Bab 26

1.1K 53 1
                                    


Now playing
Issues by Julia michaels

Eira menghela napas panjangnya sebelum dia masuk ke dalam rumahnya sendiri. Satu hal yang ditakutkannya, ia tak ingin emosinya melunjak saat melihat wajah papanya sendiri karena rasa kecewanya itu.

Dengan memberanikan dirinya, tangannya itu pun membuka knop pintu rumahnya. Memperlihatkan interior ruang tamunya juga dengan kedua orang tua nya yang sedang duduk di ruang tamu. Eira benar benar sedih melihat mamanya yang tengah menangis. Keluarganya sehancur ini.

"Mama." Gumam Eira pelan melangkah mendekat ke arah mamanya lalu memeluknya erat, menganggap papanya sendiri tidak ada di sana.

"Kenapa kamu pulang?" Terdengar suara berat dari papanya membuat Eira melepaskan pelukan eratnya.

"Buat nge-cek keadaannya papa." Jawab Eira ketus.

"Kamu udah tau Ei?" Tanya mamanya dengan sisa sisa air mata yang membekas di pipinya.

"Papa kenapa ngelakuin itu? Papa bilang kemarin, papa gak apa apa jadi karyawan asal masih punya pekerjaan tapi kenapa sekarang berani ngorupsi 35 juta pa?" Tanya Eira pelan, mencoba menahan amarahnya, mengabaikan pertanyaan sang mama.

Diam. Papanya itu diam. Tak tahu harus menjawab apa. Hening. Tak ada suara apapun selain datangnya angin sesekali yang berhembus di sekitar mereka.

"Kenapa papa diam? Eira baru sadar ternyata ini alasannya kenapa papa jadi arogan dan temperamental sampe ngebentak Eira kemarin. Ternyata kemarin papa arogan itu karena udah bimbang kan atas apa yang udah pa--"

"EIRA, PAPA GAK PERNAH KORUPSI!" Bentak papanya itu memotong ucapan Eira yang belum terselesaikan.

"Lalu berita itu apa? Mereka gak bakal bikin berita kaya gitu kalau emang gak ada buktinya pa!" Balas Eira sudah tak dapat menahan emosinya lagi.

"Kamu gak tau apa yang terjadi Eira! Lebih baik kamu masuk kamar!" Perintahnya dengan tegas.

"Pa, Eira peduli sama papa sama mama, Eira gak mau keluarga kita terkenal karena kasus korupsi, Eira gak mau banyak wartawan dateng ke rumah ini, Eira gak mau dijauhin temen temen karena punya papa korup--"

"PERGI KE KAMAR SEKARANG EIRA!" Bentaknya lagi membuat Eira menghembuskan napas gusarnya kemudian berjalan melangkah ke kamarnya.

Begitu sampai di kamarnya sendiri, Eira menutup pintu kamarnya itu keras keras. Meringkuk di bawah pintu dengan tangisannya. Air matanya tak kunjung berhenti keluar. Semakin lama semakin deras karena perbuatan papanya yang tidak baik itu.

Kenapa semua ini harus terjadi padanya? Eira rindu dengan keluarga hangatnya yang dulu bukan keluarganya yang setiap hari penuh dengan bentakkan dan air mata. Eira lelah, tak ingin semua ini terjadi namun ia tak bisa menahan semua yang telah terjadi. Hidupnya menjadi tertekan sekarang.

Ringtones ponselnya yang menandakan ada panggilan telpon terbaru yang masuk itu membuat Eira menghapus sisa sisa air matanya. Melihat nama kontak yang tertera di layar ponselnya. Malik. Dia yang menelponnya namun enggan sekali rasanya mengangkat dan mengobrol dengannya. Oleh karenanya Eira hanya mengabaikannya hingga akhirnya ponselnya itu berhenti berbunyi.

***

Malik menggeram kesal saat mengetahui Eira tidak mengangkat panggilan telponnya yang ke lima puluh ini. Dia mengacak rambutnya frustasi. Dia perhatian dengan Eira. Dia khawatir dengannya juga namun kenapa yang dikhawatirkan malah tidak memberikan kepastian tentang keadaannya? Itu semakin membuat Malik sangat khawatir.

"Gak diangkat lagi Mal?" Tanya Satya memandangi Malik yang terlihat sangat panik.

"Ini udah yang ke lima puluh tapi tetep aja gak diangkat." Gerutu Malik.

'Saudara saudara. Kabar terbaru datang dari PT. Panca Indera Bangsa. Perusahaan megah nan terkenal itu tengah disorot oleh awak media karena salah satu karyawannya yang bernama Akbar Mulyana telah terduga mengorupsi uang sejumlah 35 juta rupiah.'

Suara wartawan yang sedang menyiarkan berita terkini di layar kaca kantin sekolah membuat semua murid yang sedang menyantap makanannya maupun hanya berbincang ringan segera menatap tv mini di kantin itu.

Akbar Mulyana. Malik cukup familiar dengan nama itu namun dia tetap tak dapat mengingat siapa pemilik nama itu hingga telinganya menangkap sebuah celetukan siswi.

"Itu kan papanya Eira."

"Dia korupsi 35 juta?"

Ucapan kedua siswi yang tengah berbincang itu membuat Malik menegang di tempatnya. Jadi ini alasannya Eira tidak menjawab semua telponnya? Ini alasannya mengapa Eira tiba tiba menangis di perpustakaan? Dan ini juga alasannya kenapa dia pulang di jam pelajaran? Kasihan Eira.

"Mal! Lo tau tentang ini?" Tanya Satya membuat Malik menggeleng pelan.

"Guys!! Ternyata Eira itu anaknya koruptor baru ya? Kasihan dia, pasti lagi nangis nangis gak jelas di kamarnya. Bakal terkenal dong dia, tapi terkenal karena koruptor." Cibir seorang siswi yang sedang berdiri mengumukan apa yang baru saja ia ucapkan.

Dengan amarah yang memuncak, Malik bangkit dari kursi kantin. Menghampiri siswi itu dengan langkah lebarnya dan wajah merah menyalanya tanda ia mati matia menahan amarah.

"Apa lo bilang tadi hah?!" Bentak Malik sembari menggebrak meja kantin si siswi itu.

"E-enggak. G-gue gak.." Siswi itu pun diam, tak dapat menjawab pertanyaan Malik hingga ia terbata bata.

"Sekali lagi lo ngejelek jelekin Eira, hidup lo gak akan tenang karena gue. Ngerti?!" Ancam Malik membuat siswi itu mengangguk kecil.

"Dan buat kalian semua! Jangan pernah ngejek Eira ataupun keluarganya karena kasus ini! Ngerti kan?!" Teriak Malik pada seluruh isi kantin lalu pergi meninggalkan ruangan berisi makanan itu dengan Satya yang mengekor di belakangnya tanpa Juan.

***

Kambek with me. Tqq ya

Bigluv
From adknya bang zayn Malik😚

Dia Milikku [COMPLETE✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang