapa tadi lo gak nelpon gue kek, chat gue kek, vn gue kek, atau video call kan bisa. Kenapa milih tereak tereka kaya kadal kesurupan?" Tanyanya lagi.

Dia Milikku [COMPLETE✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang