⚠️ Kalau gak nyaman, bagian akhir dilewat aja ya. Tapi aku sarankan jangan dilewat 🤭🤣⚠️
Langit tampak menawan di hari itu. Jingga kemerahan dihiasi gumpalan awan-awan putih. Menaungi hamparan rumput hijau berhias bunga-bunga berwarna kuning. Sangat serasi dengan langit.
Seorang wanita berbalut gaun sewarna dengan bunga duduk di tepian. Matanya mengarah pada langit yang hangat. Senyuman manis hadir di wajahnya yang tenang.
Sepasang lengan berkemeja hitam melingkari pinggangnya dari belakang. Sebuah kecupan hangat turut hadir di bahunya. Membuat wanita itu melebarkan senyum meski tak memalingkan mata dari langit.
"Sudah waktunya pulang," ucap si pemeluk, Woozi.
Wanita itu, Han (Y/n), mengembuskan napas berat. "Ketika kita pergi, aku khawatir ini bukan jalan yang tepat. Tapi, ketika akan pulang aku malah merasa nyaman berada di sini."
"Kita akan kembali dalam beberapa hari," sahut Woozi seraya mengecup pipi wanita itu.
Wanita itu sedikit memutar tubuh guna menatap Woozi. "Setelah pulang aku mungkin tidak ingin kembali lagi. Mereka pasti membutuhkan kita."
Woozi menatap wanitanya dengan senyum. Dikecupnya bibir wanita itu untuk meyakinkan. "Mereka sudah besar, Sayang."
"Kau selalu bilang begitu," sahut wanita itu kemudian mengembuskan napas berat. Bibirnya mengerucut, membentuk aksi protes yang justru membuat Woozi tertawa pelan.
"Ayo pergi," ajak Woozi sambil beranjak. Pria itu mengulurkan tangan yang segera disambut oleh wanitanya. Kemudian, mereka pergi ke tempat yang mesti dituju.
Langit masih biru ketika mereka sampai di tujuan. Tempat lahir bagi pemimpin para demon, Woozi. Tempat di mana pria itu dibesarkan. Tempat yang sarat akan makna.
"Hey! Jangan merusak tanaman! Kalian tidak tahu betapa berharganya mawar-mawar ini bagi (Y/n) dan Woozi?!"
"Aduh, kenapa kalian sulit sekali diberitahu? Mau kuadukan pada mereka?!"
"Vernon! Jangan melakukan yang tidak-tidak!"
"Aku tidak melakukan apa-apa!"
Woozi dan (Y/n) saling melempar pandang begitu mendengar teriakan yang familier. Padahal mereka baru saja menginjak gerbang kastil yang sudah mereka tinggalkan selama beberapa minggu ke belakang.
"Apa kubilang?" tanya wanita itu kesal. "Meninggalkan mereka bukan keputusan yang benar, kan?"
Wanita itu lantas menarik tangannya dari genggaman Woozi dan melangkah lebih dulu ke sumber suara—halaman kastil. Woozi tersenyum lebar menatap punggung wanitanya yang menggemaskan ketika sedang marah.
Wanita itu menyisir setiap sudut halaman kastil. Berusaha mencari di mana keributan itu terjadi. Lalu, ia mengembuskan napas lega ketika melihat dua orang pria dewasa dan dua anak kecil di tengah-tengah taman bunga.
"Vernon! Jeonghan!" Wanita itu menyapa sambil melambaikan tangan. Membuat atensi setiap orang di tempat itu beralih padanya.
Jeonghan dan Vernon—dua orang yang beradu mulut—langsung menunjukkan reaksi yang sama, terkejut dengan kehadiran wanita yang telah pergi ke dunianya bersama Woozi.
"Mama!" Dua anak berpakaian lusuh—kotor oleh tanah dan mahkota bunga yang rusak—sontak berlari ke arah wanita itu dan memeluk tubuhnya bersamaan. Membuat wanita itu lupa untuk menanyakan keributan apa yang terjadi pada kedua orang dewasa itu, lalu hanyut memeluk kedua putranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life of a Lonely Demon [Seventeen Imagine Series]
FantasíaHighest rank - #311 on Fantasi 200224 "Dengan darahku, aku membangkitkanmu dari kematian yang keji. Balaskan dendammu dan tinggallah di sisiku selamanya... atau aku yang akan kembali menjadi abu." Kalimat itu terdengar bak sebuah sihir. Kalimat pert...