9

3.2K 424 68
                                    

⚠️Warning! Ada adegan yang mungkin membuat kurang nyaman di bagian akhir⚠️





Belati bermata biru muda itu kembali ke dalam mimpinya. Kali ini tak ada suara jeritan, bantingan, juga suara tangis. Tak ada bau amis yang kuat. Tak ada tanda-tanda yang ganjal. Ia hanya melihat kamar itu, juga belati bermata biru muda yang tergeletak di atas ranjang.

Wanita itu terpekur di sudut ruangan. Entah apa alasannya, sejak ia masuk ke dalam mimpi itu ia berada di sana, memeluk lututnya erat. Ia meluruskan kakinya, lalu memperhatikan ruangan itu baik-baik. Mencoba mencari sesuatu. Tapi, ia tiba-tiba saja merasa hangat. Seseorang memeluknya ketika ia sibuk menatap sekitar.

Ia lantas mendongak, mencoba melihat siapa yang tengah memeluk tubuhnya dengan hangat. Ia tak bisa melihatnya dengan jelas. Tapi, dari postur tubuh dan surainya yang pirang ia bisa tahu bahwa itu Woozi.


.
.
.
.


Wanita itu terbangun. Namun, tak ada cahaya matahari yang menyorot dan membuat matanya perih. Bahkan, seisi kamarnya gelap.

Tidak mungkin sudah malam kan?

Ia beranjak untuk duduk. Tatapannya menyusuri seisi kamar berkali-kali, mencoba mencari tahu kenapa kamar ini terasa gelap. Juga, ia berusaha menyadarkan diri sepenuhnya.

Tak menemukan apa pun, ia bergerak turun dari ranjang. Tangannya dengan telaten merapihkan selimut dan ranjangnya sebelum melangkah menuju jendela. Ia membuka jendela besar itu dan mendongak, menatap langit. Lalu, kedua matanya terbuka lebar setelah melihat kondisi saat ini.

Langit di atas sana menghitam, benar-benar pekat. Gumpalan awan hitam juga memenuhi langit sehingga sinar matahari yang seharusnya masih ada tak tampak. Untuk pertama kalinya ia melihat langit mendung selama tinggal di sana. Tak pernah ada satu hari pun yang berlalu tanpa langit cerah. Tapi, kali ini langit benar-benar tampak mengerikan. Seperti badai besar akan turun kapan saja dan melahap habis kawasan itu.

Dengan kegelisahan yang besar, ia bergerak mundur dan berlari keluar dari kamarnya. Ia menyusuri seluruh kawasan lantai dua yang bisa ia susuri untuk mencari siapa saja yang bisa ia temui. Sungguh, ia punya firasat buruk. Entah apa yang akan terjadi. Yang jelas, pasti buruk.

"Woozi? Apa kau di dalam?" Ia berhenti di depan pintu ruangan pribadi Woozi dan mengetuknya. Mulanya perlahan, lalu karena tak mendapat jawaban apa pun ketukan itu menjadi cepat. Terkesan panik.

"Woozi?!"

Ia meraih kenop pintu dan membuka pintu ruangan itu lebar-lebar. Tapi, ketika ia masuk, tak ada siapa pun di sana. Ruangan itu kosong. Bahkan terlihat tak disentuh selama seharian karena tak ada tumpukan buku di meja Woozi.

Wanita itu kembali menutup pintu dan melangkah ke tempat lain. Ia beralih menuju kamar Woozi yang masih berada di lantai itu.

"Woozi, apa kau di dalam?" tanyanya.

Tak mendapat sahutan, ia meraih kenop pintu itu dan memutarnya. Tapi, pintu itu enggan terbuka bahkan ketika ia mendorongnya kuat.

"Terkunci," gumamnya. Ia segera berbalik dan beralih pada tempat lain. Ia begitu menghindari lantai pertama, tempat yang memiliki garis untuk tidak ia lewati. Tapi, ia tak punya pilihan lain selain turun dan menemukan orang lain. Pasalnya ketika ia melirik jendela, langit terlihat semakin kelam. Bukan hanya kelabu, tapi mulai menghitam.

Ia setengah berlari menuruni anak tangga. Matanya tanpa sengaja menangkap seekor kucing yang berada di pojok ruangan, kucing milik Jeonghan yang sempat ia kejar beberapa hari lalu. Kucing itu meringkuk di sudut ruangan, terlihat jelas tidak baik-baik saja.

Life of a Lonely Demon [Seventeen Imagine Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang